Migrasi Layanan Tiktok Shop ke Tokopedia Ditargetkan Tuntas Pertengahan April
Proses integrasi sistem layanan Tiktok Shop Indonesia ke Tokopedia akan selesai pada pertengahan April 2024.
JAKARTA, KOMPAS — Proses integrasi sistem layanan Tiktok Shop Indonesia ke Tokopedia sampai saat ini belum tuntas. Kedua perusahaan berkomitmen tetap berkomunikasi erat dengan Pemerintah Indonesia untuk melaporkan perkembangan integrasi.
”Sampai sekarang, kami masih melakukan migrasi sistem layanan Tiktok Shop Indonesia ke Tokopedia. Hampir selesai,” ujar Head of Corporate Communications Tokopedia Aditia Grasio Nelwan, Minggu (31/3/2024), di Jakarta.
Proses integrasi sistem layanan Tiktok Shop Indonesia ke Tokopedia akan selesai dalam kurun waktu 1,5 bulan ke depan.
Saat sesi paparan publik insidental di Jakarta, Rabu (28/2/2024), CEO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk atau GoTo Patrick Walujo mengatakan, proses integrasi sistem layanan Tiktok Shop Indonesia ke Tokopedia akan selesai dalam kurun waktu 1,5 bulan sejak konferensi pers digelar atau lebih kurang pertengahan April.
Untuk proses integrasi ini, GoTo menjalin komunikasi erat dengan Pemerintah Indonesia. ”Proses migrasi sistem layanan Tiktok Shop Indonesia ke Tokopedia telah mengalami kemajuan yang baik,” ujarnya.
Kelak, Patrick mengatakan, promosi barang-barang akan dilakukan lewat Tiktok Shop Indonesia. Sementara pembayaran belanjaannya akan diproses oleh sistem Tokopedia. Skema ini akan memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen mengikuti ketentuan pemerintah yang sudah ada.
Proses transaksi investasi Tiktok ke Tokopedia telah selesai dilakukan pada akhir Januari 2024. Unit bisnis e-dagang GoTo, yaitu Tokopedia, dan Tiktok Shop Indonesia juga telah bergabung di bawah PT Tokopedia, yang dimiliki bersama oleh GoTo dan Tiktok sebagai mitra strategis di Indonesia.
Baca juga: Tiktok Akan Ambil Alih Saham Mayoritas Tokopedia
GoTo mengumumkan Tiktok akan berinvestasi lebih dari 1,5 miliar dollar AS atau Rp 23,38 triliun sebagai komitmen jangka panjang untuk mendukung operasional bisnis Tokopedia pada saat menjelang peringatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 12 Desember 2023.
Sehubungan dengan hal itu, GoTo dan Tokopedia telah menandatangani beberapa perjanjian secara terpisah dengan Tiktok. Salah satunya ialah perjanjian pembelian aset per 10 Desember 2023.
Aset yang diambil alih oleh Tokopedia berupa kontrak bisnis dan hak eksklusif untuk memiliki dan mengoperasikan Tiktok Shop di Indonesia dari Tiktok dengan nilai pembelian 340 juta dollar AS atau setara dengan Rp 5,338 triliun.
Patrick juga menyampaikan, survei yang perusahaan lakukan menunjukkan 97 persen responden UMKM merasakan manfaat positif/antusias dengan kolaborasi Tiktok dan Tokopedia. Sebanyak 90 persen responden UMKM melaporkan peningkatan pendapatan setelah kampanye Beli Lokal yang digagas Tiktok dan Tokopedia.
Sejalan dengan proses integrasi Tiktok Shop ke Tokopedia, kedua perusahaan menyatakan komitmennya untuk tetap melindungi UMKM yang bergabung di platform. Salah satunya dengan menaruh perhatian serius terkait persoalan praktik jual rugi atau predatory pricing.
Baca juga: Rugi Bersih GoTo Tahun 2023 Mencapai Rp 90,5 Triliun
Kepala Komunikasi Tiktok Indonesia Anggini Setiawan, Minggu (31/3/2024), di Jakarta, mengatakan, pihaknya telah mempersiapkan proses deteksi proaktif serta memonitor lebih dari 1.600 kategori barang secara ketat. Termasuk target barang yang dimonitor adalah busana, kosmetik, dan produk kebutuhan hidup sehari-hari.
Tiktok akan mengambil langkah tegas untuk mencegah penawaran harga yang tidak wajar di kategori-kategori produk tersebut.
