Investor Diminta Tetap Optimistis Hadapi Geopolitik Dunia
Gejolak geopolitik di Timur Tengah memengaruhi pasar keuangan Indonesia meski harga komoditas melonjak.
JAKARTA, KOMPAS — Gejolak geopolitik yang memanas di Timur Tengah sampai hari ini menjadi ujian terberat pasar keuangan selama empat bulan awal di 2024. Investor dan pelaku perdagangan diharapkan tetap optimistis sejalan dengan upaya pemerintah menstabilkan sistem keuangan.
Kabar dugaan serangan balik Israel di Iran, Jumat (19/4/2024) pagi, sontak membuat beberapa indikator keuangan dan harga komoditas berubah signifikan. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Jumat, menurut kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), melemah 0,63 persen menjadi Rp 16.280 dibandingkan kemarin (Kamis, 18/4/2024) di posisi Rp 16.177.
Penguatan dollar ini membuat harga komoditas, seperti minyak mentah hingga emas melonjak. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut ambles ke posisi terendahnya selama 2024, yakni di rentang 7.167 hingga 7.063. Bursa ditutup dengan IHSG di 7.087 atau minus 1,11 persen dibandingkan penutupan bursa sehari sebelumnya.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Irvan Susandy, kepada wartawan, mengatakan, masyarakat diharapkan optimistis menyikapi fenomena yang ada.
Baca juga: Israel Diduga Balas Iran, IHSG Hampir Sentuh 7.000
”Kita belum tahu seperti apa kelanjutan pertikaian antara Israel dan Iran ini. Kita tentu berharap tidak sampai menimbulkan perang terbuka di antara kedua negara karena efeknya bisa dirasakan oleh banyak negara lain juga. Kami tentu akan selalu memantau setiap perkembangan dan berkoordinasi juga dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan regulator di pasar modal lainnya,” ucapnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, dalam keterangan persnya, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dalam menghadapi dampak guncangan geopolitik global yang saat ini terjadi.
”Ketenangan dan rasionalitas dari masyarakat, serta koordinasi antarotoritas terkait, merupakan faktor kunci dalam menghadapi dinamika perekonomian global yang saat ini terjadi,” kata Dian.
Tensi geopolitik yang meningkat di Timur Tengah setelah konflik langsung Iran dengan Israel sejak awal April ini menyebabkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang makin meluas. Kondisi ini dapat membebani perekonomian dunia, terutama dari kenaikan harga komoditas energi dan mineral utama, serta kenaikan biaya logistik seiring terganggunya jalur perdagangan utama akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.
Baca juga: Pasar Khawatirkan Pasokan Terganggu, Harga Minyak Kembali Naik
Peningkatan tensi geopolitik dan ketidakpastian global ini menyebabkan dollar AS yang merupakan salah satu safe haven asset terus diburu para pelaku pasar dan mendorong penguatannya lebih lanjut. Salah satu akibatnya, inflasi Indonesia pada Maret 2024 meningkat menjadi 3,05 persen secara tahunan dibandingkan 2,75 persen pada Februari 2024.
Sejauh ini, penguatan dollar AS terjadi terhadap seluruh mata uang secara global, tecermin dari Dollar Index yang mencatatkan tren kenaikan sejak akhir Maret 2024. Beberapa faktor yang memengaruhi penguatan dolar AS, antara lain, adalah kebijakan suku bunga tinggi yang masih berlanjut di tengah kuatnya perekonomian AS bersamaan dengan laju inflasi AS yang masih cukup jauh dari target 2 persen.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang menyatakan belum akan terburu-buru menurunkan suku bunga dan akan terus melihat perkembangan data perekonomian ke depan.
Pada Kamis (18/4/2024), Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengimbau eksportir untuk lebih maksimal memarkir devisa hasil ekspornya di dalam negeri. Dengan memperkuat pasokan cadangan devisa (cadev) di dalam negeri, rupiah diharapkan bisa lebih kuat menghadapi tekanan pasar keuangan global.
”Kami mengimbau seluruh devisa hasil ekspor (DHE) dari para eksportir agar dibawa pulang ke Indonesia. Ini memang sudah sesuai aturan kalau DHE mesti ditaruh di dalam negeri untuk waktu lebih panjang,” kata Suahasil dalam konferensi pers tentang kondisi perekonomian Indonesia terkini pascaserangan Iran ke Israel.
Dengan memperkuat pasokan cadangan devisa (cadev) di dalam negeri, rupiah diharapkan bisa lebih kuat menghadapi tekanan pasar keuangan global.
Dongkrak komoditas
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terjadi saat ini memberikan efek positif terhadap ekspor komoditas dan turunannya. Memang, pada Jumat (19/4/2024), harga saham setengah total perusahaan tercatat di BEI tumbuh negatif. Meski demikian, penguatan dollar AS dan harga komoditas memberi sentimen positif bagi emiten yang menghasilkan komoditas ekspor.
”Menguatnya mayoritas harga komoditas berpeluang menjadi sentimen positif untuk indeks harga saham gabungan,” menurut riset pasar oleh CGS International Sekuritas Indonesia.
Baca juga: Selamatkan Rupiah, Eksportir Diminta Lebih Maksimal Simpan Dollar di Dalam Negeri
Mereka memprediksi IHSG akan bergerak bervariasi cenderung menguat dengan kisaran support 7.130 atau 7.095 dan resisten di 7.205 atau 7.240.
Grafik pergerakan harga emas berjangka sebulan terakhir hingga Senin (8/4/2024).
Perdagangan komoditas emas, valuta asing, dan minyak berikut produk turunannya pun menjadi lebih menarik dalam situasi sekarang. Direktur Utama Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity & Derivative Exchange (ICDX) Nursalam mengatakan, kondisi pasar di bursa komoditas unik karena pasar justru bergerak positif pada saat harga-harga komoditas dan nilai tukar mata uang bergerak tajam, baik naik maupun turun.
”Pergerakan harga komoditas yang fluktuatif ini tentunya juga bisa menjadi catatan bagi para pelaku usaha tentang pentingnya melakukan hedging atau lindung nilai. Pelaku bisnis dapat memitigasi risiko atas pergerakan harga komoditas ini dengan melakukan transaksi di bursa atas komoditas tertentu sehingga aman pada saat pelaku bisnis dalam menjaga harga pada saat komoditas tersebut dibutuhkan pada waktu tertentu,” ungkapnya dalam keterangan pers.
Kondisi pasar di bursa komoditas unik karena pasar justru bergerak positif pada saat harga-harga komoditas dan nilai tukar mata uang bergerak tajam, baik naik maupun turun.
Pada perdagangan tanggal 15 April 2024 tercatat transaksi harian mencapai 38.470,40 lot. Volume transaksi ini melebihi rata-rata transaksi harian tahun 2023 yang sebanyak 23.719,37 lot, serta transaksi perdana pada tahun 2024 sebanyak 29.148,43 lot.
Transaksi yang terjadi pada 15 April 2024 tersebut meliputi transaksi multilateral sebanyak 6.658 lot, transaksi sistem perdagangan alternatif sebanyak 31.644,40 lot, dan penyaluran amanat luar negeri (PALN) sebanyak 168 lot.
Dari sistem perdagangan alternatif, dominasi transaksi terjadi pada kontrak berjangka Loco Gold dengan 20.868,68 lot dan forex sebanyak 5.983,64 lot. Sedangkan dari transaksi multilateral, dominasi terjadi pada kontrak emas sebanyak 5.056 lot dan currency sebanyak 1.580 lot.
Baca juga: IHSG dan Rupiah Perlahan Menguat