Separuh Orang Indonesia Kurang Tidur
Separuh orang Indonesia ternyata kurang tidur. Tidur akhirnya memberi peluang bisnis pernak-pernik kebutuhannya.
Separuh lebih orang dewasa di Indonesia ternyata memiliki waktu tidur lebih rendah dari standar kesehatan, yang menurut American Academy of Sleep Medicine dan Sleep Research Society minimal tujuh jam per malam.
Berbagai penelitian telah menunjukkan, kualitas tidur memengaruhi kinerja dan produktivitas seseorang yang secara luas bisa memengaruhi perekonomian sebuah negara. Tidur pun pada akhirnya memberi peluang bisnis untuk menyediakan pernak-pernik perlengkapan agar orang bisa tidur nyaman dan berkualitas.
Survei Yougov, Desember 2023, yang dipublikasikan pada Hari Tidur Sedunia yang tahun ini diperingati pada 15 Maret lalu menunjukkan, 51 persen penduduk dewasa di Indonesia tidur kurang dari tujuh jam per hari. Bahkan, 24 persen tidur kurang dari lima jam per hari. Artinya, hanya 48 persen penduduk yang tidur sesuai standar atau lebih.
Survei dilakukan pada penduduk di 17 negara pasar internasional. Secara keseluruhan, penelitian itu menemukan, lebih dari separuh penduduk di 17 negara pasar internasional tidur tujuh jam atau lebih setiap malam.
Baca juga: Tempat Istirahat dan Pelayanan Jadi Peluang
Di antara negara-negara yang disurvei, Denmark menduduki peringkat pertama. Sebanyak 67 persen penduduk Denmark tidur tujuh jam atau lebih, diikuti Jerman dengan 65 persen, Perancis (62 persen), Spanyol (61 persen) dan India (60 persen).
Indonesia berada di posisi ke-15, di atas Singapura dan Uni Emirat Arab. Di dua negara itu, menurut hasil survei, hanya 45 persen dan 44 persen penduduknya yang tidur tujuh jam atau lebih setiap hari.
Survei juga menemukan, kebanyakan orang yang tidur kurang dari tujuh jam berharap bisa mendapat kesempatan tidur lebih lama.
Survei dilakukan secara daring pada penduduk berusia 18 tahun ke atas di 17 negara pasar internasional dengan jumlah sampel bervariasi, antara 510 dan 2.044 orang.
Problem tidur
Hari Tidur Sedunia diperingati pada setiap Jumat sebelum ekuinoks musim semi di belahan bumi utara. Peringatan itu diinisiasi oleh Komite Hari Tidur Sedunia dari Masyarakat Hari Tidur Sedunia, pada 2008. Tahun ini, peringatannya jatuh pada Jumat, 15 Maret 2024 lalu. Peringatan dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup warga dunia sekaligus memberikan solusi bagaimana mengatasi problem tidur.
Beberapa hari jelang peringatan Hari Tidur Sedunia itu, publik Indonesia dihebohkan dengan temuan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang menyebutkan pilot dan kopilot Batik Air BTK6723 tertidur selama 28 menit saat menerbangkan pesawat Airbus A320 rute Kendari-Jakarta pada 25 Januari 2024. Insiden ini disebabkan kopilot kelelahan karena sebelumnya sibuk mengurus anak. Pilot pun ikut tertidur di dalam kokpit (Kompas.id, 9/3/2024).
Baca juga: Pilot-Kopilot Batik Air Tertidur 28 Menit Saat Mengudara
Seruan terkait tidur yang cukup dan penyediaan ruang tidur yang memadai juga telah lama dilakukan Masyarakan Transportasi Indonesia (MTI) yang beberapa kali menyoroti buruknya waktu dan fasilitas istirahat/tidur para pengemudi angkutan antarkota/provinsi. MTI mendesak pihak-pihak yang berkepentingan menyediakan ruang tidur yang memadai bagi pengemudi untuk memberi ruang istirahat sehingga meminimalkan kecelakaan.
Berbagai penelitian menunjukkan, tidur dan kinerja yang efektif berkorelasi positif. Tidur yang cukup akan meningkatkan kesehatan, kebahagiaan, dan kinerja. Gitnux Marketdata Report 2024 melaporkan, tidur 7–8 jam per malam meningkatkan produktivitas sebesar 20 persen, sedangkan tidur kurang dari lima jam menurunkan produktivitas sebesar 29 persen.
