Semerbak Bisnis Wewangian
Wangi yang menguar itu jika tercium bisa menggetarkan saraf kebahagiaan dan imajinasi. Bisnis ini pun laris.
Siapa yang tidak suka wewangian? Aroma yang menguar itu jika tercium bisa menggetarkan saraf kebahagiaan dan imajinasi. Oleh karena itu, bisnis wewangian tidak lekang oleh waktu, bahkan kini pasarnya pun tidak hanya tersedia di dunia nyata.
Wewangian bisa berasal dari minyak asiri (essential oil) hingga minyak sintetis. Indonesia kaya akan sumber wewangian alami dari beragam jenis tanaman.
Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan, dari sebanyak 99 jenis tanaman minyak asiri yang dikenal, sebanyak 40 jenis di antaranya tersedia di Indonesia, sebut saja di antaranya nilam, gaharu, serai wangi, kayu manis, dan vanili. Sebanyak 17 jenis tanaman minyak asiri tersebut telah dibudidayakan secara komersial dan tujuh di antaranya menjadi primadona di pasar global.
Minyak asiri itu diperlukan dalam berbagai industri lanjutan seperti sebagai bahan baku industri parfum, kosmetik, farmasi, hingga essense.
Berdasarkan data terbaru Kemenperin, pada 2020, total produksi minyak asiri Indonesia mencapai 8.500 ton. Sampai Desember 2023, Indonesia mampu mengekspor produk minyak asiri, wewangian, termasuk kosmetik hingga sekitar 9.500 ton. Di dalam negeri, permintaan terhadap pengolahan sumber wewangian tersebut ternyata juga menumbuhkan optimisme pelaku usaha.
Produsen parfum lokal dengan jenama Alchemist Fragrance, misalnya, didirikan pada 2022 karena terinspirasi oleh tanaman lokal yang digunakan menjadi wewanginan dan telah menjadi budaya turun-temurun seperti mawar dan rempah-rempah. Mereka pun terobsesi untuk mengolah bahan-bahan yang kaya di Tanah Air itu.
”Kami ingin punya brand lokal berstandar tinggi dan juga punya potensi untuk meramaikan pasar global, dengan menghasilkan parfum buatan Indonesia yang mampu naik kelas dan berkualitas,” kata CEO dan Founder Alchemist Fragrance Naya Tinanda Nabila, dalam acara bincang-bincang ”Meracik Parfum Bersama Tokopedia”, di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Baca juga: ”Mencium” Parfum Orang Indonesia
Proses kreatif
Meski sumber wewangian dan permintaan itu tersedia, berbisnis parfum sesuai idealisme, di tengah gempuran parfum dari luar negeri dan perilaku konsumsi masyarakat yang majemuk, ternyata tidak mudah. Namun, Naya yang memang penyuka wewangian itu tidak berkecil hati.
Ia terus bereksplorasi dengan tim perfumer yang punya pengalaman selama puluhan tahun, meracik wewangian baru yang unik. ”Mereka ditempa dengan waktu dan jam terbang tinggi. Mereka bisa meracik dan menawarkan inovasi wewangian klasik yang bisa dinikmati kapan dan di mana pun dari kompilasi wewangian atau notes unik,” jelasnya.
Proses kreatif itu kemudian dijelaskan Alchemist Fragrance pada pelanggan atau calon pembeli melalui platform penjualan dunia maya. Komposisi wewangian hingga inspirasi yang dijelaskan dari balik karya parfum mereka menjadi nilai tambah dalam bisnis yang dikerjakan.
Baca juga: Wewangian Khas Indonesia di Tangan Vica
Upaya itu tidak jarang terhalang platform itu sendiri, sebab dunia digital membuat calon pembeli tidak bisa langsung mencium aroma parfum buatan mereka. Namun, Alchemist Fragrance tidak kehabisan akal. Mereka mengajak calon pembeli untuk memilih parfum sesuai karakter dengan kuis singkat di situs mereka.
”Kadang mereka enggak tahu, rose atau sandalwood itu wanginya seperti apa. Jadi, kami coba kompilasikan learning berdasarkan daya tarik dan kepribadian. Contoh, dari fashion style, dari tempat yang ingin dikunjungi, tergantung mood atau kepribadian. Dan hampir 100 persen yang coba kuis itu ketika produknya datang, bilang ’ya, ampun, ini aku banget’,” ungkapnya.
Proses kreatif juga tidak lepas dari bisnis pewangi dalam ruangan. Salah satu produsen dalam negeri dengan jenama Euódia Home tak lepas dari riset berkelanjutan untuk mengolah sumber wewangian lokal agar bisa sesuai dengan selera pasar. Usaha yang didirikan pada 2015 oleh Albertus Setyapranata itu menjual produk dalam bentuk reed diffuser hingga lilin beraroma.
