Puncak Arus Balik, Perjalanan Kapal Penyeberangan Bakauheni Ditambah
Semakin malam, antrean menuju Pelabuhan Bakauheni bertambah panjang. Meski demikian, kondisi masih terkendali.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
BAKAUHENI, KOMPAS – Volume arus balik penyeberangan dari Sumatera ke Jawa meningkat pesat pada Minggu (14/4/2024). Antrean kendaraan sempat mengular hingga ke luar Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Baru 35 persen pemudik yang pulang dari Sumatera ke Jawa. Antrean panjang diperkirakan masih terjadi pada Senin ini.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, mereka bersama pihak terkait lain telah memperbaiki berbagai skema agar penumpukan kendaraan pada arus balik tidak separah saat arus mudik di Pelabuhan Merak yang mengakibatkan kemacetan panjang.
Perbaikan mendasar yang dilakukan, kata Budi, adalah menambah pergerakan kapal dari 131 perjalanan menjadi 146 perjalanan per hari. “Kapal yang melampaui (waktu tunggu) 45 menit, dia harus jalan. Surat Persetujuan Berlayar (SPB) juga harus dilaksanakan kurang dari lima menit sehingga tak ada delay yang berarti,” ujar Budi saat memantau arus balik di Pelabuhan Bakauheni.
Pantauan Kompas, volume kendaraan meningkat di berbagai kapal penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni. Pada kapal ekspres, panjang antrean berkisar 300 meter yang terdiri atas enam lajur. Antrean bertambah panjang pada sore hingga malam. Namun, menjelang tengah malam, antrean mulai berkurang. Tidak ada lagi antrean di luar pelabuhan.
Dicky (26), pemudik dari Palembang menuju Tangerang Selatan, menyebut, perjalanannya dari Palembang hingga Lampung memakan waktu empat jam, tergolong normal.
Hanya saja ada penumpukan pada sejumlah titik karena pemeriksaan tiket kapal di beberapa zona penyangga. Ia mendapat jatah pemeriksaan tiket di kilometer (km) 20.
Sesampainya di Pelabuhan Bakauheni, dia dan keluarga masih harus menunggu giliran untuk masuk ke kapal feri. Mereka sudah mengantre 2,5 jam, tetapi belum mendapatkan giliran masuk kapal feri hingga menjelang tengah malam.
“Antrean penyeberangan tahun ini rasanya lebih lama dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena transisi sistem pembelian tiket dari offline ke online,” ujar Dicky.
Hal berbeda dialami pemudik sepeda motor, Eprilia (22). Perjalanannya dari Lampung Utara menuju Bakauheni cukup lancar. Durasi waktu yang dibutuhkan untuk masuk ke antrean tak sampai 30 menit.
Hingga pukul 18.30, antrean mulai mengular di depan pintu gerbang Pelabuhan Bakauheni. Barisan itu didominasi mobil pribadi. Angkutan lainnya adalah angkutan minibus dan bus.
Para petugas menahan kendaraan di depan gerbang jika antrean masuk kapal di dalam pelabuhan masih padat. Namun, antrean di depan gerbang masih terkendali dengan panjang sekitar 300 meter.
Pemerintah dan sejumlah pemangku kepentingan, termasuk pengelola pelabuhan yakni PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memproyeksikan hari Minggu (14/4/2024) merupakan puncak arus balik. Sebab, para karyawan swasta mulai bekerja pada Senin (15/4/2024).
Budi menilai, kebijakan aparatur sipil negara (ASN) untuk bekerja dari rumah pada Selasa (16/4/2024) dan Rabu (17/4/2024) menjadi relaksasi menurunkan kepadatan kendaraan. Pergerakan hari ini masih terhitung landai.
“Hari ini masih relatif landai. Jadi memang ukuran dari jumlah kapal yang harus dioperasikan relatif masih landai,” katanya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Kepala Korps Lalu-Lintas Polri Inspektur Jenderal Aan Suhanan juga memantau Pelabuhan Bakauheni. Hadir pula Kepala Kepolisian Daerah Lampung Irjen Helmy Santika dan Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi.
Polda Lampung juga menggolongkan kepadatan volume kendaraan di Pelabuhan Bakauheni berkategori hijau, artinya aman dan terkendali. Kondisi ini berupaya untuk terus dipertahankan. Pada jalur darat, baik lintas tengah, barat, maupun timur masih tergolong hijau.
“Kalau kuning, berarti kami harus beroperasi dengan lebih agresif. Kalau merah artinya padat. Kapal harus dioperasikan secara practical, yakni setelah bongkar langsung bergerak dari Bakauheni dan langsung bergerak juga dari Merak. Begitu selesai bongkar, langsung kembali lagi,” tutur Helmy.
Helmy menambahkan, sejumlah skema telah disiapkan untuk mencegah penumpukan kendaraan, yakni sistem penundaan memasuki pelabuhan atau delaying system serta penerapan zona penyangga alias buffer zone. Zona ini terletak pada sejumlah tempat istirahat (rest area) di Tol Trans Sumatera.
“Improvement Menhub dilaksanakan betul sehingga dampak ke luar atau ke jalan raya, tol, dan arteri ini masih hijau. Artinya, kami belum menerapkan delaying system. Skema ini akan diterapkan jika Pelabuhan Bakauheni sudah overload,” kata Aan.
Ia menambahkan, pantauan jalanan masih tergolong lancar dari Sumatera Selatan, Banten, hingga ke Jakarta. Pemudik pun diingatkan untuk tetap menjaga stamina, tak terbawa euforia lancarnya jalanan dengan kebut-kebutan di jalan.
“Tetap kendalikan kecepatan sehingga keselamatan ini menjadi hal yang utama agar bisa sampai ke tempat tujuan,” ujar Aan.
Menurut data Posko Bakauheni ASDP, jumlah kapal yang beroperasi sebanyak 37 unit, baik yang beroperasi di lintasan Bakauheni-Merak, maupun Panjang-Ciwandan.
Secara akumulatif, penumpang yang kembali dari Sumatera ke Jawa terhitung sejak Kamis (11/4/2024) hingga Minggu (14/4/2024) pukul 12.00 sebanyak 292.814 orang. Angka itu 35 persen dari total penumpang yang berangkat dari Jawa ke Sumatera pada arus mudik, yakni 835.718 orang.
Tren serupa terjadi pada penghitungan kendaraan yang telah kembali dari Sumatera ke Pulau Jawa. Sudah 67.557 unit kendaraan yang pulang ke Jawa atau 34 persen dari 196.287 unit yang mudik dari Jawa ke Sumatera.