Minat Konsumen pada Kendaraan Listrik Makin Ditangkap Korporasi
Penyediaan kendaraan listrik dan ekosistem penunjang diharapkan memaksimalkan adaptasi transportasi nonfosil ini.
Ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air semakin marak dengan hadirnya korporasi yang semakin fokus dalam memasuki bisnis ini. Penyediaan kendaraan listrik dan ekosistem penunjang diharapkan memaksimalkan potensi adaptasi transportasi nonbahan bakar fosil tersebut.
”Kami mengakui dan sadar EV (electrical vehicle/kendaraan listrik) ini punya potensi dengan adopsi dan penetrasi yang dilakukan, dengan ditunjang model kendaraan yang lebih baik, dan berkembangnya infrastruktur pendukung,” kata Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro dalam acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan 2024 yang diselenggarakan secara hibrida, Selasa (30/4/2023) sore. Ia menuturkan, pengembangan kendaraan listrik yang mulai diadopsi masyarakat Indonesia juga menjadi fokus perusahannya.
Sejauh ini, menurut dia, masyarakat Indonesia masih lebih banyak mengadaptasi kendaraan hibrida, yaitu model kendaraan yang masih menggunakan dua jenis sumber bahan bakar baik baterai listrik ataupun bensin berbahan bakar fosil.
Sampai tahun 2023, mobil hibrida masih mendominasi hingga 75 persen dari total kendaraan terelektrifikasi di dalam negeri. Kendaraan model ini, menurut dia, juga masih lebih banyak diproduksi Astra, yang memiliki pangsa pasar secara agregat sebesar 56 persen.
Baca juga: Mobil Listrik Terus Berdatangan ke Indonesia
”Model hibrida masih akan populer dan relatif diterima masyarakat Indonesia. Di Astra, kami punya jaringan penjualan, kami punya ekosistem, seperti itu. Kami mencoba melihat secara berimbang, (kendaraan model) hibrida masih dominan dari seluruh kendaraan elektrifikasi,” ungkapnya.
Meski demikian, perseroan yang terdaftar di bursa dengan nama ASII ini meyakini kendaraan berteknologi baterai listrik dapat menggantikan dominasi tersebut. Untuk mendukung hal tersebut, segenap anak usaha Astra berencana menggarap produk-produk dan layanan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik.
”Saat ini PT Toyota Astra Motor dan PT Astra Honda Motor juga memiliki rencana baterai EV (electric vehicle/kendaraan listrik) ke depan. Toyota Astra Motor joint venture kami di Toyota meluncurkan baterai EV yang banyak dan Astra Honda juga merencanakan motor listrik yang banyak dalam dua tahun ke depan,” tutur Djony.
Segenap anak usaha Astra berencana menggarap produk-produk dan layanan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik.
Pernyataan ini juga menepis anggapan bahwa mereka terancam dengan munculnya baterai listrik dan kendaraan listrik dari China dan Korea. Persaingan itu disebut-sebut membuat saham ASII anjlok ke level harga Rp 5.000-an pada akhir 2023, menyamai level rendah yang terakhir terjadi pada 2021.
Ia melanjutkan, PT Astra Otoparts juga akan ikut menyediakan stasiun pengisian baterai listrik. Astra juga berencana ikut menambah kegiatan usaha stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), termasuk usaha penukaran beterai kendaraan listrik, reparasi baterai, dan aktivitas penunjang lainnya.
Pada kesempatan sama, Direktur Astra International Hamdani Dzulkarnaen Salim menambahkan, PT Astra Otoparts mendukung transisi ke kendaraan berbaterai listrik dengan memasok komponen kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Strategi ini memanfaatkan posisi perusahaan yang telah menjadi penyedia peralatan asli untuk pasar dalam negeri dan regional.
”Ini bukan hanya untuk Astra Group, tetapi di luar pemain yang ada di Indonesia, dan bukan hanya kendaraan roda empat, melainkan juga kendaraan roda dua. Astra akan terus mengembangkan otoparts EV karena ini memiliki peranan penting pengembangan ekosistem EV,” ujarnya.
Penjualan bertumbuh
Analis NH Korindo Sekuritas, Axell Ebenhaezer, membaca bahwa pasar kendaraan listrik Indonesia kini mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 246 persen. Penjualan kendaraan listrik oleh Astra sendiri juga telah meningkat 69 persen secara tahunan, yakni menjadi 17.200 unit dari 10.400 unit.
Meski demikian, penjualan kendaraan berbahan bakar fosil masih menjadi kontributor terbesar pada perusahaan. Dilaporkan, laba bersih ASII mencapai rekor tertinggi selama 2023 meskipun terdapat beberapa katalis negatif, seperti normalisasi harga acuan batubara global dan suku bunga yang tinggi.
Perusahaan mencapai kenaikan laba bersih sebesar 16,9 persen ke Rp 33,8 triliun dari Rp 28,9 triliun tahun 2022. Sementara pendapatan meningkat sebesar 5 persen menjadi Rp 316,6 triliun dari Rp 301,4 triliun. ASII juga melaporkan neraca yang sehat dengan aset meningkat sebesar 7,8 persen secara tahunan menjadi Rp 445,7 triliun dan rasio utang terhadap ekuitas yang stabil sebesar 0,37.
