Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga di Tengah Ketidakpastian Global
Gejolak perekonomian global diperkirakan masih akan berlanjut sampai tahun depan. OJK mengimbau lembaga jasa keuangan untuk melakukan uji stres secara berkala guna menjaga stabilitas sektor jasa keuangan.
JAKARTA, KOMPAS — Otoritas Jasa Keuangan menilai sektor jasa keuangan domestik memiliki daya tahan di tengah gejolak pelemahan ekonomi dan ketidakpastian global. Kendati demikian, lembaga jasa keuangan diminta untuk tetap mengantisipasi berbagai risiko dengan terus memantau perkembangan situasi terkini dan melakukan uji ketahanan.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK November 2023, secara daring, Senin (4/12/2023). Mahendra mengatakan, perekonomian Indonesia memiliki daya tahan di tengah kondisi global yang tidak mudah.
Sebagaimana diketahui, prospek perekonomian global mendatang diperkirakan masih akan diselimuti ketidakpastian, yang oleh Bank Indonesia ditandai dengan lima karakteristik, yakni perlambatan ekonomi dan diferensiasi pertumbuhan ekonomi negara maju-negara berkembang, perlambatan penurunan inflasi, serta suku bunga tinggi negara maju. Lebih lanjut, penguatan mata uang dollar AS terhadap nilai tukar negara lain dan keluarnya arus modal dari negara berkembang ke negara maju turut membayangi situasi global ke depan.
Menurut Mahendra, gejolak tersebut memiliki faktor risiko rambatan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, OJK terus memantau perkembangan dari gejolak global, terutama untuk mengukur efek negatif (down side effect) bagi sektor jasa keuangan domestik.
”Kondisi sektor jasa keuangan kita masih terjaga stabil didukung oleh permodalan yang solid dan likuiditas yang memadai dalam menghadapi berbagai risiko ketidakpastian di masa mendatang. Kami optimistis, sektor jasa keuangan nasional mampu menyerap berbagai risiko guncangan global tersebut,” katanya.
Kuatnya permodalan sektor jasa keuangan tersebut salah satunya ditunjukkan oleh kinerja industri perbankan yang per Oktober 2023 mencatatkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 27,48 persen. Tingkat rasio kecukupan modal tersebut dinilai lebih baik ketimbang negara lain yang sebagian besar tidak mencapai 20 persen.
Di sisi lain, daya tahan sektor jasa keuangan turut didukung oleh pertumbuhan ekonomi nasional yang pada kuartal III-2023 tercatat tumbuh 4,94 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi tersebut secara umum ditopang oleh kinerja neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus, konsumsi domestik yang meningkat, serta Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang masih tercatat ekspansif.
OJK mendorong lembaga jasa keuangan agar terus memonitor potensi risiko, termasuk melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar, serta melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga permodalan dan likuiditas sehingga sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional.
Walakin, tingginya tensi geopolitik, ekspektasi tingkat suku bunga tinggi, serta volatilitas harga komoditas pangan tetap perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada perekonomian nasional dan sektor jasa keuangan. Oleh sebab itu, OJK berupaya menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dengan menerapkan uji stres (stress test) secara berkala, membuat peta jalan untuk tiap-tiap industri keuangan, memperkuat tata kelola, meningkatkan inklusi keuangan, serta mendorong kredit sektor produktif.
”OJK mendorong lembaga jasa keuangan agar terus memonitor potensi risiko, termasuk melakukan stress test ketahanan terhadap gejolak pasar, serta melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga permodalan dan likuiditas sehingga sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional,” katanya.
