Gorontalo Bangun Taman Kelapa Dunia Pertama di Indonesia
Taman Kelapa Dunia menjadi ikonik baru di Kabupaten Gorontalo. Keberadaannya diharapkan menunjang produktivitas kelapa lokal dan ketersediaan bibit sekaligus menjadi percontohan daerah lain.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·3 menit baca
GORONTALO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Gorontalo meresmikan Taman Kelapa Dunia di Desa Huyula, Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Minggu (24/9/2023). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produksi kelapa di daerah sekaligus mengembangkan varietas unggul.
Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo mengatakan, taman ini dibangun untuk menambah jumlah tanaman kelapa, meningkatkan produktivitas kelapa, dan mendorong hilirisasi produk turunan kelapa. Saat ini, total luas perkebunan kelapa di Gorontalo tercatat mencapai 100.000 hektar.
”Sampai akhir tahun nanti, kami telah menyiapkan sebanyak 250.000 bibit kelapa untuk ditanam di atas lahan yang targetnya sampai 2.500 hektar. Taman Kelapa Dunia ini juga diharapkan dapat menjadi percontohan bagi daerah lain sehingga luas perkebunan kelapa nasional dapat meningkat paling tidak 500.000 hektar per tahun,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2022, produksi kelapa Provinsi Gorontalo mencapai 2,38 persen dari total produksi nasional 2,87 juta ton. Nelson menargetkan, adanya taman tersebut dapat meningkatkan produksi hingga 3-4 persen dari produksi nasional.
Salah satu tujuan didirikannya Taman Kelapa Dunia ini adalah menjadi plasma nutfah atau bank genetik dari berbagai varietas kelapa, baik domestik maupun mancanegara. Dari total 16 varietas kelapa domestik, empat varietas merupakan kelapa genjah dan 12 varietas merupakan varietas kelapa dalam.
Oleh karena itu, pemerintah daerah mendorong para ahli pertanian dari perguruan tinggi untuk berkontribusi dalam membudidayakan bibit kelapa unggul. Selain itu, taman tersebut sekaligus menyediakan sarana pelatihan untuk mengolah produk turunan kelapa.
”Olahan produk-produk turunan kelapa harus dikembangkan karena selama ini di Gorontalo paling banyak hanya menghasilkan kopra. Padahal, masih ada potensi lain, seperti briket, nata de coco,coco fiber, dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan pendapatan petani naik, produktivitas naik, dan produksi hilirisasi juga naik,” tuturnya.
Kami dari MPR menyambut baik gagasan untuk memperkenalkan pertanian Indonesia di kelas dunia. Memang, produksi kelapa kita cukup besar, tetapi belum teratur dan dikelola dengan baik.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Fadel Muhammad menambahkan, hilirisasi produk pangan harus didorong agar ekspor pangan tidak lagi produk mentah, tetapi produk olahan. Produk olahan pertanian perlu diprioritaskan mengingat wilayah Gorontalo tidak bergantung pada komoditas ekstraktif.
Di sisi lain, lanjut Fadel, didirikannya taman tersebut menjadi alat untuk memperkenalkan kepada dunia bahwa Gorontalo memiliki potensi kelapa sehingga mendorong tumbuhnya industri-industri kelapa. Lebih dari itu, wilayah di sekitar Gorontalo juga akan terdampak oleh pembangunan tersebut.
”Kami dari MPR menyambut baik gagasan untuk memperkenalkan pertanian Indonesia di kelas dunia. Memang, produksi kelapa kita cukup besar, tetapi belum teratur dan dikelola dengan baik,” ujarnya yang pernah menjabat sebagai Gubernur Gorontalo 2001-2009.
Sebagai informasi, keberadaan Taman Kelapa Dunia ini turut menambah kawasan ekologi di Kabupaten Gorontalo menjadi tiga kawasan. Dua kawasan sebelumnya yaitu Suaka Marga Satwa Nantu seluas 51.000 hektar dan kawasan Taman Hutan Rakyat seluas 6.200 hektar.
Dukungan global
Peresmian Taman Kelapa Dunia ini merupakan bagian dari rangkaian World Coconut Day 2023 di Gorontalo. Dengan rangkaian acara tersebut, sejumlah investasi masuk ke Kabupaten Gorontalo. Adapun acara tersebut dihadiri oleh 16 perwakilan dari negara anggota International Coconut Community (ICC), seperti India, Papua Niugini, Perancis, Amerika Serikat, Malaysia, dan Filipina.
Direktur Eksekutif International ICC Jelfina C Alouw mengatakan, komoditas kelapa masih memiliki potensi yang besar di Indonesia. Hal ini tecermin dari nilai ekspor produk olahan kelapa yang sejak tahun 2000 terus meningkat.
Lebih lanjut, Jelfina menekankan pentingnya kawasan konservasi kelapa melalui inisiasi Taman Kelapa Dunia. Sebab, kondisi iklim yang semakin ekstrem dan serangan berbagai hama penyakit berpotensi memusnahkan koleksi-koleksi varietas kelapa domestik.
”ICC dalam hal ini berkomitmen untuk memberikan dukungan kebijakan dan dukungan peningkatan kapasitas melalui pelatihan serta transfer teknologi agar kelapa Indonesia ini dapat berkembang,” katanya.
Menurut Jelfina, ketersediaan benih unggul bagi petani masih sangat minim. Oleh karena itu, pemerintah perlu memfasilitasi petani agar memperoleh benih unggul, salah satunya dengan sentra kawasan pembibitan di setiap wilayah penghasil kelapa dengan luas minimal 5 hektar.