”Live shopping”
Tiktok Shop sendiri memiliki keunggulan fitur belanja langsung atau live shopping yang digemari konsumen. Jika integrasi Tiktok Shop ke Tokopedia sudah final, fitur unggulan itu bisa dinikmati oleh pengguna Tokopedia yang berselancar barang-barang di fitur Tiktok Shop, kemudian pembayaran atas barang-barang yang dipilih lewat sistem Tokopedia.
Di Indonesia, fitur live shopping semakin banyak tersedia di platform yang memfasilitasi perdagangan secara elektronik atau e-dagang lain, selain Tiktok Shop dan Tokopedia. Perusahaan platform lokapasar, seperti Shopee, juga sudah menyediakan live shopping melalui fitur Shopee Live.
Praktisi ekonomi digital, Ignatius Untung, saat dihubungi Minggu, berpendapat, live selling apa pun platformnya memberikan kesempatan bagi siapa pun penjual yang tidak mempunyai anggaran iklan supaya mendapatkan perhatian lebih dari konsumen.
Live sellingapa pun platformnya memberikan kesempatan bagi siapa pun penjual yang tidak mempunyai anggaran iklan supaya mendapatkan perhatian lebih dari konsumen.
Tanpa live selling harus diakui persaingan barang di lokapasar sudah cukup ramai sehingga kesempatan mengecil bagi mereka yang tidak mempunyai anggaran promosi karena listing barang mereka akan tenggelam dibandingkan penjual lain yang memiliki belanja iklan besar.
”Namun, jangan salah kaprah. Apa pun cara berjualan akan selalu ada persaingan. Antara yang lebih kreatif dan kurang kreatif ataupun antara penjual yang lebih mengerti konsumen dan yang kurang. Oleh karena itu, live selling ataupun teknik promosi lain tidak bisa dijadikan sebagai obat dewa yang secara otomatis meningkatkan penjualan,” katanya.
Kunci dari live selling terletak pada daya tarik persuasi yang dilakukan penjual. Merek besar yang menggandeng pemengaruh untuk melakukan live selling memiliki daya tarik yang besar. Namun, Ignatius menambahkan, sejumlah pemain besar juga merintis kesuksesan live selling dari bawah.
”Jadi, UMKM harus mencari cara untuk membangun daya tarik supaya bisnisnya besar dan memiliki efek bola salju,” ujarnya.
Baca juga: Apa Jadinya Ketika Kultur Tokopedia "Kawin" dengan Tiktok?
Sementara itu, Presiden Direktur Ipsos Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, sesuai hasil berbagai studi e-dagang yang Ipsos lakukan, platform lokapasar yang menyediakan fasilitas fitur live shopping sebenarnya sedang merevolusi industri ritel. Mereka menggabungkan interaksi live dengan kenyamanan berbelanja daring, menyediakan pengalaman yang unik, dan menarik konsumen.
Kendati format live shopping bermanfaat, dia menyebut ada pula tantangan, seperti bagaimana memastikan pengalaman live lancar, andal, mempertahankan keterlibatan konsumen, dan mengelola inventaris secara real time. Tantangan-tantangan seperti itu dimiliki oleh UMKM.
”Terlepas dari tantangan tersebut, kami tidak meragukan potensi pertumbuhan dari live shopping yang besar. Harapannya, lebih banyak bisnis, bukan hanya UMKM, segera mengadopsi live shopping dalam beberapa tahun mendatang,” kata Soeprapto.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira memandang, syarat UMKM bisa memenangkan pasar e-dagang ialah diferensiasi produk dan membuat cara pemasaran live shopping menarik, misalnya membuat trivia, kuis, atau penawaran yang tidak biasa.
”UMKM juga tidak mungkin melakukan promo diskon besar-besaran seperti yang dilakukan oleh merek besar. Terkait kapasitas melakukan live selling, siapa pun penjual sebenarnya bisa melakukannya sepanjang koneksi internet stabil, produk, hingga desain tempat untuk melakukan live. Namun, hal itu kembali ke setiap penjual, baik skala besar maupun UMKM,” katanya.
Baca juga: Belanja Pakaian lewat Fitur ”Live Shopping” Paling Populer
Bhima menyarankan agar pemerintah mendorong algoritma live shopping yang dimiliki platform memprioritaskan pelaku UMKM, terutama bagi yang baru mencoba cara untuk berjualan secara live. Kemudian, platform didorong lebih bekerja sama dengan UMKM untuk mendesain promo gratis ongkos kirim dan promo lainnya berbentuk diskon jika menggunakan fitur bayar kemudian (paylater).
”Pelatihan atau konsultansi digital juga dibutuhkan untuk memperbaiki performa UMKM secara periodik,” kata Bhima.