Pasar kendaraan listrik Indonesia kini mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 246 persen.
”Peningkatan kinerja dari segmen otomotif merupakan kontributor besar terhadap pertumbuhan mereka pada 2023. Secara khusus, penjualan sepeda motor mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 22 persen secara tahunan dengan ASII meningkatkan total pangsa pasar domestiknya dari 77 persen menjadi 78 persen. Pangsa pasar ASII di pasar mobil domestik juga tumbuh dari 55 persen menjadi 56 persen meskipun terjadi penurunan total penjualan sebesar 2 persen, yang mencerminkan penurunan penjualan mobil domestik secara keseluruhan,” papar Axell.
Baca juga: Mobil Listrik Laris Manis di Awal 2024
Meski demikian, penjualan mobil di triwulan I-2024 sejauh ini tengah lesu. Penjualan mobil oleh emitem ASII ini dilaporkan turun 20,22 persen selama tiga bulan pertama 2024 dengan hanya 119.662 unit dibandingkan periode sama tahun 2023 yang sebanyak 150.006 unit. Ini sejalan dengan penjualan mobil domestik total yang juga menurun 24 persen secara tahunan ke angka 215.000 unit.
”Penurunan ini disebabkan sejumlah faktor, termasuk menurunnya daya beli masyrakat, suku bunga tinggi, consumer confidence yang rendah, meningkatnya kompetisi dari penjualan mobil bekas, serta pilpres,” kata Axell.
Faktor-faktor makro yang telah disebut di atas berpotensi mengekang pertumbuhan sektor otomotif selama 2024. Terdapat juga faktor ketidakpastian kebijakan pemerintah, khususnya seputar mobil listrik dan hibrida yang dapat berubah. ”Alhasil akan menahan perkembangan penjual mobil-mobil tersebut,” kata Axell.
Kolaborasi
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, saat menghadiri acara Periklindo Electric Vehicle Show 2024, di Kemayoran, Jakarta, Selasa (30/4/2024), mengajak semua pihak untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam mengembangkan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di Indonesia.
Budi mengatakan, pemerintah telah menerbitkan berbagai regulasi dan kebijakan insentif guna mendukung percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) untuk transportasi jalan. Dukungan Kementerian Perhubungan melalui pemberian kebijakan insentif fiskal untuk tarif uji tipe dan tarif sertifikat uji tipe, baik untuk KBLBB baru maupun kendaraan hasil konversi.
”Hingga 3 April 2024, jumlah KBLBB berdasarkan jumlah SRUT yang terbit sebanyak 133.225 unit. Kami bertanggung jawab dalam memastikan kendaraan bermotor yang dioperasikan wajib memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sehingga aman dan berkeselamatan,” katanya sebagaimana dikutip dari siaran pers Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Kemenhub juga melaksanakan pengujian tipe kendaraan bermotor secara sistem dengan melakukan 18 item pengujian berdasarkan standar nasional maupun internasional. Selain itu, pada tahun 2025, Indonesia juga akan memiliki fasilitas pengujian tipe kendaraan bermotor terbesar se-Asia Tenggara, yaitu Proving Ground di Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB) Bekasi yang dilaksanakan melalui proyek KPBU.
Sektor transportasi merupakan bagian dari sektor energi yang fokus pada penerapan konservasi energi serta pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam pengendalian emisi. Manfaat dari peralihan menuju kendaraan listrik ini adalah penurunan emisi serta penghematan energi dan biaya energi.
”Masa depan tanpa emisi dapat diwujudkan salah satunya melalui implementasi kendaraan listrik yang merupakan peluang besar untuk transisi energi bersih dan ramah lingkungan yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan pada tahun 2030 jumlah kebutuhan energi pada sektor transportasi mengalami penghematan sebesar 0,4 juta TOE atau terjadi penghematan biaya energi sebesar Rp 4,2 triliun. Ini terjadi dengan estimasi penurunan emisi sebesar 358 juta ton CO2.
Baca juga: Ironi Subsidi Motor Listrik dan Bahan Bakar Minyak
Insentif
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin, pada kesempatan sama, menuturkan, pemerintah akan mengeluarkan sejumlah insentif agar kendaraan listrik lebih berdaya tarik.
Sejauh ini telah ada insentif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) 0 persen dan pajak-pajak lainnya yang dinikmati langsung oleh pembeli. Ke depan, diharapkan insentif ini akan dilanjutkan dan ditambahkan pemerintahan selanjutnya, yakni oleh pasangan terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
”Nanti akan kami lihat, kebutuhan insentifnya masih perlu berlanjut atau tidak. Waktu itu kami dorong (dengan insentif) untuk industri supaya mature (matang), supaya lebih banyak industri yang masuk. Kami nanti juga akan komunikasi dengan pemerintah selanjutnya,” ucap Rachmat.
Perkembangan kendaraan listrik di dalam negeri, menurut dia, sudah semakin pesat dengan masuknya merek-merek baru kendaraan listrik. ”(Target) sedang kami lihat karena terjadi perubahan (peta industri kendaraan listrik). Banyak barang baru. Untuk roda empat, minimal 50.000 unit. Itu sudah tiga kali lipat lebih dari (capaian) 2023, yang 16.000-an unit. (Target) untuk roda dua belum dihitung,” ungkapnya (Kompas.id, 1/5/2024).