TEI 2023 Sasar Perkuatan Jaringan Bisnis Internasional
RI tengah memperkuat jaringan bisnis internasional lewat perwakilan perdagangan di 31 negara. RI juga tengah mengkaji untuk turut serta dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Trade Expo Indonesia atau TEI 2023 menjadi ajang memperkuat jaringan binis dan investasi Indonesia dengan dunia internasional dalam rangka pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. Perwakilan perdagangan di luar negeri akan menjadi ujung tombaknya.
Hal itu mengemuka dalam pembukaan pameran perdagangan tingkat internasional TEI 2023 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Banten, Rabu (18/10/2023). Pameran tersebut dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga.
Pemeran bertema ”Sustainable Trade for Global Economic Resilience” akan digelar secara luring dan daring masing-masing pada 18-22 Oktober 2023 dan 18 Oktober-18 Desember 2023. Pameran itu diikuti 1.232 perusahaan dan instansi serta 11.787 calon pembeli dari 110 negara yang telah terdaftar.
Jerry Sambuaga mengatakan, TEI 2023 diharapkan dapat menjadi momentum mengakselerasi pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19, khususnya di sektor perdagangan. TEI 2023 tidak hanya menjadi ajang memperkenalkan beragam produk Nusantara, tetapi juga mengarah pada pengembangan jaringan bisnis dan investasi Indonesia dengan dunia internasional.
”Perwakilan perdagangan (atase perdagangan dan Indonesian Trade Promotion Center/ITPC) yang tersebar di 31 negara akan menjadi ujung tombaknya. Sembari itu, kami akan memperkuatnya dengan perjanjian dagang, terutama dengan negara-negara tujuan ekspor nontradisional,” ujarnya.
TEI 2023 tidak hanya menjadi ajang memperkenalkan beragam produk Nusantara, tetapi juga mengarah pada pengembangan jaringan bisnis dan investasi Indonesia dengan dunia internasional.
Menurut Jerry, Indonesia telah memiliki 38 perjanjian dagang yang telah ditandatangani, diratifikasi, dan diimplementasikan. Beberapa di antaranya dengan Jepang, Pakistan, Chile, Palestina, dan Kanada.
Indonesia juga tengah merundingkan 15 perjanjian perdagangan, antara lain, dengan Uni Eropa, Turki, Pakistan, Bangladesh, Tunisia, Mauritius, Maroko, Kanada, Peru, dan blok perdagangan Amerika Selatan (MERCOSUR).
”Melalui perjanjian-perjanjian dagang, baik berupa perdagangan bebas, tarif preferensial, maupun kemitraan ekonomi komprehensif, pelaku usaha dan industri akan mendapat berbagai kemudahan akses untuk meningkatkan bisnis dengan pelaku usaha negara lain,” katanya.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan transaksi TEI 2023 bisa mencapai 11 miliar dollar AS atau sekitar Rp 172,7 triliun. Pada gelaran TEI 2022, transaksi yang dihasilkan 15,83 miliar dollar AS. Dalam gelaran TEI tahun ini, sejumlah pelaku usaha Indonesia akan menandatangani 187 nota kesepahaman misi pembelian dengan pelaku-pelaku usaha dari 32 negara.
Dalam kesempatan yang sama, Airlangga Hartarto meminta agar Kemendag menaikkan target transaksi TEI 2023 lebih besar dari realisasi TEI 2022. Pertimbangannya adalah peserta tahun ini lebih banyak daripada tahun lalu dan Indonesia sudah terbebas dari pandemi Covid-19.
”Perbaiki target TEI tahun ini. Kegiatan dagang harus lebih lancar dan laris manis. Selain itu, Indonesia juga perlu lebih mengembangkan dan memperkuat integrasi dengan rantai pasok nilai global,” ujarnya.
Pasar ekspor baru
Airlangga juga meminta agar Kemendag terus membuka pasar-pasar ekspor baru, seperti di Afrika, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Perjanjian perdagangan dengan negara-negara tersebut perlu segera dijajaki, kemudian direalisasikan. Saat ini, Indonesia juga tengah mempertimbangkan dan mengkaji untuk turut serta dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP). Perjanjian itu akan mempermudah akses Indonesia memasuki negara-negara Amerika Selatan.
CPTPP merupakan perjanjian dagang antara Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam. Total produk domestik global (PDB) negara-negara peserta CPTPP sebesar Rp 13,5 triliun atau sekitar 13,4 persen PDB dunia. CPTPP terbentuk setelah Amerika Serikat mundur dari rencana pembentukan perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik.
Indonesia juga tengah mempertimbangkan dan mengkaji untuk turut serta dalam Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).
Dalam gelaran TEI 2023, Indonesia juga berupaya mengembangkan pasar di sejumlah negara di Afrika. ITPC Lagos bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI di Abuja, Nigeria, membuka peluang pasar ekspor bagi para pelaku usaha Indonesia ke kawasan Afrika Barat.
Kepala ITPC Lagos Hendro Jonathan menuturkan, akan ada 113 calon pembeli dari Nigeria, Togo, Kamerun, Ghana, Nigeria, dan Senegal yang datang dalam TEI 2023. Mereka akan menjajaki dan menandatangani kesepakatan bisnis dengan para pelaku usaha Indonesia pada 19 Oktober 2023.
”Dua calon pembeli dari Nigeria mengaku tertarik pada produk peralatan dapur plastik, makanan laut beku, alat pemadam api, peralatan pencuci mobil, dan peralatan hidroponik buatan Indonesia. Selain itu, ada seorang calon pembeli dari Ghana yang tertarik pada minyak goreng, sarden kalengan, kembang gula, kain tekstil, rempah-rempah, kabel listrik, serta sabun,” katanya.
Badan Pusat Statistik mencatat, sejak Mei 2020, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus selama 41 bulan berturut-turut. Pada September 2023, surplus neraca dagang itu sebesar 3,42 miliar dollar AS.
Seiring dengan tren penurunan harga komoditas global dan pelemahan ekonomi negara-negara tujuan ekspor utama, surplus neraca perdagangan Indonesia semakin turun. Per September 2023, surplus neraca dagang tersebut telah turun 1,54 persen secara tahunan.
Adapun secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia turun 12,1 miliar dollar AS dari 39,85 miliar dollar AS pada Januari-September 2022 menjadi 27,75 miliar dollar AS pada Januari-September 2023.