Upaya Gen Z menjadi sejahtera bisa menjadi peluang bagi perusahaan untuk memfasilitasi keinginan mereka.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Sering kali kita membaca dan mendengar kesulitan yang dihadapi generasi Z (Gen Z) dan juga bagaimana mereka terbebani generasi sebelumnya. Di tengah situasi seperti ini, ternyata mereka ingin kaya. Mereka berusaha dengan berbagai cara menjadi kelompok masyarakat yang sejahtera. Upaya mereka menjadi sejahtera bisa menjadi peluang bagi perusahaan untuk memfasilitasi keinginan tersebut.
Gen Z merupakan generasi yang mendapat berbagai beban. Mereka lahir pada saat tengah berlangsung revolusi digital, ancaman akibat perubahan iklim, pandemi Covid-19, dan tekanan finansial beberapa kali. Mereka juga sulit mendapatkan properti serta kesulitan untuk membayar biaya kuliah. Berbagai tekanan ini menjadikan mereka berusaha mencari solusi. Tidak mengherankan, akun-akun media sosial dan acara pengelolaan keuangan menjadi laris manis.
Meskipun merupakan salah satu generasi yang paling terbebani secara finansial, Gen Z terobsesi untuk menjadi kaya. Seorang pakar mengatakan kepada Newsweek tentang hal-hal yang menyebabkan obsesi itu muncul bisa terjadi. Tekanan finansial malah menjadikan mereka bermimpi untuk menjadi kaya. Mereka berjuang di tengah perasaan tidak aman dalam hal finansial. Mereka yang berhasil adalah mereka yang melihat keuangan mereka dengan jujur.
Studi terbaru lembaga bernama Intuit Credit Karma menemukan bahwa Gen Z yang lahir antara tahun 1996 dan 2012 serta generasi milenial yang lahir tahun 1981 hingga 1996 mencatat obsesi umum untuk menjadi kaya. Responden Gen Z dalam studi tersebut melaporkan bahwa mereka memiliki obsesi untuk menjadi kaya sebesar 44 persen, sementara kaum milenial sedikit lebih terobsesi dengan hal tersebut, yaitu sebesar 46 persen.
Beberapa saran dari kalangan penasihat keuangan menyebutkan, mereka harus menetapkan tujuan yang jelas, membuat rencana, dan yang terpenting adalah catatan finansial mereka sendiri. Selain mengelola tabungan, mereka juga disarankan melakukan penjadwalan pembayaran otomatis dari setiap gaji. Cara ini diakui akan membantu mereka tetap bertanggung jawab dan meningkatkan tabungan dalam jangka panjang. Meski demikian, langkah yang paling tepat adalah melakukan investasi. Mereka dianjurkan untuk melakukan investasi sejak dini dan mulai memahami jenis-jenis investasi beserta risikonya.
Menurut studi tahun 2019 dari Next Gen Personal Finance yang dikutip laman CNBC, jika dibandingkan dengan generasi milenial pada usia yang sama, persentase Gen Z yang mulai berinvestasi lebih tinggi.
Secara umum, mereka memiliki literasi tentang investasi lebih baik dibandingkan pendahulunya. Langkah-langkah kecil pada akhirnya dapat membuahkan hasil yang besar. Banyak Gen Z mulai menyadari dan menunjukkan kepedulian terhadap keuangan mereka. Menurut studi tahun 2019 dari Next Gen Personal Finance yang dikutip laman CNBC, jika dibandingkan dengan generasi milenial pada usia yang sama, persentase Gen Z yang mulai berinvestasi lebih tinggi.
Pada 2019, sebanyak 27-28 persen Gen Z memiliki paparan terhadap ekuitas melalui kepemilikan saham atau bahkan rekening pensiun. Persentase itu jauh lebih tinggi dibandingkan generasi lain. Ketika generasi milenial memiliki usia yang sama pada tahun 2004, hanya 18,7 persen dari mereka yang mempunyai paparan terhadap ekuitas. Keadaan ini menjadikan Gen Z memiliki harapan bisa menjadi kaya. Keberadaan platform investasi yang lebih mudah diakses kemungkinan berkontribusi terhadap fenomena ini.
Dengan teknologi baru lewat beragam platform digital, mereka terbantu untuk membuat perencanaan investasi, bahkan investasi properti. Hanya, sayang sekali di Indonesia, pasar seperti ini malah diperburuk beberapa pelaku teknologi finansial yang aji mumpung. Mereka kurang berhati-hati sehingga memberi citra buruk pada platform investasi yang benar-benar ingin membantu generasi milenial serta Gen Z. Akibatnya, tidak sedikit perusahaan teknologi di bidang ini mendapatkan stigma. Pasar menjadi sulit berkembang dan solusi juga tidak muncul.
Literasi yang memadai ini sangat mungkin menyebabkan mereka bisa mengelola keuangan secara lebih baik sehingga pada saatnya mereka bisa memetik buah, menjadi orang yang lebih sejahtera. Impian mereka bisa menjadi nyata.
Meski demikian, kuncinya tetap di inovasi di bidang investasi. Kita masih berharap banyak orang yang mengembangkan teknologi dan juga literasi keuangan sehingga pasar masa depan ini makin bisa merencanakan keuangan. Generasi pendahulunya yang gemar menabung akan tergantikan oleh mereka dengan gemar berinvestasi ke produk yang lebih memberi imbal hasil besar, tetapi pada saat yang sama paham mengenai risikonya.
Pebisnis yang hendak menyelesaikan masalah di pasar Gen Z setidaknya harus mampu menjawab pertanyaan seperti dikutip di World Finance, bagaimana industri manajemen aset membujuk Gen Z untuk berinvestasi? Siapa yang memengaruhi mereka? Siapa yang mereka percayai? Siapakah pelaku keuangan yang tampaknya paling untung atau rugi? Gen Z memiliki cara dalam memandang kemampuannya dan cara mereka memandang pilihan finansial berbeda dengan generasi sebelumnya.
Generasi ini mendapat beban yang sangat berat, tetapi pada saat yang bersamaan mendapat paparan literasi investasi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka lebih paham berinvestasi di berbagai instrumen dan lebih awal menyiapkan dana pensiun. Literasi yang memadai ini sangat mungkin menyebabkan mereka bisa mengelola keuangan secara lebih baik sehingga pada saatnya mereka bisa memetik buah, menjadi orang yang lebih sejahtera. Impian mereka bisa menjadi nyata.