Jalan Vokasi Membidik Ceruk Ekonomi
Dua tahun terakhir ini, semakin banyak industri yang terlibat dalam pendidikan vokasi.
“Vocational Street” dibangun di salah satu zona pameran perdagangan internasional Trade Expo Indonesia 2023. Jalan rekaan yang bersanding dengan berbagai stan industri kecil, menengah, dan besar itu menyiratkan harapan sekaligus kegelisahan para pelaku pendidikan vokasi.
Di penghujung pameran yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Banten, Minggu (22/10/2023), Wildan Budi M, siswa SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus, Jawa Tengah, beberapa kali menemui pengunjung stan sekolahnya. Ia menjelaskan beberapa produk animasi unggulan RUSanimaton, seperti Wakakibo, Sabda Alam, Unstring Your Heart, serta Watersplash dan Abstract Particle.
Wildan juga meminta pengunjung untuk berdiri di salah satu sudut di depan Vocational Street untuk menyaksikan tayangan animasi dalam videotron. Dua di antaranya adalah Water Splash dan Abstract Particle yang menampilkan visual efek air realistis dan pergerakan partikel abstrak tiga dimensi (3D).
Ia juga menjelaskan, animasi itu berbasis teknologi animasi anamorphic atau teknik gambar atau ilusi optik yang digunakan untuk menciptakan gambar 3D dari rekayasa gambar 2D menggunakan sudut pandang yang tepat dan perspektif tertentu. Selain itu, ia juga dengan bangga mempromosikan Wakakibo yang akan ditayangkan di salah satu televisi digital nasional.
“Wakakibo merupakan gambaran Indonesia mini, baik keragaman suku, adat, budaya, maupun alam. Salah satu tokohnya bernama Kibo yang berasal dari Papua,” kata Wildan yang mengaku ingin menjadi animator.
Wakakibo merupakan gambaran Indonesia mini, baik keragaman suku, adat, budaya, maupun alam.
Animasi merupakan bagian dari subsektor ekonomi kreatif ACG (Animasi, Komik, dan Gim). Potensi industri animasi di dalam dan luar negeri sangat besar karena pasarnya tidak hanya mencakup industri film, tetapi juga iklan dan media sosial.
Berdasarkan data Statista, nilai pasar animasi global pada 2022 sebesar 391 miliar dollar AS atau tumbuh 5 persen dibandingkan 2021 yang mencapai 372,4 miliar dollar AS. Hingga 2030, nilai pasar animasi tersebut diperkirakan terus meningkat menjadi 587 miliar dollar AS.
Berdasarkan riset AINAKI pada 120 studio animasi di Indonesia, nilai jasa industri animasi terus meningkat dalam lima tahun terakhir, yakni dari Rp 238 miliar pada 2015 menjadi Rp 602 miliar pada 2019. Namun pada 2020, nilai tersebut turun menjadi Rp 510 miliar. Porduk-produk animasi studio-studi tersebut juga telah menembus lima negara, yakni Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Kanada, dan Korea Selatan.
Pertumbuhan industri animasi itu diperkirakan akan terus berkembang dengan meningkatnya permintaan produk animasi pada kanal-kanal over-the-top, seperti Youtube, Instagram, Netflix, Viu, dan Goplay. Industri itu juga akan semakin berkembang di tengah permintaan iklan dan branding perusahaan menggunakan animasi.
Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Direktorat Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Miftah Farid menuturkan industri ACG memiliki potensi cukup besar untuk menggerakkan ekonomi nasional, khususnya dalam mendorong peningkatan ekspor jasa.
“Ketiga subsektor industri kreatif tersebut dapat berjalan secara bersama-sama sehingga dapat memberikan kontribusi dalam suatu ekosistem yang saling terkait. Pendidikan vokasi akan memperkuat hulu. Adapun hilirnya perlu diperkuat dengan produk-produk ACG yang memiliki kekayaan intelektual (intellectual property/IP) lokal, sehingga bisa mendunia,” tuturnya.
Baca juga: Animart Indonesia 2023, Wadah Baru Pencinta Budaya Jepang
Kegelisahan dan janji
Tak hanya animasi, stan-stan pameran di Vocational Street juga menghadirkan sejumlah karya lain. Beberapa di antaranya adalah genteng yang terbuat dari sampah plastik karya Politeknik Negeri Jakarta (PNJ), serta Vintage Speaker dan Electric Vintage Motorbike karya SMKN 5 Malang, Jawa Timur.
