Mentan Amran Sebut Empat Solusi Mempercepat Peningkatan Produksi Padi
Peningkatan produksi akan dipercepat dengan pompanisasi, optimalisasi lahan rawa, insentif benih, dan penambahan pupuk.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menyiapkan empat solusi untuk mempercepat penanaman tanaman, khususnya padi dan jagung, demi meningkatkan produksi. Solusi yang dimaksud adalah pompanisasi, optimalisasi lahan rawa, insentif benih gratis, dan penambahan pupuk.
”Tadi, baru saja, kami dipanggil Bapak Presiden. Beliau menanyakan perkembangan tanaman, khususnya padi dan jagung. Kami sudah laporkan perkembangannya,” kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat menjawab pertanyaan wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (13/2/2024).
Amran menuturkan, luas tanam sejak Desember 2023 di atas 1 juta hektar. Luas tanam minimal 1 juta hektar per bulan diperlukan apabila ingin memenuhi kebutuhan bulanan. ”Di Desember kita tanam 1,5 juta hektar, Januari 1,7 juta hektar. Artinya, 3 bulan ke depan mulai Desember, Januari itu insya Allah produksi baik, sudah meningkat,” kata Amran.
Menurut Amran, pada Februari juga mesti dilakukan percepatan. Hal yang dipertanyakan adalah solusi untuk melakukan akselerasi karena harga beras dunia dan Indonesia meningkat. ”Kami laporkan ke Bapak Presiden, (hal yang pertama) adalah kita bagaimana mengairi sawah-sawah di Pulau Jawa dan luar Jawa yang di wilayah itu ada sungai (besar). Ada seperti Sungai Bengawan Solo, kita bisa pompa airnya naik ke sawah digunakan oleh petani. Itu program kita,” ujar Amran.
Solusi kedua adalah optimalisasi lahan rawa yang dulunya tanam satu kali agar dapat meningkat menjadi dua kali dan tiga kali. ”Kemudian yang ketiga adalah kita memberikan insentif benih gratis kepada petani yang mau melakukan perluasan tanam, contoh padi gogo,” tutur Amran.
Solusi yang keempat adalah tambahan pupuk demi menyiapkan pupuk secara tepat waktu dan tepat volume. ”Pupuk tambahan dari Bapak Presiden, nilainya Rp 14 triliun, bagaimana ini direalisasikan dengan cepat,” ujarnya.
Saat ditanya terkait solusi kelangkaan beras, Amran menuturkan bahwa produksi mutlak ditingkatkan kalau ingin menurunkan harga besar. Hal ini bukan hanya menyangkut harga beras Indonesia, melainkan juga harga beras dunia.
”Jadi, kita standing crop sekarang, yang kita tanam sejak Desember (dan) Januari, kurang lebih 4 juta hektar. Dikali saja dengan produksi, mudah-mudahan bisa produksi 5-8 ton per hektar,” ujarnya ketika ditanya target panen sampai Maret 2024.
Amran menuturkan, pihaknya berfokus pada produksi yang menjadi domain Kementerian Pertanian. ”(Aspek) Yang bisa menyelesaikan (atau) menekan harga turun adalah produksi. Kalau produksi naik, itu harga bisa stabil ke depan,” kata Amran.
Pemerintah sekarang mempercepat tanam di Pulau Jawa. Hal ini karena 70 persen produksi dihasilkan Pulau Jawa dan Lampung. ”Kami baru pulang dari Jateng. Jadi, kita melakukan percepatan tanam di Jateng, Jatim, Jabar. (Adapun) di luar Jawa (yakni di) Lampung, Sumsel, Sumut, Sulsel, NTB. Jadi, kita fokus pada lumbung padi Indonesia,” ujarnya.
Stok pupuk dan peningkatan produksi
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menuturkan, sesuai arahan Presiden Jokowi, peningkatan produksi, dengan faktor utama pupuk, dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan beras. ”Oleh karenanya, kita sudah siapkan stok pupuk sebesar 2 juta ton. Dari 2 juta ton itu (sebanyak) 1,1 juta ton sudah berada di kabupaten-kabupaten, jadi siap untuk disalurkan,” katanya.
Terkait pupuk subsidi, Rahmad menuturkan, volumenya 4,7 juta ton. ”Dan, sudah disetujui Bapak Presiden (untuk) ditambah lagi anggarannya sehingga nanti akan ketemu jumlahnya sekitar 7,5 juta ton. Dari 4,7 juta ton yang sudah disetujui itu, tadi arahannya supaya diambil pada musim tanam pertama. Nanti, kalau itu habis, akan disiapkan lagi anggaran untuk musim tanam kedua. Demikian, insya Allah, kalau pupuk lancar produksi akan lancar, produksi beras juga akan naik,” papar Rahmad.
Saat ditanya apakah tambahan anggaran Rp 14 triliun untuk pupuk tersebut sudah cair, Rahmad menjawab bahwa sekarang sedang berproses. ”Namun, sambil menunggu proses, yang sudah ada kita salurkan dulu ke petani semaksimal mungkin. Kalau dulu, kan, misalnya ada alokasi total sekian juta ton dibagi menjadi dua musim tanam, (maka) sekarang yang sudah disetujui itu boleh diambil di musim tanam pertama untuk mempercepat penanaman di musim tanam pertama ini,” tuturnya.
Rahmad mengatakan, anggaran Rp 14 triliun tersebut merupakan tambahan anggaran dari yang sudah diberikan, yakni Rp 26 triliun. ”Jadi, Rp 14 triliun ini sedang berproses, akan turun. Tadi Pak Presiden arahannya clear, nanti akan diberikan tambahan pupuk. Tapi dari yang sudah diberikan anggarannya itu diminta disalurkan segera untuk musim tanam ini,” ujarnya.
Dengan demikian, menurut Rahmad, stok pupuk cukup dan sebagian besar sudah ada di daerah. Pemerintah juga menambah anggaran subsidi. ”Insya Allah tidak ada lagi persoalan pupuk yang mendasar. Dan, kita juga sudah menerapkan digitalisasi. Sudah 27 lebih kios yang ter-install aplikasi digital sehingga kita bisa monitor real time penebusan pupuk. Dan, arahan dari Pak Mentan dan Pak Presiden untuk mempermudah petani menebus. Jadi, pakai KTP saja, pakai app (aplikasi) yang baru sudah bisa,” kata Rahmad.
Secara terpisah, di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menuturkan, pihaknya akan menyiapkan pemompaan untuk kawasan pertanian. ”Nanti tunggu lokasi dari beliau (Menteri Pertanian). Saya mencarikan sumber air, hanya itu,” katanya.
Basuki menuturkan, pemompaan dibutuhkan untuk menaikkan air irigasi dari bawah ke sawah yang ada di sisi atas. ”Kita pompa 500.000 (hektar) di Jawa dan luar Jawa 500.000 (hektar),” ujarnya.