Kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Besarnya potensi kelapa perlu dikembangkan melalui hilirisasi yang turut melibatkan UMKM.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·3 menit baca
KOMPAS/AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
Urut dari kanan Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Rully Nuryanto, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Fadel Muhammad, Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, dan Direktur Eksekutif International Coconut Community Jelfina C Alouw, dalam pemukaan World Coconut Day 2023 di Gorontalo, Kamis (21/9/2023).
GORONTALO, KOMPAS — Sebagai tanaman berbasis rakyat, komoditas kelapa di Tanah Air menyimpan banyak potensi yang dapat dioptimalkan lagi. Oleh sebab itu, hilirisasi menjadi penting dalam pengembangan komoditas kelapa, salah satunya dengan melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.
Hal ini mengemuka dalam pembukaan Hari Kelapa Sedunia atau World Coconut Day 2023 yang diselenggarakan di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Kamis (21/9/2023) malam. Berlangsung hingga 25 September 2023, acara tahunan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo, International Coconut Community (ICC), dan Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo).
Hadir dalam acara pembukaan, antara lain, Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Fadel Muhammad, serta Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Makro Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Rully Nuryanto. Selain itu, hadir juga Direktur Eksekutif International ICC Jelfina C Alouw beserta anggota ICC dari sejumlah negara dan Ketua Umum Dekindo Gamal Nasir.
Menurut Fadel, produk kelapa Indonesia belum mampu menyaingi Filipina yang dari segi industrinya lebih maju. Padahal, potensi dari produk olahan kelapa masih besar mengingat produk turunannya yang beragam.
”Kelapa ini adalah tanaman rakyat, bukan seperti kelapa sawit yang dibuat oleh industrialis dan konglomerat. Kelapa bisa menjadi tanaman jangka panjang karena industri turunannya banyak,” ujarnya.
Stan Himpunan Industri Pengolahan Sabut Kelapa Indonesia yang memamerkan sejumlah produk yang dihasilkan daei sabut kelapa, dalam pameran World Coconut Day 2023, di Gorontalo, Kamis (21/9/2023).
Berdasarkan Outlook Komoditas Kelapa Tahun 2022 yang dirilis oleh Kementerian Pertanian, Indonesia menjadi negara eksportir terbesar kelapa butir di dunia, yakni 58,37 persen. Sementara untuk eksportir produk turunan kelapa, seperti kelapa parut dan minyak kelapa, Indonesia berada di posisi kedua setelah Filipina yang berkontribusi lebih dari sepertiga ekspor dunia.
Fadel menambahkan, pengembangan produk kelapa perlu didorong melalui hilirisasi. Hal ini sejalan dengan visi pemerintah yang tidak hanya juga berfokus pada hilirisasi komoditas mineral, melainkan juga sektor pertanian.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, dalam tayangan video singkat, berharap, hajatan WCD 2023 dapat menjadi ajang bagi para pelaku UMKM di Tanah Air untuk mengembangkan potensi dari komoditas kelapa. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yang mendorong hilirisasi yang melibatkan peran UMKM dalam rantai pasok global.
Daya saing dan ekspor kelapa Indonesia perlu dikembangkan secara terintergrasi mulai dari hulu hingga hilir. Artinya, petani akan terhubung dengan offstaker, pembiayaan, dan dengan teknologi mutakhir. Koperasi juga nantinya akan berperan menyediakan bibit berkualitas, menyerap produk petani, dan menghubungkannya dengan pasar.
”Ini juga menjadi kesempatan bagi Kabupaten Gorontalo untuk mampu memperkenalkan komoditas daerah, seperti produk-produk berbahan dasar kelapa, dan potensi inovatif daerah lainnya, agar mampu bersaing di level internasional,” katanya.
Rully menambahkan kelapa menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia. Komoditas subsektor pertanian tersebut berkontribusi dalam penerimaan devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemenuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing, serta optimisasi sumber daya alam.
Namun, terdapat sejumlah tantangan dalam mengembangkan produksi kelapa, seperti faktor usia tanaman, serangan hama, minimnya pemeliharaan, alih fungsi lahan, masalah finansial petani, serta varietas tanaman yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu dibentuk ekosistem di sektor hulu komoditas kelapa, misalnya rumah produksi olahan kelapa yang dikelola oleh koperasi.
Salah satu stan UMKM yang menjual aneka produk minuman berbasis kelapa dalam pameran World Coconut Day 2023, di Gorontalo, Kamis (21/9/2023).
”Daya saing dan ekspor kelapa Indonesia perlu dikembangkan secara terintergrasi mulai dari hulu hingga hilir. Artinya, petani akan terhubung dengan offtaker, pembiayaan, dan dengan teknologi mutakhir. Koperasi juga nantinya akan berperan menyediakan bibit berkualitas, menyerap produk petani, dan menghubungkannya dengan pasar,” tutur Rully.
Ajang WCD ini akan mempertemukan para pemangku kepentingan, mulai dari petani, pelaku usaha, pemerintah, serta komunitas kelapa gobal, yakni ICC. Jelfina mengatakan, ajang WCD merupakan bentuk apresiasi terhadap kontribusi kelapa terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Selain itu, hajatan WCD diharapkan dapat menjadi wadah untuk memperkuat kolaborasi antara para pemangku kepentingan di komoditas kelapa. ”Akan ada transfer teknologi dan informasi untuk membantu para petani meningkatkan kapasitas mereka,” ucapnya.
Nelson Pomalingo menambahkan, WCD akan menjadi momentum Gorontalo dan daerah penghasil kelapa lainnya untuk menjalin berbagai kolaborasi bisnis. Kolaborasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan akses pasar, membangun kepercayaan konsumen, dan memastikan keberlanjutan sosial, lingkungan, serta ekonomi lestari dari industri kelapa.