Kredit Macet, Perbankan Akan Makin Hati-hati Serap Obligasi BUMN Karya
Maraknya kasus gagal BUMN Karya membuat perbankan trauma menyerap surat utang terbitan BUMN Karya.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbankan diproyeksi akan lebih selektif dalam menyerap surat utang yang diterbitkan badan usaha milik negara di sektor infrastruktur atau BUMN Karya. Masalah utang menumpuk yang membelit BUMN Karya dipicu buruknya tata kelola dalam tubuh internal perseroan menjadi.
Dihubungi Minggu (31/3/2024), Analis Divisi Pemeringkat Jasa Keuangan Pefindo, Danan Dito, menilai maraknya kasus gagal BUMN Karya membuat perbankan trauma untuk menyerap surat utang yang diterbitkan BUMN Karya dalam jangka menengah.
Maraknya kasus gagal BUMN Karya membuat perbankan trauma untuk menyerap surat utang yang diterbitkan BUMN Karya dalam jangka menengah.
”Perbankan, terutama swasta, memberi catatan khusus untuk sektor ini. Artinya, perlu ada pertimbangan yang ketat jika ingin membeli surat utang dari sektor tersebut,” ujar Danan.
Salah satu BUMN Karya yang kini tengah terbelit beban utang adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Kompas mencatat, posisi utang Waskita Karya yang tengah direstrukturisasi per Desember 2023 mencapai Rp 41,2 triliun, terdiri dari utang perbankan dan surat berharga, seperti obligasi.
Sementara itu, Wijaya Karya telah merampungkan perjanjian restrukturisasi induk (master restructuring agreement/MRA), menyusul kesepakatan yang telah terjalin sebelumnya bersama 11 lembaga keuangan. Nilai saldo utang setara dengan 100 persen dari total utang yang direstrukturisasi sebesar Rp 20,79 triliun.
Danan menambahkan, untuk menyerap surat utang yang diterbitkan sektor BUMN Karya, perbankan akan lebih jeli dalam mengalkulasi prospek bisnis dan penugasan negara yang akan dilimpahkan ke setiap entitas BUMN Karya. Untuk saat ini, perbankan masih menunggu upaya restrukturisasi dari beberapa surat utang.
"Proses penyelesaian masalah (restrukturisasi utang) akan menjadi tolak ukur bagi perbankan untuk membeli surat utang dari sektor tersebut atau tidak. Artinya, jika penyelesaiannya jelas, maka bukan tidak mungkin perbankan kembali tertarik,” kata Danan.
Pada Kompas Collaboration Forum (KCF) Afternoon Tea edisi Maret 2024 di Jakarta, Jumat (22/3/2024), Direktur Utama PT Bank BTPN Tbk Henoch Munandar mengatakan, sejumlah kasus gagal bayar utang BUMN Karya membuat perbankan kapok menyerap surat utang yang diterbitkan entitas tersebut.
Sebagai bankir dari bank besutan investor Jepang, Henoch, kerap menemukan banyak kondisi di mana perusahaan investor asing merasa jera menjadi kreditor perusahaan BUMN Karya karena mengalami kerugian. Adanya kerugian dipicu buruknya prinsip tata kelola dari BUMN yang menerima dan mengelola dana investasi.
”Misalnya di sektor infrastruktur, perlu saya sampaikan juga, sangat sulit ke depan mendapatkan pendanaan infrastruktur karena kasus-kasus BUMN Karya, di mana bank-bank asing ’kapok’. Punya niat untuk membantu, ternyata hampir semuanya default (gagal bayar),” ujarnya.
Henoch menekankan, restrukturisasi utang yang saat ini tengah dilakukan sejumlah BUMN Karya cukup merugikan perbankan dan investor. Di sisi lain, pemerintah sebagai pemilik saham terbesar dari BUMN Karya tidak memberikan garansi terhadap kerugian investasi.
Masalah korupsi di beberapa perusahaan pelat merah, Henoch menambahkan, juga menjadi persoalan lain. Ada pula laporan keuangan di beberapa perusahaan pelat merah, terutama BUMN Karya, yang tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Ini turut menurunkan selera berinvestasi dari investor luar negeri.
Terkait restrukturisasi utang BUMN Karya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pun berupaya terus memantau jalannya restrukturisasi sembari memperkuat pencadangan guna menjaga kualitas aset. Adapun pencadangan untuk kredit BUMN karya tetap akan dievaluasi secara periodik.
Dalam paparan kinerja Bank Mandiri yang berlangsung Rabu (31/1/2024), Ahmad Siddik Badrudin, yang kala itu menjabat Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri, menyebutkan, pihaknya percaya BUMN karya akan melakukan perbaikan model bisnis untuk menjaga keberlanjutan kinerja perseroan ke depannya.