Jenama Lokal Barang Elektronik Butuh Dukungan di Negeri Sendiri
Pelaku industri elektronik jenama lokal berkontribusi hanya 2 persen dari pasar elektronik dalam negeri. Selebihnya dikuasai oleh jenama global.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri barang elektronik merek atau jenama lokal membutuhkan dukungan agar bisa bersaing di sektor pasar barang elektronik dalam negeri. Dengan masyarakat membeli dan menggunakan barang elektronik produk lokal, hal itu turut mendorong pertumbuhan pabrik lokal dan memperluas kapasitas maupun menambah tenaga kerja yang pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
Direktur Operasional PT Adi Pratama Indonesia Tri Isyanta mengatakan, saat ini pelaku industri barang elektronik merek lokal hanya mendapatkan 2 persen pasar barang elektronik dalam negeri. Selebihnya masih dikuasai barang elektronik merek global atau asing.
Tri menambahkan, pelaku industri barang elektronik merek lokal membutuhkan dukungan keberpihakan negara dan diberikan kesempatan lebih luas untuk meningkatkan volume penjualannya.
”Beri kesempatan dan kepercayaan kepada merek lokal barang elektronik ini. Kualitasnya bisa bersaing dengan merek global,” ujar Tri saat ditemui di kantornya di Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (1/12/2023).
Perusahaan ini dikenal dengan merek lokal SPC. Perusahaan ini merakit dan memproduksi berbagai barang elektronik, seperti laptop, televisi, CCTV, dan interactive flat pannel (IFP).
Dengan membeli dan menggunakan produk elektronik merek lokal, lanjut Tri, bisa membantu pelaku industri ini untuk terus bertumbuh. Melalui peningkatan kapasitas produksi dan bisnis, pelaku industri merek lokal ini bisa berekspansi dan menambah serapan tenaga kerja sehingga harapannya bisa mendorong perekonomian nasional.
”Ini berbeda dengan merek global yang ada di Indonesia. Segala keuntungan usahanya tetap kembali ke negara asal merek itu. Kalau merek lokal, ya, kembali ke Tanah Air,” ujar Tri.
Ia menambahkan, keberpihakan negara mulai hadir dengan memasukkan merek produk lokal dalam e-katalog dalam pengadaan barang-barang dan inventaris pemerintah. Produk-produk elektronik SPC bisa masuk dalam pengadaan pemerintah.
Tri menjelaskan, sebanyak 60 persen portofolio penjualan di perusahaannya berasal dari pengadaan barang-barang elektronik di pemerintah dan permintaan korporasi swasta. Adapun instansi pemerintah yang telah memesan barang elektronik SPC adalah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek); dinas pendidikan di beberapa daerah seperti Semarang dan Surabaya; TNI dan Polri. Sebanyak 40 persen penjualan SPC berasal dari pasar ritel di dalam negeri.
Pihaknya pernah mengekspor kamera pemantau (CCTV) ke Amerika Serikat pada 2020. Namun, saat ini sedang berhenti lantaran adanya perlambatan ekonomi di negara itu.
SPC memiliki pabrik perakitan di Jalan Raya Curug, Kabupaten Tangerang. Pabrik ini memiliki 10 jalur produksi. Kapasitasproduksi pabrik ini sebesar 10.500 unit CCTV per hari atau 140 unit televisi 100 inci per hari, laptop atau notebook sebanyak 1.000 unit per hari, dan IFP 100 unit per hari.
Tri menjelaskan, perusahaannya memproduksi barang elektronik sesuai pesanan yang ada. Misalkan ada permintaan CCTV, maka lini produksi dimaksimalkan untuk produk ini. Begitu pula saat ada permintaan produksi laptop, televisi, dan lain-lain.
Saat ini, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) produk buatannya sudah lebih dari 30 persen. Pihaknya sudah membuat perangkat lunak sendiri untuk sistem barang elektroniknya. Selain itu, pihaknya juga yang merakit komponen bahan baku untuk barang elektronik ini. Mereka merakit bahan baku komponen, seperti baterei, mesin papan induk (motherboard), dan layar monitor, yangmasih diimpor dari China.
Akhir tahun
Tri menjelaskan, pihaknya berharap adanya kenaikan penjualan pada periode akhir tahun. Pada periode ini, biasanya pemerintah dan lembaga negara mulai merencanakan pengadaan barang-barang inventaris. Selain itu, pihaknya juga berharap adanya kenaikan penjualan dari segmen ritel karena dorongan belanja akhir tahun.
Secara terpisah, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengingatkan, meskipun kondisi kegiatan usaha pada bulan November 2023 lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya, pelaku industri tetap perlu mewaspadai kondisi pada akhir tahun dan awal tahun ke depan yang masih dibayangi ketidakstabilan kondisi global.
Beberapa faktor eksternal, seperti kemungkinan resesi Jerman sebagai penyangga ekonomi Uni Eropa, serta Inggris, perlu diwaspadai. Di sisi lain, China yang saat ini diperkirakan akan tumbuh positif tetap dibayangi krisis properti. Demikian pula dengan Amerika Serikat, yang meskipun inflasinya telah melandai, peningkatan angka pengangguran juga membayangi kondisi ekonomi ke depan.