Krisis Laut Hitam, Laut Merah, dan Terusan Panama tak hanya mendisrupsi perdagangan, tetapi juga ekonomi global.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
Badan Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNCTAD menyalakan alarm disrupsi perdagangan dunia. Disrupsi terjadi tidak hanya akibat hambatan perdagangan maritim di Laut Hitam, tetapi juga Laut Merah dan Terusan Panama.
UNCTAD menyebutkan, krisis perdagangan di Laut Hitam akibat perang Rusia-Ukraina masih belum berakhir sejak 2022. Belakangan ini, muncul krisis baru di sektor perdagangan maritim di Luat Merah dan Terusan Panama.
Laut Merah yang terhubung dengan Laut Mediterania melalui Terusan Suez menjadi arena perang Houthi melawan Amerika Serikat dan Inggris. Serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang dan komersial berbendera negara pendukung Israel itu mulai diladeni Amerika Serikat dan Inggris.
Adapun di Terusan Panama, penurunan ketinggian air Danau Gatun yang merupakan sumber utama air kanal akibat dampak El Nino, menyebabkan jumlah kapal yang melintas dikurangi. Dari rerata 36 kapal per hari, jumlah kapal yang diizinkan lewat hanya 24 kapal pada Januari 2024 dan 18 kapal pada Februari 2024.
Kepala Logistik Perdagangan UNCTAD Jan Hoffmann mengatakan, transportasi laut berperan penting dalam perdagangan internasional. Sektor tersebut menjadi urat nadi pergerakan sekitar 80 persen barang global. Krisis perdagangan maritim di Laut Hitam, Laut Merah, dan Terusan Panama bakal mendisrupsi perdagangan global.
”Krisis di Laut Merah, misalnya, akan menyebabkan volume perdagangan melalui Terusan Suez turun 42 persen. Padahal, terusan sepanjang 164 kilometer itu menangani 12-15 persen perdagangan global tahun 2023,” ujarnya dalam konferensi pers harian PBB pada 26 Januari 2024.
Krisis perdagangan maritim di Laut Hitam, Laut Merah, dan Terusan Panama bakal mendisrupsi perdagangan global.
UNCTAD mencatat, indeks pergerakan kapal barang di Terusan Suez per 23 Januari 2024 sebesar 89,27 atau berada di bawah ambang batas 100. Kapal-kapal itu mencakup kapal kargo curah, kapal tanker, dan kapal kontainer.
Rerata tarif angkutan kontainer juga meningkat. Selama pekan terakhir Desember 2023, tarifnya melonjak 500 dollar AS. Sejak awal Desember 2023, rata-rata tarif pengiriman peti kemas dari Shanghai meningkat 122 persen. Khusus rute Shanghai-Eropa, lonjakannya bahkan hingga 256 persen. Premi asuransi pengiriman barang dengan angkutan laut juga melonjak hingga 40 persen.
Mulai berdampak
UNCTAD juga menggarisbawahi dampak ekonomi yang luas akibat gangguan tersebut. Gangguan yang berkepanjangan dalam pengiriman barang, terutama pangan dan energi, dapat mengancam rantai pasok global dan kenaikan harga barang di tingkat konsumen.
Krisis transportasi laut saat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan biaya tinggi pada logistik dan harga barang di tingkat konsumen selama lebih kurang setahun. Jika krisis di Laut Merah dan Terusan Panama berkepanjangan, kondisi serupa juga bisa terjadi ke depan.
”Negara-negara berkembang sangat rentan terhadap gangguan ini. Kami tetap waspada dan terus memantau perkembangan situasi,” kata Hoffmann.
UNCTAD juga menekankan, perdagangan global sangat rentan terhadap ketegangan geopolitik dan perubahan iklim. Hal ini menuntut perlunya upaya kolektif mencari solusi berkelanjutan, terutama untuk mendukung negara-negara yang lebih rentan terhadap guncangan-guncangan tersebut.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memperkirakan volume perdagangan dunia pada 2024 akan tumbuh 3,3 persen. Angka perkiraan itu lebih rendah dari proyeksi Bank Dunia yang sebesar 2,3 persen. Proyeksi perdagangan kedua lembaga dunia itu mempertimbangkan juga faktor fragmentasi perdagangan akibat konflik geopolitik dan dampak perubahan iklim.
Hambatan di sektor perdagangan maritim itu mulai berdampak ke Indonesia. Dampak tersebut baru sebatas pada kenaikan harga logistik dari dan menuju negara-negara tertentu serta sempat menghambat impor kedelai.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan, konflik di Laut Merah telah menyebabkan biaya ekspor melalui laut naik sekitar 10 persen. Hal itu terutama terjadi untuk ekspor ke negara-negara di wilayah Mediterania dan Eropa.
Pelaku-pelaku usaha yang mengekspor produk ke sejumlah negara di dua wilayah tersebut menjadi terbebani. Produk yang diekspor itu antara lain furnitur, pakaian jadi, makanan kering, produk turunan CPO, komponen otomotif dan elektronik, serta sepatu.
Selain itu, lanjut Benny, ketersediaan kontainer kosong untuk kepentingan ekspor semakin berkurang. Penawaran angkutan kapal juga tidak berani membuka harga lebih dari dua bulan mendatang.
Konflik di Laut Merah telah menyebabkan biaya ekspor melalui laut naik sekitar 10 persen. Hal itu terutama terjadi untuk ekspor ke negara-negara di wilayah Mediterania dan Eropa.
Sebelumnya, pada 11 Januari 2024, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, gangguan pelayaran di Laut Merah dan Terusan Panama berdampak pada impor kedelai di Indonesia. Hal ini lantaran kedelai yang diimpor berasal dari Amerika Serikat dan Amerika Latin.
Meskipun terhambat, kedelai impor itu sudah masuk Indonesia. Adapun terkait dengan impor beras, sampai saat ini belum ada gangguan logistik karena komoditas itu diimpor dari Vietnam, Thailand, dan Myanmar.
”Ke depan, kami memastikan Indonesia tidak akan kekurangan kedelai impor meskipun gangguan pelayaran masih berpotensi terjadi dan tidak bisa dihindari,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta.