Masih Tekor, Grup GoTo Catatkan Rugi di Bawah Rp 1 Triliun per Triwulan I-2024
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk membukukan rugi bersih senilai Rp 861 miliar per triwulan I-2024.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk atau Grup GoTo membukukan rugi bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 861,9 miliar pada triwulan I-2024. Dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, kerugian ini turun 78 persen.
Meski masih rugi, Grup GoTo mencatatkan rekor baru di triwulan I-204, yakni rugi bersih di bawah Rp 1 triliun. Ini adalah kali pertama. Grup GoTo selalu membukukan kerugian di atas Rp 1 triliun sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 April 2022.
Beban insentif dan pemasaran produk Grup GoTo pada triwulan I-2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 menurun 31 persen. Adapun beban kas rutin tetap berkurang 25 persen dan beban korporasi rutin turun 30 persen.
Dalam hal kas dan posisi keuangan, Grup GoTo per 31 Maret 2024 memiliki Rp 23 triliun kas, setara kas, dan deposito jangka pendek. Posisi tersebut tidak berubah sejak dekonsolidasi Tokopedia yang efektif pada 1 Februari 2024.
Grup GoTo menyebutkan, pendapatan bruto triwulan I-2024 naik 18 persen menjadi Rp 4,2 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ini seiring dengan take rate atau rata-rata komisi yang stabil pada triwulan tersebut.
Direktur Utama Grup GoTo Patrick Walujo, dalam siaran pers, Senin (29/4/2024), di Jakarta, mengatakan, pada 2023 perusahaan telah meletakkan landasan strategi supaya mencapai pertumbuhan berkualitas. Caranya antara lain dengan memperluas basis pengguna, memperdalam wallet share, konsisten menurunkan beban operasional, dan memperkuat kemitraan dengan Tiktok. Landasan strategi itu sudah terlihat hasilnya.
”Seiring implementasi strategi tersebut, kami berharap dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat di tahun ini. Kami juga tetap berkomitmen menuju profit,” ujarnya. Grup GoTo menargetkan bisa mencapai titik impas EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) yang disesuaikan pada 2024.
Dua bisnis utama Grup GoTo membukukan pencapaian yang positif pada triwulan I-2024. Pertama, bisnis layanan berbasis permintaan atau on demand services membukukan pendapatan bruto Rp 3,34 triliun, naik 12 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2023.
Kedua, bisnis layanan teknologi finansial membukukan pendapatan bruto senilai Rp 666 miliar pada triwulan I-2024, naik 57 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Hal ini didorong oleh bisnis pembayaran dan pinjaman konsumen. Perseroan terus meningkatkan investasinya pada lini bisnis ini dan mempercepat integrasi ke produk-produk di Tiktok dan Tokopedia.
”Kami akan tetap berinvestasi dengan hati-hati, mempertahankan pengelolaan beban usaha secara disiplin, seiring langkah mempertahankan pertumbuhan bisnis jangka panjang,” ujar Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo.
Pada hari yang sama, Grup GoTo juga mengumumkan rencana melepas bisnis GoTo Logistik yang khusus mendukung layanan di Tokopedia. Misalnya, bisnis ”Dilayani Tokopedia”. Menurut rencana, pelepasan akan dilakukan akhir triwulan II-2024.
Dengan demikian, Grup GoTo akan fokus ke bisnis on demand services, seperti Gojek, Gofood, dan Gosend, serta bisnis teknologi finansial seperti Gopay.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies Nailul Huda berpendapat, secara umum, bisnis on demand services di Indonesia masih memiliki potensi yang menarik, terutama bisnis layanan transportasi berbasis aplikasi atau ride hailing. Alasannya, ride hailing menjadi jawaban yang saat ini ideal bagi masyarakat dengan transportasi umum yang kurang baik.
”Yang kurang prospek dan membutuhkan dana besar adalah pesan-antar makanan. Prospeknya bisa turun seiring dengan pola konsumsi masyarakat yang bisa berubah ke makan di tempat. Jika tidak diimbangi dengan biaya yang didiskon, saya rasa orang mulai meninggalkan layanan itu,” ujarnya.
Lebih jauh, lanjut Nailul, bisnis bank digital mempunyai prospek cerah seiring dengan perubahan konsumsi layanan keuangan dari luring ke daring/digital. Akan tetapi, pada saat bersamaan bank konvensional juga bertransformasi menjadi digital.
Bisnis logistik yang dimiliki lokapasar, menurut dia, lebih efisien walaupun berpotensi mengancam pelaku bisnis logistik yang sudah lama. Hanya saja, pelaku bisnis logistik yang sudah lama semestinya tidak perlu khawatir karena, di Indonesia, transaksi jual-beli barang lewat media sosial dan aplikasi pesan instan masih besar. Transaksi seperti ini biasanya butuh jasa kurir yang tidak berada di bawah perusahaan lokapasar.