Kendati masih bergejolak, tren harga komoditas, seperti CPO, batubara, dan nikel, akan terus turun meskipun tidak akan lebih rendah dari harga pada 2019.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Komoditas dunia dan ekspor unggulan Indonesia, seperti minyak sawit mentah, batubara, dan nikel, tengah berproses menuju pembentukan harga fundamentalnya. Tren harga sejumlah komoditas itu diperkirakan akan tetap turun, tetapi tidak akan serendah harga pada 2019 atau sebelum pandemi Covid-19. Kenaikan sebelumnya terjadi akibat naiknya permintaan dalam rangka pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
Vice President for Industry and Regional Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani mengatakan, saat ini normalisasi harga komoditas dunia tengah terjadi. Normalisasi yang terjadi sejak awal 2023 itu diperkirakan akan berlangsung hingga 2025.
”Kendati masih bergejolak, tren harga komoditas akan terus turun meskipun tidak akan lebih rendah dari harga pada 2019,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (24/11/2023).
Menurut Dendi, tim ekonom Bank Mandiri memperkirakan harga minyak sawit mentah (CPO) pada 2024 dan 2025 sekitar 761,8 dollar Amerika Serikat per ton dan 771,7 ton per dollar AS. Harga perkiraan pada 2024 dan 2025 itu lebih rendah dibandingkan perkiraan harga pada 2023, yakni 869,4 dollar AS per ton. Namun, harga tersebut masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga pada 2019, yakni 524,5 dollar AS per ton.
”Kami melihat ada beberapa faktor risiko ke depan yang bisa menekan harga CPO. Di sisi lain, ada juga faktor lain yang tidak akan membuat harga CPO turun drastis,” katanya.
Dendi menjelaskan, risiko tersebut adalah pelemahan ekonomi dan tingginya tingkat suku bunga global yang bisa menciptakan sentimen negatif di pasar CPO. Hal itu akan berujung pada penurunan permintaan. Selain itu, persaingan dengan minyak nabati lain karena pasokan mulai meningkat dari Ukraina, Brasil, dan Argentina.
Adapun katalis positifnya adalah dampak El Nino yang bisa menekan produksi, tetapi bisa turut mengatrol harga. Di Indonesia, dampak El Nino di sektor kelapa sawit baru akan terlihat tahun depan. Produksi diperkirakan akan berkurang, tetapi tidak akan terlalu signifikan.
Selain CPO, Tim Ekonom Bank Mandiri juga memperkirakan harga batubara pada 2024 dan 2025 masing-masing 117,3 dollar AS per ton dan 110 dollar AS per ton. Harga tersebut lebih rendah dari harga perkiraan 2023, yakni 168,8 dollar AS per ton dan harga pada 2019 yang mencapai 78,1 dollar AS per ton.
Kendati masih bergejolak, tren harga komoditas akan terus turun meskipun tidak akan lebih rendah dari harga pada 2019. ( Dendi Ramdani)
Sementara itu, harga nikel pada 2024 dan 2025 diperkirakan masing-masing 22.183 dollar AS per ton dan 21.699 dollar AS per ton. Harga tersebut lebih rendah dari harga perkiraan 2023, yakni 24.000 dollar AS per ton dan harga pada 2019 yang mencapai 13.926 dollar AS per ton.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga berpendapat senada. Kemungkinan kenaikan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia pada tahun depan lebih kecil ketimbang penurunan harga. Meski begitu, penurunan harga yang terjadi tidak akan terlalu tajam dan masih lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.
Potensi kenaikan dan penurunan harga komoditas itu disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, pelemahan permintaan dua pasar utama ekspor RI, yakni Amerika Serikat dan China, akan berpengaruh terhadap penurunan harga.
Kedua, lanjut, Faisal, konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan Hamas-Israel masih berpotensi membuat harga komoditas pangan dan energi naik. Namun, dengan catatan, jika tensi konflik tersebut semakin menguat tahun depan.
”Selain itu, dampak El Nino juga mengatrol harga komoditas pangan karena berpotensi menurunkan produksi. Meskipun begitu, dampak El Nino di Indonesia terhadap kelapa sawit diperkirakan tidak akan terlalu signifikan,” katanya.
Sementara itu, kinerja sawit nasional pada Januari-September 2023 meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu. Kinerja itu mencakup produksi, konsumsi dalam negeri, serta ekspor CPO dan produk turunannya.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, produksi CPO dan minyak inti sawit sepanjang Januari-September 2023 sebanyak 40,82 juta ton, meningkat 10,36 persen dibandingkan periode sama 2022. Konsumsi dalam negeri juga meningkat dari 9,37 persen menjadi 16,85 juta ton.
Pada periode perbandingan yang sama, ekspor CPO dan produk turunannya meningkat 22,93 juta ton menjadi 24,59 juta ton. Kontribusi ekspor terbesar adalah olahan CPO yang meningkat dari 16,88 juta ton menjadi 17,58 juta ton, disusul oleokimia dari 3,1 juta ton menjadi 3,39 juta ton.
Pelemahan permintaan dua pasar utama ekspor RI, yakni Amerika Serikat dan China, akan berpengaruh terhadap penurunan harga. ( Mohammad Faisal)
Ketua Umum Gapki Eddy Martono menyatakan, kinerja positif ekspor CPO dan produk turunannya tidak hanya ditunjukkan peningkatan volume tetapi juga produk-produk turunan CPO. Ini menunjukkan bahwa ekspor komoditas tersebut didominasi produk bernilai tambah tinggi.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menambahkan, volume ekspor tersebut meningkat meskipun permintaan dua pasar utama ekspor RI, yakni China dan India turun. Pada September 2023, ekspor CPO dan produk turunannya ke China turun 14,18 persen secara bulanan menjadi 781.000 ton dan ke India merosot 52,68 persen menjadi 352.000 ton.