Konflik Iran-Israel Berisiko Ganggu Rantai Pasok Global dan Ekspor Indonesia
Konflik Iran-Israel bisa pecah lagi. Ini berisiko mengganggu rantai pasok global dan ekspor Indonesia.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku usaha menilai eskalasi konflik Iran-Israel berisiko mengganggu rantai pasok global. Hal ini akan menggerus ekspor dunia usaha dalam negeri. Mengingat ketidakpastian global tengah meningkat, beralih fokus ke pasar dalam negeri menjadi alternatif.
Wakil Ketua bidang Agraria, Tata Ruang, dan Kawasan Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sanny Iskandar, Senin (15/4/2024), mengatakan, serangan udara Iran terhadap Israel pada akhir pekan lalu menambah daftar panjang berbagai ketegangan geopolitik global. Setelah perang Rusia-Ukraina, perang Israel-Hamas, kini pecah konflik Israel-Iran.
Eskalasi konflik Iran-Israel ini, Sanny perkirakan mengganggu rantai pasok global di sekitar Timur Tengah.
Berbagai ketegangan geopolitik ini menambah unsur ketidakpastian global. Eskalasi konflik Iran-Israel ini, Sanny perkirakan mengganggu rantai pasok global di sekitar Timur Tengah. Padahal, kawasan itu memiliki posisi strategis dalam perdagangan barang dan jasa.
Rantai pasok yang terganggu itu bisa mengerek naik harga barang dan jasa. Sebab, bukan tidak mungkin ada tambahan waktu dan biaya pengiriman. Belum lagi kalau ada komoditas tertentu yang sampai tidak bisa terdistribusikan dengan baik karena gangguan keamanan di daerah itu.
”Gangguan rantai pasok ini bisa ciptakan faktor kelangkaan. Ketersediaan barang jadi menurun karena distribusi terganggu,” ujar Sanny.
Dampaknya, Sanny melanjutkan, ekspor industri dalam negeri bisa tergerus. Wilayah Timur Tengah jadi posisi strategis untuk distribusi barang ekspor ke kawasan Eropa, Asia Barat, dan Timur Tengah sendiri.
Pasar dalam negeri ini, kan, besar. Banyak potensi yang bisa dimanfaatkan.
Berdasarkan risiko itu, menurut Sanny, pelaku dunia usaha bisa mengantisipasinya dengan mengalihkan fokus pada pasar dalam negeri. Kendati daya beli masyarakat dalam negeri belum sepenuhnya pulih, pasar dalam negeri menawarkan ketidakpastian yang lebih rendah.
”Pasar dalam negeri ini, kan, besar. Banyak potensi yang bisa dimanfaatkan. Ini baik karena di dalam negeri pengusaha tidak perlu terlalu bergantung pada situasi tidak menentu politik dan perdagangan dunia,” ujar Sanny.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sarman Simanjorang mengatakan, setiap gejolak geopolitik tentu berdampak terhadap perekonomian tak hanya global, tetapi juga bisa merembet ke Indonesia.
Mengingat Iran adalah salah satu produsen minyak strategis di dunia, maka seluruh pemangku kepentingan ekonomi dalam harus mewaspadai potensi kemungkinan kenaikan harga minyak ke depan.
Pemerintah, ia melanjutkan, perlu melihat lebih detail seberapa besar hubungan dagang dan investasi antara Indonesia dan Iran. Dengan demikian, dampak eskalasi konflik kedua negara terhadap perekonomian Indonesia bisa dimitigasi.
”Meningkatnya ketegangan geopolitik perlu diantisipasi dengan tepat sehingga tidak sampai mengganggu perekonomian dalam negeri,” ujar Sarman.
Menteri Perdagangan periode 2004-2011, Mari Elka Pangestu, pada diskusi daring yang digelar Perkumpulan Eisenhower Fellowship Indonesia, Senin (15/4/2024), mengatakan, dalam jangka pendek, konflik Iran-Israel akan memberikan kejutan pada gangguan rantai pasok.
Situasi ini akan segera mengerek harga barang dan ciptakan inflasi dunia. Adapun komoditas pertama yang akan langsung terkerek naik harganya adalah minyak mentah dunia.
”Ada supply shock yang akan terjadi. Permintaan yang tidak bisa diimbangi pasokan akan menimbulkan kenaikan harga,” ujar Mari.