Rugi Bersih GoTo Tahun 2023 Mencapai Rp 90,5 Triliun
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (Grup GoTo) mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 90,5 triliun pada 2023. Kok bisa?
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan aplikasi super PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (Grup GoTo) mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 90,5 triliun pada 2023. Nilai rugi bersih ini mencapai lebih dari dua kali lipat nilai rugi bersih dari tahun sebelumnya senilai Rp 40,4 triliun.
Kerugian bersih sebesar ini disebabkan oleh penurunan nilai goodwill terkait dengan akuisisi saham pengendali bisnis e-dagang milik Grup GoTo, yaitu Tokopedia, oleh Tiktok.
Goodwill adalah nilai yang terdapat dalam suatu perusahaan ketika nilai aset bersih lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan. Sederhananya, goodwill merupakan perbedaan antara nilai pasar perusahaan dan nilai aset serta kewajiban yang terdaftar di neraca.
Sesuai laporan keuangan Grup GoTo, penurunan nilai goodwill mencapai Rp 78,8 triliun yang disebabkan oleh transaksi Tokopedia dan Tiktok sehingga mengakibatkan GoTo kehilangan kendali atas Tokopedia mulai 1 Februari 2024. Tiktok, yang dimiliki oleh ByteDance, perusahaan raksasa teknologi asal China mengakuisisi sekitar 75 persen saham Tokopedia pada Desember 2023.
Co-Founder Pasardana, Hans Kwee, mengatakan, goodwill yang dimiliki oleh GoTo muncul dari merger Gojek dan Tokopedia pada Mei 2021. Ketika Tokopedia dilepas saham pengendalinya ke Tiktok, maka goodwill harus dihapus sehingga menimbulkan kerugian besar.
”Namun, hal itu tidak akan berulang dan hanya satu kali saja. Jadi, ke depan tidak akan ada lagi kerugian itu,” ujar Hans, Kamis (21/3/2024), di Jakarta.
Laporan analisis CGS International Sekuritas Indonesia bertajuk ”GoTo Gojek Tokopedia” menunjukkan, dekonsilidasi Tokopedia dan GoTo Logistics dari Grup GoTo akan dapat berdampak positif pada alokasi sumber daya GoTo. Bisnis e-dagang dan logistik yang memiliki beban kas tinggi dan persaingan ketat menyumbang 49 persen dari pengeluaran kas operasional GoTo pada triwulan III-2023.
Dalam laporan yang sama, CGS International Sekuritas Indonesia menilai, bisnis teknologi finansial dan on-demand yang masih dimiliki oleh Grup GoTo mempunyai potensi mendatangkan keuntungan yang lebih baik. Apalagi, saat sesi paparan publik insidental pada 28 Februari 2024, manajemen Grup Goto menyebut akan mengalokasikan lebih banyak investasi dan sumber daya ke dua unit bisnis itu.
Equity Research Analyst for Southeast Asia Technology Bloomberg Intelligence, Nathan Naidu, berpendapat, masa depan Grup GoTo bergantung pada strategi manajemen setelah pengambilalihan saham kendali bisnis e-dagangnya, yaitu Tokopedia, oleh Tiktok. Grup GoTo dapat mengalihkan sumber daya ke bisnis yang lebih menghasilkan margin.
”Meski berpotensi menghilangkan sebagian besar peluangnya dalam layanan digital paling menguntungkan di Asia Tenggara, pengambilalihan saham kendali Tokopedia oleh Tiktok akan membuahkan hasil dalam jangka panjang. Apalagi, jika live shopping Tiktok tidak hanya menjangkau pasar dalam negeri (Indonesia),” ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg.
Dalam siaran pers, CEO Grup GoTo Patrick Walujo mengatakan, manajemen akan mengedepankan inovasi produk dan keunggulan operasional supaya meningkatkan nilai perusahaan di mata konsumen.
”Kami berkomitmen untuk melanjutkan strategi yang telah berjalan, menjajaki peluang bisnis inovatif baru, dan menghentikan berbagai inisiatif yang tidak dapat diperluas skala bisnisnya,” ujarnya.
Mengutip Nikkei Asia, seperti banyak perusahaan teknologi lainnya di Asia Tenggara, Grup GoTo juga telah lama berjuang untuk menghasilkan keuntungan meskipun sudah berusaha mengecilkan kerugian dengan memangkas insentif, biaya pemasaran, dan gaji. Pada 2023, Grup GoTo mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) 600 orang setelah sebelumnya memangkas 1.300 karyawan atau 12 persen dari total karyawan.