Divestasi hingga Harga Nikel Dunia Pengaruhi Saham Vale
Harga saham Vale turun di tengah kenaikan harga nikel, tetapi diharapkan naik pasca-pengambilalihan divestasi saham.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan tambang nikelPT Vale Indonesia Tbk akan meresmikan pengambilalihan pelepasan sebagian saham atau divestasi milik pemegang saham mayoritas asing ke Pemerintah Indonesia pada Senin (26/2/2024) sore. Aksi korporasi ini dilakukan di tengah kenaikan harga nikel yang diperkirakan menjadi sentimen positif bagi saham divestasi.
Pemerintah Indonesia melalui Holding Industri Pertambangan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau Mind ID akan mengambil alih 14 persen saham perseroan dari Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) yang saat ini menguasai masing-masing 43 persen dan 15 persen saham dengan nama terdaftar di bursa INCO.
Menyambut peresmian pengambilalihan divestasi tersebut, harga saham INCO turun minus 1,77 persen ke harga Rp 3.880 per unit saham pada akhir perdagangan sesi I hari ini. Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengatakan, pergerakan INCO memang berada pada fase penurunan karena aksi penjualan saham.
”Pada perdagangan sesi I hari ini, koreksi INCO masih tertahan oleh MA20 dan masih didominasi oleh volume penjualan,” katanya.
Pengambilalihan divestasi saham itu, seperti diberitakan sebelumnya, bakal menambah kepemilikan saham Mind ID menjadi 34 persen dari sebelumnya yang hanya 20 persen. Sementara itu, VCL hanya akan memegang 33,9 persen saham dan SMM menguasai 11,5 persen. Saham yang sebelumnya dimiliki kedua pemegang saham itu diperkirakan dilepas dengan harga sekitar Rp 3.000 per unit saham (Kompas.id, 16/2/2024).
Meski nilai pasti divestasi belum diumumkan, harga pelepasan saham itu membuat investor dari kalangan publik khawatir saham INCO saat ini akan semakin anjlok sehingga mereka menempuh aksi jual. Diketahui, proporsi saham INCO yang dimiliki publik sebesar 20,6 persen.
Harga saham INCO pascadivestasi saham dapat segera naik karena beberapa sentimen positif di pasar perdagangan nikel.
Praktisi pasar modal sekaligus Co-Founder PasaRDana, Hans Kwee, menilai, harga saham INCO pascadivestasi saham dapat segera naik karena beberapa sentimen positif di pasar perdagangan nikel.
”Saya pikir habis divestasi, (harga saham) INCO bisa naik karena faktor harga nikel dunia, perbaikan kinerja, dan kepastian divestasi,” ungkapnya saat dihubungi secara terpisah.
Terkait harga nikel, laman Trading Economics menunjukkan harga nikel per Senin (26/2/2024) melonjak menjadi 17.308 dollar AS per ton. Padahal, pada Senin pekan lalu posisinya di harga 16.116 dollar AS per ton. Harga saat ini menjadi yang tertinggi dari rata-rata harga di kisaran 16.000 dollar AS per ton dalam tiga bulan terakhir.
Hans melanjutkan, tren itu akan berlanjut setelah harga nikel anjlok dua tahun belakangan. ”Ada perkiraan rata-rata harga nikel dunia tahun ini mencapai 20.000 dollar AS per ton. Jadi, potensinya ada kenaikan pada harga saham,” ucapnya.
Harga nikel juga menguat di tengah spekulasi sanksi AS terhadap Rusia yang akan mengganggu perdagangan nikel dan aluminium negara itu. Hal ini muncul setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan Pemerintah AS berencana mengumumkan paket sanksi ”besar” pada Jumat (23/2/2024).
Mengutip pemberitaan Reuters (22/2/2024), sanksi ini terkait dengan dua tahun invasi mereka ke Ukraina. Para pemimpin Barat juga menyatakan kemarahan mereka atas berita dari pihak berwenang Rusia bahwa pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, meninggal di penjara minggu lalu.
Faktor geopolitik itu dikhawatirkan mengganggu pasokan logam, seperti nikel, paladium, dan aluminium olahan, yang kemudian diikuti penurunan harga, termasuk nikel yang digunakan dalam baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik.
Meski demikian, dampak pada pasokan dan permintaan dari sanksi AS terhadap Rusia diperkirakan tidak besar. Selain karena AS sudah mengurangi impor Rusia setahun yang lalu, pasar nikel juga masih kelebihan pasokan karena peningkatan produksi di Indonesia.
Kepastian divestasi
Peneliti Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep) Akmaluddin Rachim mengatakan, Mind ID yang menjadi perwakilan Pemerintah Indonesia bakal memiliki porsi lebih besar dalam pengelolaan pertambangan nikel. Oleh karena itu, Mind ID sebaiknya mengedepankan kepentingan negara terkait divestasi saham Vale tersebut.
”Tujuan lebih besar lagi adalah perpanjangan kontrak karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Vale. Dengan ada kendali lebih besar dari pemerintah, kepentingan negara bisa didahulukan. Bagaimana agar kesejahteraan dapat lebih dirasakan oleh masyarakat,” katanya (Kompas.id, 16/2/2024).
Vale sebagai salah satu produsen tambang nikel diharapkan turut mampu membenahi tata kelola nikel secara menyeluruh di Indonesia.
Pengelolaan tambang dan industri pengolahan nikel, menurut Akmaluddin, mesti lebih baik agar menyentuh pembangunan di daerah tambang, khususnya di Sulawesi, sehingga dapat memperbaiki ekonomi masyarakat setempat.
Kemudian, Vale sebagai salah satu produsen tambang nikel juga diharapkan turut mampu membenahi tata kelola nikel secara menyeluruh di Indonesia. Tidak sekadar menggembar-gemborkan investasi dengan jargon hilirisasi, tetapi juga harus diikuti tata kelola serta perencanaan yang matang dari hulu hingga hilir.
Dari sisi kinerja perusahaan, dalam laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk sepanjang 2023, perusahaan itu memperoleh pendapatan 1,23 miliar dollar AS atau tumbuh 4,5 persen secara tahunan. Ini didorong oleh peningkatan volume penjualan sebanyak 17,7 persen secara tahunan.
Laba bersih perusahaan melonjak 36,9 persen secara tahunan menjadi 274 juta dollar AS dibandingkan tahun 2022. Sementara itu, perusahaan melaporkan pencapaian produksinya sebesar 70.728 ton sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut naik 18 persen dari realisasi pada 2022 yang sebesar 60.090 ton.