Dominasi Sektor UMKM, Perempuan Hadapi Sederet Tantangan
Sebagian besar pelaku usaha UMKM adalah perempuan. Namun, masih banyak hambatan yang dihadapi guna mengembangkan usahanya, termasuk rendahnya tingkat literasi keuangan. Kondisi ini terjadi secara global.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·2 menit baca
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Aktivitas produksi di salah satu tempat produksi pakaian di kawasan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur, Kamis (27/10/2022). Pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir turut berdampak pada pekerja perempuan. Sejak awal pandemi, mereka mengalami berbagai masalah, seperti kehilangan pekerjaan dan terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Bekerja untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu solusi para perempuan dalam menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.
JAKARTA, KOMPAS — Perempuan mendominasi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia. Namun, mereka sebagai pelaku usaha masih menghadapi hambatan dalam pengembangan usahanya, mulai dari minimnya dukungan keluarga hingga terganjal masalah perizinan.
Kepala Grup Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Keuangan Inklusi Bank Indonesia Elsya Ms Chani mengatakan, perempuan merupakan kelompok penting dalam perekonomian Indonesia. Data sementara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menunjukkan, setidaknya terdapat 65 juta pelaku UMKM pada 2019. Dari jumlah tersebut, 64,5 persen di antaranya adalah perempuan.
”Kiprah perempuan dalam perekonomian sudah membuktikan banyak hal. Mereka mendominasi sektor potensial, seperti sektor ekonomi kreatif,” ujar Elsya dalam peluncuran program literasi keuangan Ibu Berbagi Bijak 2023 yang digelar PT Visa Worldwide Indonesia secara daring, Kamis (31/8/2023).
Meski demikian, banyak perempuan yang menghadapi sejumlah tantangan dalam menjalankan usahanya. Beberapa di antaranya adalah kurangnya dukungan keluarga atau pasangan, sulit mengakses perizinan, serta minimnya kemampuan mendapat akses pasar.
Elsya mengatakan, Bank Indonesia (BI) telah memberi dukungan lewat beragam kebijakan, serta mendorong perbankan menyalurkan kredit yang lebih besar bagi UMKM. Selain itu, BI juga menetapkan kebijakan lain, seperti pemberian diskon giro wajib minimum serta pengadaan sistem pembayaran ritel nasional (BI Fast dan QRIS).
KOMPAS
Dinilai Bebani UMKM, Bank Indonesia Revisi Besaran Tarif Pembayaran QRIS.
Dalam laporan ”The Global Findex Database 2021” yang dikeluarkan Bank Dunia, sekitar 100 juta penduduk dewasa Indonesia tak terkoneksi dengan perbankan pada 2021. Angka itu setara dengan 7 persen dari total populasi global sebanyak 1,4 miliar jiwa yang tanpa rekening bank. Mayoritas atau lebih dari setengahnya dialami perempuan karena tak memiliki cukup uang, serta tak mempunyai teknologi penunjang dan kompetensi keuangan yang lebih rendah ketimbang laki-laki.
Oleh karena itu, pemberdayaan ekonomi melalui UMKM dapat memacu inklusi keuangan bagi masyarakat. Setelah itu, baru mereka diajak untuk mengakselerasi kinerja ekspor.
Guna mengakomodasi perempuan sebagai pelaku usaha UMKM, Visa Indonesia telah menjangkau sekitar 778 UMKM sejak 2017 dengan program literasi keuangan ”Ibu Berbagi Bijak”. Pada 2021-2022, Visa Indonesia telah membantu, setidaknya 155 UMKM serta 124 UMKM telah mengantongi sertifikat bisnis dan meningkatkan pendapatannya secara berturut-turut.
”Tiga hal yang kami catat sebagai kebutuhan utama UMKM sebelum program ini adalah pemodalan yang (isunya) selalu muncul, akses pasar, dan marketing, seperti branding dan promosi,” kata Kepala Komunikasi Korporat Visa Indonesia Widyananto Sutanto.
Peluncuran program Ibu Berbagi Bijak 2023 ini turut dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan Horas Tarihoran, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Jawa Barat Kusmana Hartadji, serta Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman.
TANGKAPAN LAYAR
Peluncuran program ”Ibu Berbagi Bijak 2023” yang diselenggarakan PT Visa Worldwide Indonesia secara daring, Kamis (31/8/2023). Sejak 2017, Visa Indonesia telah menjangkau 778 UMKM dalam programnya.
Belum melek teknologi
Laporan Bank Dunia berjudul ”The Global Findex Database 2021” mengemukakan, literasi keuangan perempuan secara global memang lebih rendah. Salah satu penghambatnya karena tak memiliki telepon genggam atau gawai lainnya.
Hal ini seperti yang diungkapkan Ketua Jaringan Pengusaha Perempuan ASEAN (AWEN) Nita Yudi secara terpisah. Untuk pengusaha UMKM, biasanya tantangan perempuan terletak pada pemanfaatan teknologi.
”Karena, perempuan jarang sekali akrab dengan teknologi, kecuali para milenial. Belum semua perempuan melek digital,” ujar Nita pada Selasa (8/8/2023).
Selain itu, akses keuangan bagi perempuan juga belum maksimal. Maraknya pinjaman daring wajib disertai dengan peningkatan literasi keuangan ataupun literasi digital bagi perempuan.
Alhasil, perlu edukasi untuk menyikapi fenomena pinjaman daring tersebut, seperti perempuan diajarkan untuk mengecek legalitas lembaga penyelenggara pinjaman daring tersebut. Selain itu, pemerintah perlu mendengar kendala yang dihadapi perempuan pengusaha. Peluang ekspor bagi para pelaku usaha perempuan dapat dibuka lebih luas.