Bank Indonesia akan tetap berhati-hati memangkas suku bunga dan memilih untuk menunggu langkah dari The Fed.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi masih akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap akan solid ditopang oleh konsumsi walaupun ekspor dan investasi sedikit melemah.
Pada semester kedua ini, pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh pertumbuhan kredit ditambah dengan penanaman modal asing, juga pengeluaran yang berasal dari sektor infrastruktur.
”Ekonomi Indonesia tetap sehat karena dukungan tingkat konsumsi yang kuat,” ujar Chief Investment Officer Southeast Asia and India James Cheo dalam jumpa pers HSBC Global Privave Banking Investment Outlook untuk Kuartal III-2024 di Jakarta, Selasa (4/6/2024). Lebih jauh, Cheo memperkirakan ekonomi Indonesia akan bertumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun 2024 ini.
Dia juga mengatakan, ketidakpastian arah suku bunga menjadi mengemuka ketika Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI Rate pada Apri lalu menjadi 6,25 persen. Bank Indonesia menaikkan suku bunga agar dapat meredam pelemahan kurs rupiah dan inflasi yang meningkat. Melihat perkembangan tersebut, HSBC menunda waktu pemangkasan BI Rate pertama menjadi kuartal keempat 2024 mendatang.
”Bank Indonesia sepertinya akan tetap berhati-hati untuk memangkas suku bunga dan memilih untuk menunggu langkah dari The Fed,” kada Cheo. Pemangkasan suku bunga di AS diperkirakan terjadi pada September mendatang.
Cheo juga menambahkan, kawasan India dan ASEAN menjadi tempat berinvestasi yang menarik bagi investor global. ”AI yaitu ASEAN dan India, bukan artificial intelligence, memberikan banyak kesempatan kepada para investor global. Penduduknya masih muda dan banyak mengonsumsi, tidak seperti negara lain yang penduduknya sudah menua,” kata Cheo.
Dalam kesempatan yang sama, Global Chief Investment Officer HSBC Global Private Banking Willem Sels menyataan optimistis dengan kondisi global pada kuartal ketiga ini. Kinerja investasi ditopang oleh dua hal, yaitu imbal hasil obligasi dan pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Strategi dan alokasi investasi HSBC, kata Sels, tetap akan memperhatikan porsi obligasi. Imbal hasil obligasi berada pada level tertinggi dalam beberapa tahun. Perlambatan laju inflasi membuka peluang penurunan tingkat suku bunga Fed pada September mendatang. ”Negara-negara di kawasan Asia diperkirakan menurunkan tingkat suku bunga pada semester kedua 2024,” kata Sels.
Sels memerinci, beberapa obligasi yang menarik antara lain adalah obligasi pada sektor keuangan dan obligasi korporasi dengan peringkat layak investasi Jepang dan Korea Selatan, obligasi mata uang lokal India, obligasi badan usaha milik negara (BUMN) dengan peringkat layak investasi dari Indonesia, serta surat utang dari industri teknologi, media, dan telekomunikasi di China.