Jadi, THR untuk mudik dan kebutuhan di kampung halaman saja.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepastian cairnya tunjangan hari raya atau THR sebesar 100 persen menjadi angin segar bagi para aparatur sipil negara dalam merayakan Idul Fitri tahun ini. Bagi mereka yang mudik ke kampung halaman, tingginya biaya mudik, seperti lonjakan harga tiket kereta api atau pesawat, juga relatif mencekik sehingga THR memberi ruang pengaturan keuangan yang lebih longgar.
Situasi itu salah satunya dirasakan Naufal (34), ASN di salah satu kementerian di Jakarta. Menurut Naufal, seperti tahun-tahun sebelumnya, THR lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan mudik ke kampung halamannya di Gresik, Jawa Timur, terutama untuk biaya pembelian tiket kereta api. Sementara sisanya digunakan untuk berbagai kebutuhan dalam suasana Lebaran di kampung halaman.
Karena THR ASN baru akan cair H-10 Lebaran, Naufal mau tidak mau harus membeli tiket lebih dulu menggunakan uang atau tabungan yang ada. Baru nanti akan digantikan dengan THR saat sudah cair. Jika tidak demikian, ia beserta istri dan dua anaknya tak akan kebagian tiket.
Untuk tiket kereta api Jakarta-Surabaya saja, Naufal menghabiskan Rp 900.000 dikali empat orang. Harga itu meningkat dari harga tiket pada hari-hari biasa yang berkisar Rp 500.000-Rp 600.000. Kendati sudah memprediksi, kenaikan harga tiket KA tahun ini, menurut dia, lebih tinggi sekitar Rp 100.000 per orang dibandingkan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.
”Tingginya kebutuhan operasional mudik tidak memungkinkan saya untuk mengalokasikan THR untuk tabungan, investasi, atau lainnya. Jadi, THR untuk mudik dan kebutuhan di kampung halaman saja,” kata Naufal, di Jakarta, Kamis (21/3/2024).
Di sisi lain, ia mensyukuri pemerintah memastikan akan mencairkan THR dan gaji ke-13 secara utuh bagi ASN setelah empat tahun sebelumnya sempat dipotong akibat pandemi Covid-19. ”Alhamdulillah ini kabar gembira bagi ASN. Artinya, neraca keuangan negara sudah membaik dan tentu ini menjadi pemicu buat bekerja lebih baik dan bersyukur dengan kondisi saat ini,” katanya.
Sementara itu, Adi Putranto (29), ASN di Pemerintah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, membeli kebutuhan Lebaran seperti pakaian dan bingkisan (parsel) dengan uang tabungan dulu. Baru setelah THR cair pada H-10 Lebaran, pengeluaran tersebut akan diganti dengan uang THR ataupun tambahan penghasilan pegawai.
”Takutnya saat mendekati Lebaran harganya jadi naik dan membuat pengeluaran membengkak. Soalnya banyak keluarga yang kami kirimi parsel saat Lebaran,” ujarnya.
Alhamdulillah, ini kabar gembira bagi ASN.
Adi bercerita, pada 2023, ia menerima THR gaji secara penuh, tetapi THR tambahan penghasilan hanya 50 persen. Tahun ini, ia berharap keduanya 100 persen meski ia pun memahami bahwa dalam peraturan pemerintah yang berlaku, hanya ASN pemerintah pusat yang dipastikan 100 persen. Sementara pada pemerintah daerah, ada klausul ”memperhatikan kemampuan kapasitas fiskal daerah”.
”Tahun lalu, THR tambahan penghasilan juga dibayar secara terpisah. Tahun ini, mudah-mudahan dibarengi dengan THR gaji. Selain untuk keperluan Lebaran, sebagian rencananya akan saya tabung,” kata Adi.
Adapun Sri Hartini (65), pensiunan ASN pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, mengatakan, bagi pensiunan seperti dirinya, pemberian THR merupakan apresiasi pemerintah pada kinerja para ASN yang sudah mengabdi puluhan tahun. ”Rasanya apa yang sudah kami kerjakan selama 35 tahun dihargai pemerintah,” katanya.
