1.500 Hektar Tanaman Padi di Demak dan Kudus Terancam Puso
Kementan gulirkan upaya penyelamatan padi yang kebanjiran. Adapun PT Pupuk Indonesia siapkan 2 juta ton pupuk subsidi.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Banjir menggenangi 7.795 hektar lahan pertanian yang didominasi tanaman padi di Kabupaten Demak, Kudus, dan Grobogan, Jawa Tengah. Kementerian Pertanian menyatakan, 1.500 hektar di antaranya terancam puso atau gagal panen.
Banjir di ketiga wilayah itu berlangsung sejak 5 Februari 2024. Ketika banjir di Grobogan mulai surut, banjir di Demak dan Kudus semakin meluas akibat jebolnya tanggul Sungai Wulan dan Jratun pada 8 Februari 2024,
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, per Selasa (13/2/2024), lahan pertanian yang tergenang banjir di Demak seluas 2.839 hektar (ha). Dari luasan tanam itu, 1.400 ha diperkirakan puso. Di Kudus, banjir melanda 212 ha lahan pertanian dan 100 ha di antaranya juga diperkirakan gagal panen.
Adapun di Grobogan, lahan pertanian yang kebanjiran seluas 4.744 ha. Banjir di sebagian besar areal lahan pertanian tersebut mulai surut. Untuk beberapa areal yang masih sedikit tergenang, mulai ditangani dengan pompanisasi guna meminimalkan gagal panen.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, bantuan benih, pupuk, pompa, dan alat panen telah disalurkan ke tiga daerah tersebut senilai total Rp 30 miliar. Bagi sektor pertanian yang terdampak banjir dan masuk dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) akan mendapatkan pupuk sebanyak 75 ton.
”Kami juga terus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk menyusutkan genangan air di sejumlah persawahan yang sudah memungkinkan untuk ditangani dengan pompa air. Dengan begitu, dalam beberapa pekan ke depan, padi masih bisa dipanen,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Selasa.
Kami juga terus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk menyusutkan genangan air di sejumlah persawahan yang sudah memungkinkan untuk ditangani dengan pompa air.
Amran juga menuturkan, Kementan telah mengairi persawahan di daerah dengan curah hujan yang rendah, baik di wilayah Jawa maupun luar Jawa, menggunakan pompa air. Luas tanam pada Desember 2023 dan Januari 2024 masing-masing telah mencapai 1,5 juta ha dan 1,7 juta ha.
”Luas tanam itu melebihi target bulanan. Kalau mau memenuhi kebutuhan bulanan, kami setidaknya harus menanam minimal 1 juta ha per bulan,” tuturnya.
Kementan juga terus berkoordinasi dengan PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk menambah dan mendistribusikan pupuk bersubsidi. Hal itu terkait dengan penambahan dana pupuk bersubsidi sebesar Rp 14 triliun pada tahun ini yang telah disetujui Presiden Joko Widodo.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menjelaskan, semula anggaran pupuk subsidi pada tahun ini Rp 26 triliun untuk 4,7 juta ton pupuk. Dengan penambahan Rp 14 triliun, total pupuk yang disubsidi bakal bertambah menjadi 7,5 juta ton. Saat ini, tambahan dana itu tengah diproses.
”Sembari menunggu proses tersebut, Pupuk Indonesia diminta menggulirkan 4,7 juta ton pupuk subsidi yang telah dianggarkan sebelumnya digunakan untuk musim tanam (MT) I. Kalau nanti habis, pupuk bersubsidi dari anggaran tambahan akan digulirkan untuk MT II,” kata Rahmad.
Dengan penambahan Rp 14 triliun, total pupuk yang disubsidi bakal bertambah menjadi 7,5 juta ton.
Hingga kini, Pupuk Indonesia telah menyiapkan 2 juta ton pupuk subsidi untuk MT I yang diperkirakan akan berlangsung hingga April 2024. Sebanyak 1,1 juta ton di antaranya telah didistribusikan ke daerah-daerah sentra-sentra produksi padi di Indonesia.
Berdasarkan Prognosis Neraca Pangan 2024 Badan Pangan Nasional, pada tahun ini pemerintah menargetkan produksi beras sebanyak 31,93 juta ton. Angka tersebut di atas realisasi produksi beras pada 2022 dan 2023 yang masing-masing sebesar 31,54 juta ton dan 30,89 juta ton. Pemerintah juga berencana mengimpor beras sebanyak 2,44 juta ton.