Masih dari sumber yang sama, masalah tidur telah menyebabkan Australia kehilangan 1,5 persen produk domestik bruto (PDB) secara langsung dan 4,6 persen secara tidak langsung. Bahkan, Amerika Serikat (AS) menderita kerugian ekonomi akibat kurang tidur hingga 411 miliar dollar AS per tahun. Banyak orang akhirnya menggunakan akhir pekan mereka untuk mengejar tidur.
Kurang tidur menyebabkan rendahnya produktivitas di tempat kerja dan hilangnya jutaan hari kerja setiap tahun.
Pesan penting yang diperoleh dari statistik tidur dan produktivitas yang disampaikan Gitnux adalah adanya dampak ekonomi yang signifikan dari kurang tidur yang menyebabkan rendahnya produktivitas di tempat kerja dan hilangnya jutaan hari kerja setiap tahun.
Namun, kecukupan tidur ternyata tidaklah cukup. American College of Radiology menyampaikan, Anda benar-benar harus mendapatkan tidur yang nyenyak dan tidak mengalami banyak kesulitan untuk tertidur dan tetap tertidur untuk menjaga kesehatan tetap prima.
Bagaimana cara meningkatkan kualitas tidur? Survei Yougov menemukan, sebagian besar responden telah mengambil satu langkah atau lebih untuk meningkatkan kualitas tidur mereka, seperti mengonsumsi makanan dan minuman yang membantu tidur, memperbaiki tempat tidur dan perlengkapannya, menggunakan aromaterapi hingga penutup telinga, atau membatasi layar digital sebelum tidur.
Hal itu menjadikan kebutuhan akan tidur telah menciptakan pernak-pernik untuk meningkatkan kualitas tidur.
Baca juga: Permintaan Kasur Murah di Tegal Turun Diterpa Isu Kasur Abal-abal
Survei Yougov menemukan, sembilan dari 10 konsumen di Indonesia atau 92 persen menggunakan satu cara atau lebih untuk mempermudah tidur mereka. Posisi Indonesia teratas dibandingkan 17 negara pasar internasional yang disurvei, diikuti oleh Uni Emirat Arab (89 persen) serta Meksiko dan India (88 persen). Di urutan berikutnya ada Australia (84 persen), Kanada (83 persen), Singapura dan Hong Kong (81 persen), serta Inggris dan Denmark (80 persen).
Trik paling populer untuk meningkatkan kualitas tidur adalah mengatur waktu tidur setiap malam (44 persen). Selain itu, sepertiga responden (33 persen) menyatakan, mereka memperbaiki kasur dan bantal mereka untuk mendapatkan tidur yang lebih baik.
Seperempat persen responden (28 persen) memasang tirai antitembus pandang dan mengonsumsi suplemen tidur atau obat-obatan (24 persen). Untuk konsumsi suplemen dan obat ini, AS menempati urutan pertama dengan angka 36 persen. Di Indonesia, orang yang mengonsumsi suplemen tidur hanya 10 persen responden.
Namun, jika berhubungan dengan konsumsi makanan/minuman yang dapat membantu tidur, seperti teh chamomile/Ginkgo biloba, proporsi konsumen Indonesia cukup besar, mencapai 22 persen, sedikit di atas Spanyol sebesar 21 persen.
Penggunaan aromaterapi untuk membantu tidur juga populer di Indonesia (20 persen) serta Inggris dan Hong Kong (19 persen). Sementara di Italia dan Denmark hanya 5 dan 4 persen.
Orang Indonesia, sesuai survei itu, juga menempati posisi teratas sebagai orang yang tidur di waktu yang sama setiap malam dan memilih tidak melihat layar digital sebelum tidur.
Adapun memperbarui kasur, bantal, dan perlengkapan tidur paling banyak dilakukan di Australia (39 persen), Jerman (38 persen), dan Kanada (37 persen). Sementara penggunaan penutup telinga (earbud) paling tinggi di Hong Kong (21 persen). Penggunaan earbud di Indonesia sama dengan Amerika Serikat, yaitu 9 persen.
Kebutuhan akan tidur telah menciptakan pasar tersendiri.