Konflik Laut Merah Hambat Impor Bahan Baku Pupuk RI
Pupuk Indonesia menambah stok bahan baku pupuk dan negara sumber impor baru untuk antisipasi gangguan logistik dunia.
JAKARTA, KOMPAS - Konflik di Laut Merah menyebabkan impor bahan baku pupuk terhambat. Padahal, Indonesia tengah membutuhkan pupuk di saat produksi beras tahun ini diperkirakan turun akibat dampak perubahan cuaca.
Di tengah kondisi itu, PT Pupuk Indonesia (Persero) menjamin produksi pupuk nasional tetap berjalan baik. Stok pupuk yang dibutuhkan petani masih berlimpah dan stok bahan baku pupuk sudah ditambah.
Direktur PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi, Kamis (21/3/2024), mengatakan, perseroan beserta sejumlah anak perusahaan yang bergerak di industri pupuk mengimpor bahan baku pupuk rata-rata 2,5 juta ton per tahun. Bahan baku pupuk berupa kalium terutama diimpor dari Rusia, sedangkan fosfat dari Mesir dan Jordania.
Akibat konflik di Laut Merah, impor bahan baku pupuk tersebut terhambat. Serangan kelompok Houthi terhadap sejumlah kapal dagang yang melewati Laut Merah menyebabkan banyak kapal barang memindah rute melalui Tanjung Harapan, Afrika.
Menurut Rahmad, waktu perjalanan kapal, termasuk pengangkut bahan baku pupuk dari negara asal menuju Indonesia, bertambah dari sekitar 15 hari menjadi 23-29 hari karena tidak melewati Terusan Suez. Biaya transportasi laut juga naik 30 persen.
Baca juga: Membangun Asa Ketahanan Pangan lewat Kawasan Industri Pupuk
”Bahkan, sejumlah kapal yang tetap memilih melewati Terusan Suez menaikkan biaya asuransi hingga tujuh kali lipat,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta.
Kendati begitu, Rahmad menegaskan, Pupuk Indonesia menjamin produksi dan distribusi pupuk NPK dan urea nasional masih tetap berjalan baik. Per 20 Maret 2024, stok pupuk holding perusahaan juga masih banyak, yakni 1,7 juta ton yang terdiri dari urea 1,2 juta ton dan NPK 560.000 ton.
Hingga akhir Februari 2024, sebanyak 1,1 juta ton pupuk subsidi atau setara 25 persen dari alokasi pupuk subsidi tahun ini juga telah didistribusikan. Dari jumlah itu, 686.000 ton berupa pupuk urea dan 478.000 ton pupuk NPK.
”Belajar dari dampak konflik Rusia-Ukraina, kami juga telah menaikkan volume stok bahan baku pupuk sebesar 40 persen. Kami juga mulai mendiversifikasi negara-negara asal impor bahan baku pupuk. Misalnya, Laos untuk kalium dan Australia untuk fosfat,” tutur Rahmad.
Waktu perjalanan kapal, termasuk pengangkut bahan baku pupuk dari negara asal menuju Indonesia, bertambah dari sekitar 15 hari menjadi 23-29 hari karena tidak melewati Terusan Suez.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang 2023, Indonesia mengimpor pupuk dan bahan baku pupuk sebanyak 5,37 juta ton atau senilai 2,03 miliar dollar AS. Volume dan nilai pupuk tersebut turun masing-masing sebesar 16,29 persen dan 44,9 persen dibandingkan 2022.
Pada 2023, China merupakan pemasok pupuk impor terbesar ke RI, yakni 1,15 juta ton. Kemudian disusul Rusia sebanyak 1,08 juta ton, Kanada 625.200 ton, Mesir 486.600 ton, dan Jordania 368.800 ton.
Saat ini, Indonesia tengah memerlukan pupuk untuk percepatan tanam padi di tengah potensi penurunan produksi beras nasional pada tahun ini akibat dampak perubahan cuaca. Pemerintah bahkan menambah anggaran pupuk subsidi tahun ini.
Semula anggaran tersebut sebesar Rp 26 triliun untuk kuota pupuk subsidi sebanyak 4,7 juta ton. Kemudian, anggaran tersebut ditambah menjadi Rp 54 triliun untuk kuota pupuk subsidi sebanyak 9,5 juta ton. Jumlah itu terdiri dari 5 juta ton pupuk urea dan 4,5 juta ton pupuk NPK.
Kapasitas produksi Pupuk Indonesia sebesar 14 juta ton per tahun. Pada tahun ini, Pupuk Indonesia menargetkan memproduksi pupuk urea 8,5 juta ton dan pupuk NPK 5 juta ton.
Baca juga: Industri Pupuk, Ketahanan Pangan, dan Hidup Mati Bangsa
Tiga hambatan
Dalam laporannya bertajuk ”Navigating Troubled Waters”, Lembaga Konferensi Bidang Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD) mengupas hambatan perdagangan maritim dunia. Hambatan itu terjadi di tiga jalur perdagangan maritim, yakni Laut Hitam, Laut Merah dan Terusan Suez, serta Terusan Panama.
Hambatan perdagangan maritim di Laut Hitam disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina. Adapun hambatan di Terusan Panama terjadi akibat sumber air kanal tersebut menyusut akibat dampak El Nino. Sementara di Laut Merah, kelompok Houthi masih melancarkan serangan ke kapal-kapal dagang.
UNCTAD menyebut kondisi di tiga perairan tersebut berdampak negatif terhadap perdagangan maritim dan rantai pasok global. Terusan Suez, misalnya. Jalur pelayaran langsung Eropa-Asia tanpa harus mengelilingi Benua Afrika itu berkontribusi terhadap 22 persen perdagangan maritim dunia.
Pada 2023, sekitar 26.000 kapal melintasi Terusan Suez. Dari jumlah itu, kontribusi terbesar lalu lintas kapal berasal dari kapal tanker minyak (24 persen) dan kapal kontainer (23 persen). Dari sisi tonase, kapal kontainer menyumbang porsi terbesar (43 persen), diikuti kapal tanker minyak (23 persen) dan kapal curah, termasuk pupuk (19 persen).
Kepala Bidang Logistik Perdagangan UNCTAD Jan Hoffmann mengatakan, hingga kini, banyak kapal menghindari Laut Merah dan Terusan Suez. Kapal-kapal tersebut memilih rute yang lebih panjang mengelilingi Afrika.
”Pada paruh pertama Februari 2024, sebanyak 586 kapal kontainer telah dialihkan sehingga tonase kontainer yang melintasi kanal turun sebesar 82 persen,” ujarnya.
Baca juga: Alarm Disrupsi Perdagangan Dunia Berbunyi
Ia juga menyebutkan, tarif angkutan peti kemas pada rute Asia-Pasifik ke Eropa meningkat tajam sejak November 2023. Rata-rata tarif pengiriman peti kemas dari Shanghai ke Eropa, misalnya, meningkat sebesar 256 persen dibandingkan tarif pada Desember 2023.
”Selain keterlambatan pengiriman barang, konflik di Laut Merah juga bisa berdampak pada kenaikan harga barang atau komoditas,” ucapnya.