Baca juga: Kebijakan dan ”Keberuntungan” Dukung Resiliensi Jasa Keuangan
Topang pertumbuhan
Di tengah gejolak perekonomian global yang melanda, kontribusi industri perbankan dibutuhkan untuk menopang laju pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan kredit konsumsi bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah (kredit multiguna). Hal ini disampaikan oleh OJK kepada industri perbankan dalam Surat Nomor: S-28/D.03/2023 pada 14 November 2023 tentang Dukungan Perbankan terhadap Pertumbuhan Kredit kepada UMKM dan Konsumsi.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menegaskan, perbankan perlu melakukan inovasi dan perbaikan penyaluran kredit agar mampu menjangkau masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dan UMKM lebih luas. Di sisi lain, iklim persaingan usaha antarlembaga jasa keuangan juga perlu dijaga dengan tetap mengutamakan aspek pelindungan konsumen.
”Ini dapat dilakukan dengan mengembangkan strategi bisnis yang responsif dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat, serta penetapan suku bunga kredit yang kompetitif. Dalam menyalurkan kredit, perbankan hendaknya tetap melakukan asesmen risiko dan kelayakan debitor secara komprehensif, bukan hanya didasarkan pada kecukupan agunan. Selain itu, prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko secara memadai tetap diutamakan agar risiko terukur dan terjaga,” ujarnya.
Per Oktober 2023, pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 8,99 persen secara tahunan menjadi Rp 6.902,98 triliun dengan pertumbuhan tertinggi pada kredit investasi sebesar 10,22 persen secara tahunan. Sejalan dengan itu, kualitas kredit tetap terjaga stabil dengan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) net sebesar 0,77 persen dan NPL gross sebesar 2,42 persen.
Kemudian, likuiditas perbankan juga berada pada level memadai ditandai dengan rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) 117,29 persen dan alat likuid/dana pihak ketiga (AL/DPK) 26,36 persen. Keduanya jauh di atas ambang batas minimum ketentuan sebesar 50 persen dan 10 persen.
”Kami optimistis pertumbuhan kredit mampu mencapai dua digit pada akhir tahun mengingat siklus perekonomian menjelang akhir tahun selalu ada peningkatan dan saat ini kita juga memasuki tahun pemilu yang akan berdampak pada peningkatan konsumsi sehingga memicu pertumbuhan kredit,” tuturnya.
Hal ini juga didukung oleh persepsi optimistis terhadap sektor perbankan Indonesia dalam hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) Triwulan IV-2023 pada 17 November 2023. Dalam survei tersebut, Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) berada di zona optimis atau sejumlah responden memperkirakan kinerja perbankan tetap positif pada triwulan IV-2023 ditopang oleh ekspektasi peningkatan DPK dan penyaluran kredit sehingga berdampak pada peningkatan laba serta modal perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menambahkan, seiring dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia selama sebulan hingga 30 November 2023 menguat sebesar 4,87 persen ke level 7.080,74 basis poin. Di sisi lain, tekanan arus modal asing keluar semakin mereda kendati masih tercatat jual neto sebesar Rp 0,52 triliun selama sebulan.
”Beberapa sektor di IHSG pada November 2023 masih menguat di antaranya sektor teknologi, infrastruktur, dan keuangan. Secara tahun kalender, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) tercatat menguat 3,36 persen dengan asing membukukan jual neto sebesar Rp 13,86 triliun. Pada likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham pada November 2023 tercatat meningkat sebesar Rp 10,54 triliun tahun kalender,” ujarnya.
Inarno menambahkan, penggalangan dana securities crowdfunding (SCF) sebagai alternatif pendanaan bagi usaha kecil menengah hingga 30 November 2023 telah memiliki 16 penyelenggara di bawah perizinan OJK. Lebih lanjut, tercatat ada 484 penerbit dan 166.452 pemodal dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp 1,03 triliun.
Terkait penghimpunan dana di pasar modal, OJK optimistis mampu mencapai target penghimpunan dana di pasar modal pada kisaran Rp 175 triliun-Rp 200 triliun. Per akhir November 2023, penghimpunan dana di pasar modal tercatat sebesar Rp 230,59 triliun dengan jumlah emiten baru sebanyak 74 emiten atau telah mencapai target tahun 2023.
Baca juga: Sektor Jasa Keuangan Stabil di Tengah Ketidakpastian Global