Lulusan teknik kimia dari keluarga pengusaha di bidang interior itu memulai usaha dengan harapan bisa mengisi pasar dengan produk lokal. Wewangian ruangan dalam bentuk reed diffuser hingga lilin beraroma memang tengah menjadi tren karena kerap bersanding dengan interior rumah modern.
Sering kali kan dengan mencium bau kita bisa kembali pada ingatan tertentu yang berkesan.
”Rumah itu memiliki banyak ruangan yang perlu di-cover dengan aroma khusus. Aroma citrus, floral, atau tea cocok di living room untuk menyambut orang. Ruang tidur bisa dengan aroma yang lebih lembut atau memenangkan,” terangnya.
Tidak hanya menawarkan aroma umum, Euódia Home juga berkreasi dengan menciptakan beragam tema wewangian. Tema-tema itu di antaranya, ”Nusantara Series”, ”Destination Scents”, hingga ”Tea Series”.
”Kami banyak gunakan essential oil lokal karena kita kaya dengan sumber daya dan kualitasnya juga bagus. Essentials oils yang digunakan Euódia Home, seperti patchouli dan lemongrass, diambil langsung dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Kami mencari local supplier, lalu kita riset dan tes agar jadi produk berkualitas. Kami juga punya kerja sama, seperti dengan produsen teh, mereka buat teh, kami buat pengharum dengan aroma notes yang sama,” jelasnya.
Seperti diketahui, aroma parfum atau parfumery notes terbagi dalam tiga tingkat yakni top notes,middle notes, dan base notes. Top notes adalah parfumery notes tingkat pertama atau aroma yang muncul saat pertama kali parfum disemprotkan ke kulit. Aroma pertama ini bertahan sekitar 15 menit.
Setelah itu wangi parfum akan bergerak ke tingkat ke dua, yakni middle notes yang bertahan 1-2 jam tergantung jenis parfum. Setelah wangi middle not menghilang, wangi parfum masuk level 3, yakni base notes yang bertahan 6-12 jam, juga tergantung jenis parfumnya.
Baca juga: Menuju Indonesia Wangi
Albertus menilai produknya juga menawarkan keunikan karena eksplorasi yang pihaknya lakukan dapat menghasilkan produk yang berbeda dengan pesaing lainnya. ”Wangi susah direplikasi. Ini adalah industri kreatif dengan sains, karena di balik formulasi kami juga memikirkan kecocokan selera,” tutur Albertus.
Penjualan meningkat
Beauty and Personal Care Category Development Senior Lead Tokopedia, Stefanie Yuli, menyampaikan, penjualan produk parfum naik lebih dari dua kali lipat selama tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun 2020 saat prapandemi. Sementara untuk penjualan pengharum ruangan, seperti reed diffuser, mengalami kenaikan hingga lebih dari 13 kali lipat di periode yang sama.
”Berkat beragam kampanye yang dihadirkan, Tokopedia mencatat kenaikan penjualan tinggi tidak hanya di kota besar di Indonesia,” jelasnya.
Transaksi produk parfum selama 2023, misalnya, mengalami kenaikan penjualan rata-rata lebih dari 3,5 kali lipat di berbagai daerah seperti di Padang Pariaman (Sumatra Barat), Kabupaten Pesawaran (Lampung), Demak (Jawa Tengah), Semarang (Jawa Tengah), dan Kampar (Riau).
Adapun daerah di Indonesia dengan kenaikan tertinggi jumlah transaksi produk reed diffuser selama 2023, antara lain DKI Jakarta, Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), Makassar (Sulawesi Selatan), Balikpapan (Kalimantan Timur). Daerah-daerah itu mengalami kenaikan penjualaan redd diffuser rata-rata hingga lebih dari 17 kali lipat.
Data internal platform penjualan TikTok juga mencatat nilai transaksi untuk produk parfum lokal pada Januari 2023 mengalami kenaikan 100 persen dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2022. Data internal TikTok pun melihat bahwa para pembeli produk parfum lokal terdiri dari berbagai latar belakan dan seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Psikolog Klinis dari Enlightmind, Nirmala Ika, menilai, populernya penjualan wewangian tidak lepas dari kekuatan wewangian dalam merangsang indra dan emosi manusia. ”Wewangian berkaitan dengan unsur emosi yang lebih besar karena kita bermain dengan fantasi dan ingatan. Sering kali kan dengan mencium bau kita bisa kembali pada ingatan tertentu yang berkesan,” jelasnya.
Bau yang enak dan membangkitkan ingatan positif bahkan terbukti secara klinis bisa memengaruhi psikis manusia. Nirmala pun mengakui, memakai wewangian bisa dijadikan terapi bagi kliennya yang membutuhkan perasaan aman dan nyaman. Terapi itu bisa disesuaikan sesuai personal pasiennya.
Pemanfaatan wewangian, yang secara personal digunakan sebagai sarana penyembuhan, menurut dia, semakin meningkat ketika masyarakat saat ini lebih sadar dengan keselarasan hidup. Hal ini juga menjadi alasan bisnis wewangian tetap semerbak tak kenal zaman.