Selain itu, sebanyak 72 koleksi busana karya talenta-talenta mode dari satuan pendidikan vokasi juga ditampilkan dalam Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024 yang digelar berbarengan dengan TEI 2023. Busana-busana tersebut didesain dan dibuat mahasiswa dari lima perguruan tinggi vokasi dan tujuh SMK bidang tata busana. Beberapa di antaranya adalah Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta; Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung; SMKN 1 Batu, Malang; dan SMKN 3 Magelang.
Vocational Street, baik di TEI 2023 maupun di panggung JMFW 2024, itu menjadi ajang pembuktian kompetensi pelajar Indonesia kepada industri. Jalan vokasi itu sekaligus menjadi upaya meningkatkan kepercayaan industri di dalam negeri terhadap mereka.
“Kami berharap TEI 2023 menjadi momentum membuka peluang kemitraan satuan pendidikan vokasi dengan berbagai industri secara lebih luas,” kata periset yang juga Wakil Direktur Bidang Akademik Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Nunung Martina.
Baca juga: Trade Expo Indonesia Jadi Upaya Redam Penurunan Kinerja Ekspor
Di luar TEI 2023 dan JMFW 2024, pendidikan vokasi juga melahirkan beragam karya. Salah satunya adalah kapal pencalang yang dibuat oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dalam program Revitalisasi Jalur Rempah. Karya itu tidak hanya mencerminkan kompetensi dalam pembuatan kapal, tetapi juga bagian dari pelestarian sejarah ekonomi rempah Indonesia.
Namun, di balik harapan itu, ada kegelisahan yang dialami para pelaku industri pendidikan vokasi. Di tengah ekonomi yang masih penuh ketidakpastian ini, mereka khawatir serapan tenaga kerja industri nasional belum optimal. Mereka juga khawatir pendidikan vokasi hanya akan berhenti pada fasilitasi magang.
Wildan mengaku, pendidikan animasi bisa menjadi bekal mewujudkan mimpinya sebagai animator. Namun, ia khawatir pekerjaan itu tidak menjanjikan ke depan. “Semakin banyak orang yang menekuni bidang tersebut sehingga persaingan semakin ketat. Selain itu, saya khawatir pendidikan vokasi ini akan terhenti pada magang atau menjadi karyawan kontrak,” kata Wildan.
Saya khawatir pendidikan vokasi ini akan terhenti pada magang atau menjadi karyawan kontrak.
Pada akhir 2020 atau kala Undang-undang (UU) Cipta Kerja dimatangkan, pemerintah menjanjikan UU tersebut salah satunya akan menciptakan 2,7 juta-3 juta lapangan kerja per tahun untuk menampung 9,29 juta orang yang belum bekerja. Salah satunya adalah melalui investasi.
Jauh panggang dari api, dalam 10 tahun terakhir, nilai investasi yang masuk ke Indonesia terus meningkat, tetapi penciptaan lapangan kerja yang dihasilkan masih minim. Bahkan trennya terus menurun. Pada 2013, investasi senilai Rp 1 triliun masih bisa menyerap hingga 4.594 tenaga kerja. Namun, pada 2021 dan 2022, investasi dengan nilai yang sama hanya bisa menyerap 1.340 tenaga kerja dan 1.081 tenaga kerja.
Baca juga: UU Cipta Kerja, antara Janji dan Realitas
Pada April 2022, pemerintah juga menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi yang bertujuan menciptakan sumber daya manusia berkualitas dan siap kerja. Pendidikan dan pelatihan vokasi untuk menjembatani serapan tenaga kerja di sektor industri ini menyasar pendidikan kejuruan dan tinggi.
Untuk pendidikan kejuruan, misalnya, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mencatat, keterlibatan industri dalam program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan Dukungan (PK SD) meningkat drastis. Pada 2022, hanya 349 industri yang terlibat dalam program itu. Pada 2023, industri yang terlibat program itu meningkat pesat menjadi 2.559 industri.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, potensi pendidikan vokasi harus didorong agar dapat masuk ke dalam ekosistem industri. Ini merupakan upaya membangun kemitraan dengan industri, sekaligus bukti pendidikan vokasi telah bertransformasi menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
“Pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam sektor industri, yakni menciptakan tenaga terampil, inovatif, dan kreatif dalam berbagai pengembangan desain dan produk ekspor,” katanya.
Di tengah tekanan ketidakpastian ekonomi dan janji pemerintah meningkatkan serapan tenaga kerja, pendidikan vokasi menaruh harapan besar terbukanya lapangan pekerjaan. Hal itu mengingat angka pengangguran lulusan vokasi masih tinggi.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyebutkan, jumlah pengangguran terbuka lulusan vokasi pada 2022 sebanyak 1,8 juta penganggur atau 22 pesen dari total penganggur di Indonesia. Dari jumlah tersebut, tingkat pengangguran ini didominasi lulusan SMK.