Pasar aset kripto merosot karena ekonomi AS melambat. Namun, keuntungan bisa tetap diperoleh dengan rutin berinvestasi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasar aset kripto tengah terkoreksi karena melambatnya ekonomi di Amerika Serikat. Investor tetap bisa memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi di mata uang yang berpotensial menghasilkan keuntungan.
Dalam perdagangan Jumat (24/5/2024) siang, mata uang kripto terpopuler, Bitcoin, melemah 3,3 persen ke harga 67.261,30 dollar Amerika Serikat (AS) per koin. Adapun volume transaksi sebesar 44,14 miliar dollar AS dengan kapitalisasi pasar 1,32 triliun dollar AS. Adapun pada Minggu depan, analis pasar memprediksi Bitcoin bakal dibuka fluktuatif, tetapi melemah di kisaran 65.439,30 dollar AS sampai 69.838,50 dollar AS per koin.
Harga Altcoin atau mata uang alternatif sebagian besar juga turun pada hari Kamis (23/5). Sebagai contoh, mata uang Solana (SOL) turun 2,5 persen, XRP kehilangan 1 persen, SHIB turun 0,5 persen, sementara DOGE naik 0,3 persen.
”Suku bunga yang tinggi untuk jangka panjang telah menjadi pertanda buruk bagi pasar kripto mengingat sektor ini biasanya tumbuh subur di pasar dengan suku bunga rendah dan likuiditas tinggi,” ucap Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporan analisisnya, Jumat.
Hal ini terbaca dari risalah pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pada akhir bulan April yang meningkatkan kekhawatiran kalangan pembuat kebijakan karena inflasi yang stagnan. Beberapa anggota lembaga keuangan itu bahkan memberi isyarat bahwa mereka siap menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi.
Sejumlah pejabat The Fed juga memperingatkan pada minggu ini bahwa mereka kurang yakin bahwa inflasi akan terus menurun menuju target tahunan 2 persen. Meskipun kemungkinan kenaikan suku bunga berikutnya kecil, kekakuan inflasi kemungkinan akan menunda rencana The Fed untuk mulai memangkas suku bunga.
Di sisi lain, analis kripto dari Reku, Fahmi Almuttaqin, dalam laporannya menyampaikan, pasar kripto juga berpotensi mengalami rally atau kenaikan harga karena sejumlah kondisi.
Salah satunya, kemungkinan disetujuinya produk Exchange Traded Fund (ETF) Ethereum (ETH) Spot di pasar AS. Produk investasi seperti reksa dana ini sebelumnya sudah hadir dalam bentuk mata uang Bitcoin dan mulai diperdagangkan di Amerika Serikat (AS) pada 11 Januari 2024.
Sejumlah perusahaan besar, termasuk perusahaan investasi multinasional BlackRock, Bitwise, dan Grayscale Securities & Exchange Commission (SEC), mengajukan revisi penerbitan produk ETF ETH Spot ke lembaga regulator keuangan AS pada Rabu (22/5). Jika dokumen revisi itu disetujui, ETF ETH spot akan memungkinkan investor untuk berinvestasi dalam mata uang Ethereum tanpa harus membeli dan menyimpan aset kripto secara langsung.
Selain hal tersebut, kinerja ekonomi AS yang ditandai dengan perbaikan data ekonomi juga akan ikut menyokong optimisme investor di pasar kripto. Data Purchasing Managers Index (PMI), salah satunya, yang dirilis Kamis (23/5), menunjukkan kenaikan aktivitas pembelian di sektor manufaktur di atas 50, yakni 50,9. Indeks itu naik dari posisi di periode sama bulan lalu, sebesar 49,9.
Sektor ini biasanya tumbuh subur di pasar dengan suku bunga rendah dan likuiditas tinggi.
Potensi reli harga aset kripto, antara lain, terlihat pada tren harga Bitcoin. Pada awal pekan ini, harga Bitcoin telah naik 51 persen sejak awal tahun dan mendekati rekor harga tertinggi Bitcoin di level 73.000 dollar AS.
Kenaikan harga Bitcoin turut dipicu adopsi investor institusi ternama, mulai dari Morgan Stanley, Millenium Management, hingga lembaga pengelola dana pensiun salah satu negara bagian di Amerika, Wisconsin, yang membeli Bitcoin melalui instrumen ETF Bitcoin spot. Selain itu, Bitcoin sendiri memang sudah berada pada trek kenaikan harga setelah momentum halving pada April lalu.
”Dalam kondisi ini, investor dapat mengoptimalkan momentum dengan berfokus pada aset-aset potensial yang memiliki hubungan dengan katalis-katalis yang sedang berkembang tersebut,” kata Fahmi dalam siaran pers, Selasa (21/5).
Selain itu, bagi investor yang lebih konservatif atau pemula, ia menyarankan berinvestasi di pasar kripto dengan strategi dollar cost averaging. Artinya, investasi cukup dilakukan secara berkala tanpa melihat posisi harga aset yang dibeli. Strategi ini dapat memberikan investor harga rata-rata yang menarik.