Sentimen akuisisi divestasi saham INCO oleh Indonesia akan tergerus penurunan harga nikel dari faktor kelebihan pasokan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Saham perusahaan tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk yang tercatat di bursa dengan nama INCO mengalami kenaikan sesaat pascadivestasi saham, Senin (26/2/2024). Namun, tren kenaikan ini dinilai analis tidak akan bertahan lama karena faktor eksternal yang memengaruhi perdagangan komoditas nikel.
Harga saham INCO pada perdagangan sesi pertama Rabu (28/2/2024) menyentuh harga tertinggi Rp 4.120 per lembar, setelah terus naik pada kisaran Rp 3.800 per lembar sejak dua hari sebelumnya. Namun, harga itu mulai menurun di pengujung perdagangan sesi pertama.
”Menurut saya, ini karena sentimen divestasi sudah berakhir. Sekarang INCO mencapai fase jenuh jual dan mulai rebound,” kata pengamat pasar modal sekaligus founder WH-Project, William Hartanto.
Sentimen itu terjadi setelah Pemerintah Indonesia melalui PT Mineral Industri Indonesia Persero (Mind Id) resmi mengakuisisi 14 persen saham dari perusahaan pengendali lain, yakni Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM). Dengan itu, perusahaan induk (holding) industri pertambangan badan usaha milik negara (BUMN) itu menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 34 persen.
Analis Henan Putihrai Sekuritas, Ezaridho Ibnutama, juga berpendapat bahwa kenaikan harga saham INCO hanya akan terjadi sesaat. Bahkan, harga akan cenderung turun setelah PT Vale Indonesia Tbk menawarkan rightissue atau saham baru kepada investor di Bursa Efek Indonesia dengan harga Rp 3.050 per lembar. Harga tersebut adalah harga divestasi yang disepakati bersama.
”Top-line (pendapatan) dan bottom-line (laba bersih) INCO akan mengalami kontraksi sampai tahun depan jika kondisi ekonomi global masih ada banyak ketidakpastian,” ujarnya saat dihubungi Kompas.
Ketidakpastian global yang perlu diwaspadai adalah deflasi ekonomi Inggris dan Jepang. Kemudian, efek deflasi yang juga masih dialami China yang mulai menurunkan permintaan produksi. Belum lagi harga nikel yang masih turun secara besar-besaran.
Harga nikel global menunjukkan tren menurun sejak pertengahan 2023 dari 27.000 dollar AS per ton menjadi 16.000 dollar AS per ton saat ini. Pada akhir triwulan I-2024, harga nikel diperkirakan 15.900 dollar AS per ton (Kompas.id, 30/1/2024).
”Tren harga nikel terus menurun karena kelebihan pasokan akibat kelebihan produksi yang dipicu oleh hilirisasi nikel dalam bentuk pembangunan dan investasi smelter di Indonesia. INCO pasti akan mengikuti tren hilirisasi juga,” katanya.
Dengan situasi tersebut, ia memperkirakan, harga saham INCO dapat turun ke harga Rp 3.000-Rp 3.050 per lembar saham.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, saat hadir dalam penandatanganan dokumen transaksi akuisisi 14 persen PT Vale Indonesia oleh Mind Id di Jakarta, mengutarakan, program hilirisasi nikel Indonesia digunakan terutama untuk memasok produk turunan nikel ke pasar Eropa dan IRA-Amerika Serikat.
”Oleh karena itu, saya minta nanti Mind Id dan Kementerian ESDM dapat memastikan bahwa pengembangan hilirisasinya bisa jalan secara menguntungkan. Ini harus ada dalam kewajiban IUPK (izin usaha pertambangan khusus),” katanya.
Menteri BUMN Erick Thohir pada kesempatan yang sama mengatakan, Indonesia memiliki peran strategis dalam industri nikel global sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengambil kendali dalam menentukan arah industri nikel.
Kendati demikian, Mind Id masih akan bekerja sama dengan VCL sebagai pemegang saham terbesar kedua (33,8 persen) untuk melanjutkan komitmen hilirisasi sebagai bentuk dukungan perusahaan terhadap program strategis pemerintah. Komitmen itu ditandatangani pada November 2023. Salah satunya dinyatakan bahwa Mind Id dan VCL akan melakukan joint control atas pelaksanaan kegiatan usaha Vale Indonesia.
”Dalam membangun ekosistem bukan masalah menang kalah, tetapi harus membangun yang terbaik dan Pak Bahlil (Menteri Investasi Bahlil Lahadalia) akan memastikan bagaimana investasi yang berkelanjutan bisa dijalankan serta mendorong down streaming dengan memperhatikan cadangan yang ada dengan investasi yang optimal,” ujar Erick.