Wapres Dorong Kapasitas Produksi Baja Ditingkatkan
Wapres Amin meminta industri baja nasional menjadi bagian integral dari ekonomi sirkular yang melaksanakan konsep industri hijau dalam rangka menuju Emisi Nol Bersih di tahun 2060.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring peningkatan kebutuhan baja di tingkat global, kebutuhan baja nasional juga diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun terakhir, kebutuhan baja nasional terus meningkat hingga lebih dari 40 persen. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kapasitas produksi baja dalam negeri didorong terus ditingkatkan.
Pada 2050, penggunaan baja global diperkirakan meningkat sekitar 20 persen untuk memenuhi kebutuhan populasi dunia yang juga bertambah banyak. ”Jangan sampai kebutuhan yang besar ini dipenuhi dari impor,” ujar Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat meresmikan Pabrik PT Lautan Baja di Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (29/9/2023).
Pada 2050, penggunaan baja global diperkirakan meningkat sekitar 20 persen untuk memenuhi kebutuhan populasi dunia yang juga bertambah banyak.
Wapres menegaskan, industri baja berperan vital dalam menyokong pertumbuhan sebuah negara. Industri baja termasuk esensial bagi pengembangan banyak industri penting lainnya, seperti energi, konstruksi, otomotif dan transportasi, serta infrastruktur.
Di Indonesia, industri baja adalah pendukung utama pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang berkembang. Industri baja mendorong pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, jalur kereta api, pembangkit listrik, kilang minyak, dan termasuk proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Dalam kesempatan tersebut, Wapres Amin juga menekankan tentang upaya peningkatan kemandirian industri baja nasional. Tingkat Kandungan Dalam Negeri dan wajib Standar Nasional Indonesia untuk produk baja diminta diterapkan secara tegas dan konsisten. Hal ini dalam rangka mendukung pembangunan nasional dan mewujudkan kemandirian industri dalam negeri.
Wapres menekankan bahwa industri baja merupakan salah satu industri penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia. Pada 2022, industri baja menyumbang sekitar 7 persen dari emisi gas rumah kaca global. Menuju Emisi Nol Bersih pada tahun 2060, Wapres meminta industri baja nasional menjadi bagian integral dari ekonomi sirkular yang melaksanakan konsep industri hijau.
Proses produksi baja pun harus mengutamakan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, serta memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif. ”Ikhtiar ini akan menyelaraskan pembangunan industri dengan keberlangsungan planet Bumi dan kemanusiaan,” tambah Wapres Amin.
Sebagai salah satu industri yang memiliki efek berganda, industri baja nasional juga diminta untuk menyediakan program dan insentif untuk memajukan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Industri baja diharapkan mendukung UMKM untuk dapat masuk ke rantai pasok industri.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini keterlibatan sektor UMKM pada rantai pasok industri hanya sekitar 7 persen. Angka ini masih jauh tertinggal dari beberapa negara di ASEAN.
Presiden Joko Widodo menyapa para pekerja yang sedang menyelesaikan pembangunan Kantor Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (22/9/2023).
Wapres juga menyampaikan harapannya kepada PT Lautan Baja Indonesia agar dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, serta memenuhi kebutuhan baja nasional hingga global. ”Saya minta PT LBI terus meningkatkan tata kelola dan daya saing perusahaan, serta menjaga kualitas produk agar menjadi komoditas yang mampu bersaing di pasar nasional, regional, dan global,” ujarnya.
Mendukung pembangunan IKN
Menurut Wapres, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah sangat intensif mengakselerasi berbagai proyek infrastruktur, program kendaraan listrik, dan pembangunan IKN. Terkait pembangunan IKN, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, pada Rabu (21/6/2023), juga melakukan pengiriman pelat baja Krakatau Steel Group untuk pembangunan Istana Kepresidenan di IKN.
Wapres juga menyampaikan harapannya kepada PT Lautan Baja Indonesia agar dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Pelat baja yang disuplai oleh Krakatau Steel digunakan untuk memproduksi instalasi desain Garuda di lokasi Istana Kepresidenan IKN. Instalasi Garuda ini didesain Direktur Utama PT Siluet Nyoman Nuarta (Nuart) I Nyoman Nuarta.
”Krakatau Steel siap mendukung secara optimal untuk kebutuhan suplai material baja untuk kebutuhan artistik Istana Kepresidenan ataupun kebutuhan konstruksi dan infrastruktur penunjang lainnya di IKN,” ujar Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo dalam keterangan pers tertulis.
Pengerjaan berbagai bangunan di Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat (22/9/2023). Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pembangunan IKN sudah mencapai sekitar 40 persen.
Proyek pembangunan Istana Kepresidenan merupakan Kerja Sama Operasi (KSO) antara PT PP (Persero) Tbk dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Nuart berperan untuk mendesain dan membangun Istana Kepresidenan dengan berbahan dasar baja tahan korosi.
”Dalam proyek ini, suplai 1.550 MT (metrik ton) pelat baja Krakatau Steel diproduksi melalui Krakatau Posco sesuai dengan spesifikasi SPAH berdasarkan requirement yang dibutuhkan. Kontribusi Krakatau Steel untuk memenuhi kebutuhan pembangunan Istana Kepresidenan di IKN ini mencapai lebih kurang 3.000 MT,” lanjut Purwono.
Krakatau Steel mendukung program pemerintah untuk memenuhi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam setiap proyek pemerintah di mana pelat baja yang diproduksi sudah mencapai nilai ketetapan TKDN. ”Kerja sama dengan Nuart ini merupakan bagian dari kesiapan dan komitmen untuk suplai kebutuhan infrastruktur IKN,” kata Purwono.