Pelemahan IHSG Berlanjut, Kebijakan Nilai Tukar Rupiah Dinanti
IHSG masih di level rendah akibat pelemahan rupiah dan sentimen negatif eksternal lainnya.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan pada Kamis (18/4/2024) diprediksi masih berada di posisi rendah setelah menyentuh level terdalam selama 2024 seusai libur Lebaran dua hari lalu. Pelemahan nilai tukar rupiah karena beberapa faktor eksternal yang menjadi sentimen negatif diharapkan segera ditangani pemerintah.
Pada akhir perdagangan sesi pertama hari ini, IHSG berada di angka 7.149. Pergerakan IHSG setengah hari ini masih cenderung lemah seperti perdagangan sehari sebelumnya yang ditutup di level 7.130 (turun 0,47 persen) dan penutupan Selasa (16/4/2024) di level 7.164 (turun 1,68 persen).
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christoper Rusli, menjelaskan dalam laporannya, depresiasi rupiah telah memengaruhi IHSG secara negatif. Per tengah hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai Rp 16.185 per dollar AS, menurut data Bloomberg. Sementara angka Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) per Rabu (17/4/2024) rupiah di level Rp 16.240 per dollar AS.
Situasi ini, kata Christopher, membuat rupiah mencapai level terlemahnya sejak tahun 2020, yaitu di angka 16.220 per dollar AS. Penurunan kurs rupiah awalnya dipicu oleh pandemi Covid-19 dan terus berlanjut hingga empat tahun terakhir.
”Ketegangan yang berlanjut di Timur Tengah juga membuat pasar dalam kondisi wait and see, meningkatkan ketidakpastian global. Hal ini mendorong investor untuk menahan diri dari pasar atau beralih ke instrumen aset yang lebih aman atau safe haven,” ujarnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia pun memprediksi IHSG hari ini hanya akan bergerak di rentang 7.092- 7.165. Jatuhnya IHSG diikuti aksi jual saham oleh investor asing sebesar Rp 470,5 miliar pada Rabu (17/4/2024).
Faktor lain dari melemahnya nilai tukar, lanjutnya, adalah sentimen pasar pada rencana Bank Sentral AS, The Fed, untuk memperlambat penurunan suku bunga tahun ini.
Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa masih diperlukan waktu lebih lanjut sebelum memutuskan adanya pemangkasan suku bunga. Dalam sebuah diskusi panel di Washington Forum, pada 16 April 2024, ia menyatakan bahwa perekonomian AS belum mencapai target inflasi bank sentral sebesar 2 persen.
Sementara itu, analis Phintraco Sekuritas, Valdy K, dalam keterangan risetnya, membaca bahwa IHSG berpeluang kembali mencoba tutup gap ke kisaran 7.180-7.200 pada hari ini. Artinya, akan ada sedikit penguatan pada indeks harga saham.
Perubahan sentimen eksternal di atas dan upaya intervensi pemerintah berpeluang mendorong nilai tukar rupiah kembali ke bawah Rp 16.000 per dollar AS.
Selain karena faktor potensi deeskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. The Fed berpotensi mengubah arah kebijakan suku bunga acuannya dalam jangka pendek, yaitu peluang pemangkasan di Juni 2024.
”Dengan demikian, nilai tukar rupiah berpotensi membaik dalam beberapa hari ke depan. Perubahan sentimen eksternal di atas dan upaya intervensi pemerintah berpeluang mendorong nilai tukar rupiah kembali ke bawah Rp 16.000 per dollar AS,” ucap Valdy.
Kebijakan
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susiato mengungkapkan, BI akan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengembalikan rupiah ke bawah Rp 16.000 per dollar AS.
”BI tentu melakukan langkah-langkah, seperti memastikan berada di pasar untuk terus mengawal atau menjaga keseimbangan supply-demand valuta asing, mendorong inflow asing dengan meningkatkan daya tarik aset rupiah dan menurunkan biaya hedging, serta membangun koordinasi dengan stakeholder terkait, mencakup pemerintah, perbankan dan Pertamina,” katanya (Kompas, 17/4/2024).
Adapun Senior Economist PT Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi berpendapat, ada dua opsi kebijakan yang dapat diambil oleh BI untuk menstabilkan nilai tukar. Pertama, BI dapat menempuh kebijakan suku bunga acuan dengan harapan akan memicu apresiasi rupiah. Kedua, lewat kebijakan intervensi pasar yang bisa ditempuh setidaknya sampai Juni 2024 atau waitandsee dengan mengandalkan cadangan devisa yang dimiliki.
”Berdasarkan simulasi, dengan 500 juta dollar AS, minimal bisa membawa rupiah dari Rp 16.200 ke level Rp 16.000. Kalau mau lebih kuat lagi, 1 miliar dollar AS itu bisa mengembalikan rupiah ke level 15.900. Hal ini bisa dilakukan selama 3 bulan hingga Juni 2024,” ujar Fithra, yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Per akhir Maret 2024, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat 140,4 miliar dollar AS atau turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 144,0 miliar dollar AS. Cadangan devisa tersebut setara pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Dengan kata lain, cadangan devisa masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Meski masih memadai, penurunan cadangan devisa Indonesia, menurut Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Irvan Susandy, ikut memengaruhi terkoreksinya IHSG. ”Beberapa rilis data ekonomi domestik dalam dua minggu terakhir turut memengaruhi terkoreksinya IHSG, yaitu Inflasi Indeks Harga Konsumen dan cadangan devisa untuk bulan Maret,” katanya dalam keterangan kepada wartawan.