Dengan penghargaan itu, pensiunan akan merasa lebih sehat dan bersemangat di tengah usia yang sepuh. Tambahan penghasilan sangat berguna bagi pensiunan untuk menambah biaya kesehatan. Sri berencana menggunakan dana THR untuk biaya menjaga kesehatan, misalnya pembelian vitamin, selain untuk memenuhi kebutuhan Lebaran dan memberikan THR kepada cucu-cucunya.
Setelah empat tahun sebelumnya dipotong akibat pandemi Covid-19, pemerintah tahun ini akan mencairkan tunjangan hari raya dan gaji ke-13 secara utuh bagi kalangan ASN. Total anggaran yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah untuk pemberian THR dan gaji ke-13 itu sebesar Rp 99,5 triliun. THR akan diberikan paling cepat 10 hari kerja sebelum hari raya Idul Fitri dan gaji ke-13 pada Juni 2024.
Secara rinci, komponen THR dan gaji ke-13 yang akan diterima pegawai ASN/pejabat/TNI/Polri adalah gaji pokok sesuai komponen penghasilan per Maret 2024 (untuk THR) dan Mei 2024 (untuk gaji ke-13); tunjangan jabatan/umum, tunjangan yang melekat pada gaji pokok (tunjangan keluarga dan tunjangan pangan); serta 100 persen tunjangan kinerja bagi ASN pusat dan setinggi-tingginya 100 persen untuk ASN daerah. Bagi ASN daerah, pemberian THR dan gaji ke-13 dibayarkan sesuai kapasitas kemampuan fiskal pemerintah daerah.
Stimulasi konsumsi
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan, THR bagi para ASN menjadi stimulus konsumsi pada Ramadhan dan Lebaran. Umumnya, pola konsumsi pada masa tersebut pun meningkat. Dengan demikian, pada triwulan I-2024 diharapkan ada pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
”Apalagi, kalau melihat triwulan I-2024, terutama Februari hingga saat ini, inflasi untuk beberapa harga kebutuhan masih fluktuatif. Bahkan,harga beberapa komoditas pangan masih meningkat. THR harapannya bisa sedikit mengakomodasi kenaikan harga yang terjadi saat ini,” kata Yusuf.
Idealnya, menjelang Lebaran, pemerintah mampu menekan harga sejumlah kebutuhan bahan pokok sehingga dampak THR pada konsumsi bisa lebih besar. Namun, di tengah kondisi saat ini, setidaknya THR dapat mengakomodasi perubahan sejumlah harga kebutuhan pokok yang berfluktuasi, misalnya beras, minyak goreng, gula, dan telur.
Kendati demikian, jika dilihat secara keseluruhan, terkait dampak perekonomian secara umum, dampak THR ASN tak begitu besar pada perekonomian, Sebab, proporsi pekerja ASN terhadap total angkatan kerja relatif kecil, berkisar 1-3 persen. ”Jadi untuk menggerakkan perekonomian nasional secara umum relatif kecil. Namun, untuk mendorong stimulan para ASN dan membantu menjaga target konsumsi rumah tangga, (THR) ini patut diapresiasi,” ujarnya.
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teuku Riefky, menuturkan, Ramadhan hingga Lebaran menjadi momentum untuk meningkatkan aktivitas ekonomi. Aktivitas tersebut pun tersebar atau terjadi di banyak daerah, tidak terpusat di kota-kota besar saja.
Kenaikan sejumah harga bahan pokok, kata Riefky, pada cakupan tertentu akan menurunkan daya beli masyarakat. ”Namun, tidak semua karena tetap ada kalangan menengah atas (yang tidak begitu terdampak). Namun, sebetulnya, di tengah kondisi itu, masyarakat tetap akan belanja dan jumlah akan lebih besar dibandingkan hari-hari biasa,” ujarnya.