Unilever Global Pangkas Pekerja dan Unit Es Krimnya
Perusahaan global ini juga masih mengalami kesulitan di Indonesia karena sempat terdampak boikot dan persaingan bisnis.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan produk konsumen global Unilever mengumumkan rencana mereka memisahkan unit es krim yang akan berdampak pada pengurangan 7.500 pekerjanya. Di Indonesia, perseoran ini juga masih mengalami masa sulit karena sempat terdampak boikot dan persaingan dengan industri serupa.
Perusahaan itu menyampaikan kabar tersebut pada Selasa (19/3/2024). Kepala perusahaan yang berbasis di London, Ian Meakins, dalam sebuah pernyataan menyebut bahwa pemutusan hubungan kerja dan spin off unit es krim akan menghemat hampir 870 juta dollar AS biaya selama tiga tahun ke depan.
Jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK), yang sebagian besar akan terjadi di kantor-kantor mereka di seluruh dunia, sekitar 6 persen dari angkatan kerja Unilever. Aksi korporasi diharapkan selesai sampai akhir 2025. ”Langkah ini akan membuat Unilever menjadi lebih ramping, lebih fokus, dan berkinerja lebih tinggi,” katanya sebagaimana dikutip dari The New York Times, Jumat (22/3/2024).
Unit es krim grup ini menghasilkan penjualan sebesar 8,6 miliar dollar AS pada 2023, atau sekitar 13 persen dari total penjualan grup. Unit ini menjual es krim dengan merek seperti Ben & Jerry’s, Cornetto, Magnum, Talenti, dan Wall’s. Dengan berpisahnya unit es krim, Unilever akan fokus pada empat grup bisnis lainnya, yakni di bidang kecantikan, perawatan tubuh, perawatan rumah, dan nutrisi.
Pengumuman ini sejalan dengan pernyataan Hein Schumacher, yang menjabat sebagai CEO Unilever pada Juli 2023, akhir tahun lalu. Ia menyebut perusahaan akan mendorong pertumbuhan dan membuka potensi, antara lain dengan memfokuskan lebih banyak perhatian pada hanya 30 dari ratusan merek yang dimiliki grup tersebut.
Unilever global mengalami kesulitan dalam beberapa tahun terakhir, dengan pertumbuhan pendapatan yang ditopang oleh kenaikan harga yang tajam karena volume penjualan yang menurun. Unit es krim sendiri menghadapi inflasi biaya input tertinggi dalam portofolio Unilever tahun lalu, kata perusahaan itu dalam laporan pendapatannya di Februari 2024.
Hal ini membebankan sebagian biaya tersebut kepada konsumen sehingga mendorong mereka untuk membeli lebih sedikit atau beralih ke produk yang lebih penting atau merek yang lebih murah, kata Unilever dalam laporannya. Situasi ini menurut analis membuat harga saham Unilever setahun terakhir relatif datar.
Di Bursa Efek Indonesia, harga saham PT Unilever Indonesia Tbk yang tercatat dengan nama UNVR, sejak tahun 2023 terus mengalami penurunan. Pada perdagangan Jumat (22/3/2024), harga saham perseroan Rp 2.680. Harga hari ini turun hingga 26,58 persen dibandingkan awal 2024 dan minus 40,71 persen dibandingkan periode sama tahun 2023.
Pekan lalu, UNVR sempat mengalami penguatan ke level Rp 2.800 per lembar saham. Bagaimanapun, harga tersebut masih menjadi yang terendah sejak pertengahan 2010 atau 14 tahun terakhir.
Perusahaan akan mendorong pertumbuhan dan membuka potensi, antara lain dengan memfokuskan lebih banyak perhatian pada hanya 30 dari ratusan merek yang dimiliki grup tersebut.
Mirae Asset Sekuritas mencatat, hal ini terjadi karena adanya penurunan kinerja keuangan pada tahun lalu. Laba bersih UNVR pada triwulan IV-2023 dan sepanjang tahun 2023 merosot masing-masing minus 57,2 persen menjadi hanya Rp 612 miliar dan minus 10,5 persen menjadi hanya Rp 4,8 triliun.
”Secara kumulatif, pada 2023 pendapatan UNVR sebesar Rp 38,6 triliun, sedikit di bawah perkiraan kami dan konsensus sebelumnya,” kata Associate Analys Mirae Asset Sekuritas Abyan Yuntoharjo dalam risetnya, Februari 2024.
Penurunan kinerja keuangan itu dipicu berbagai faktor. Salah satunya dampak boikot pada November dan Desember 2023. Produk Unilever dikait-kaitkan dengan konflik yang terjadi antara Hamas dan Israel, beberapa waktu lalu.
”Ke depan, kami juga mengamati persaingan yang semakin ketat dari beberapa kompetitor di industri segmen produk yang sama masih berpotensi menggerus potensi pertumbuhan penjualan perseroan. Selain beberapa produk kebutuhan rumah tangga yang dikembangkan oleh Alfa Mart, Indomaret, dan saluran perdagangan modern lainnya, kami melihat produk Wings Group dan Orang Tua Group cukup agresif bersaing dengan produk UNVR,” papar Abyan.
Unilever Indonesia memiliki peluang untuk menjajaki segmen yang lebih bagus pertumbuhannya dengan memanfaatkan peningkatan tren konsumsi masyarakat.
Mereka pun mengantisipasi bahwa pertumbuhan top line perusahan kemungkinan akan tetap datar, serupa dengan tahun 2023, mengingat ketidakpastian yang sedang berlangsung terkait dengan pemilihan presiden, suku bunga tinggi, dan kondisi makro lainnya yang kurang menguntungkan.
Di sisi lain, UNVR memiliki peluang untuk menjajaki segmen yang lebih bagus pertumbuhannya dengan memanfaatkan peningkatan tren konsumsi masyarakat. Hal ini juga disampaikan Kepala Riset Aldiracita Agus Pramono. ”Saya rasa UNVR akan fokus ke produk perawatan tubuh dan keluar dari makanan, termasuk bumbu masak,” ujarnya.