Memperluas Layanan Digital Perbankan untuk Diaspora
Perbankan didorong untuk meningkatkan inovasi layanan digital dan ekosistem keuangan bagi nasabah Indonesia yang bekerja atau bertempat tinggal di luar negeri. Transaksi keuangan oleh diaspora dinilai sangat besar.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
Perluasan layanan digital perbankan menjadi keniscayaan untuk menjangkau warga Indonesia yang bekerja dan menetap di luar negeri. Transformasi digital perbankan didorong tidak hanya untuk simpanan dan pembayaran, tetapi juga membidik pembiayaan nasabah.
Sutris, pekerja migran Indonesia di Taiwan, sudah menggunakan layanan digital perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini untuk transaksi keuangan serta merintis usaha di kampungnya di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Sutris, yang menjadi pekerja migran sejak 2007, telah memiliki akun mobile banking di tiga bank BUMN.
”Saya sudah terbiasa memakai layanan mobile banking. Biasanya untuk pembayaran premi BPJS Ketenagakerjaan dan tagihan lain, seperti air dan internet, serta untuk usaha saya di rumah. Dengan digital, (transaksi) keuangan bisa saya atur dan pantau dari sini,” kata Sutris, pekerja pabrik di Hualien, Taiwan, di acara Business Meeting and Networking Bank Mandiri di Taipei, Sabtu (19/8/2023).
Sutris tengah merintis bisnis empon-empon yang mencakup 26 jenis tanaman obat tradisional dan rempah untuk bahan jamu. Menurut dia, perputaran uang dari usahanya itu bisa menyentuh Rp 25 juta per hari. Layanan digital yang dapat diakses dari mana saja telah menjadi kebutuhan dalam bertransaksi, seperti menabung, pembayaran, dan merintis usaha.
Roni, pekerja migran Indonesia di Taoyuan, Taiwan, menuturkan hal senada. Banyak pekerja migran yang mentransfer uang tidak sebatas untuk keperluan keluarga di kampung halaman, tetapi juga merintis usaha. Jika akses pembiayaan itu bisa diperoleh ketika bekerja di luar negeri, pekerja migran akan lebih mudah mengangsur kredit. Harapannya, ketika kembali ke Indonesia, usaha yang dirintis telah berjalan dan mulai bisa dinikmati hasilnya.
”Kalau kredit diberikan sewaktu kami masih bekerja di sini (luar negeri), tentu masih bisa backup angsuran dari hasil kerja. Sebaliknya, kalau menunggu pulang ke Indonesia baru pengajuan kredit, ya, terlambat,” kata Roni, pekerja migran asal Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Perkembangan layanan digital perbankan Indonesia di luar negeri, menurut Executive Director Young Indonesian Professionals’ Association (YIPA) di Taiwan, Iman Adipurnama, telah membuka kemudahan akses keuangan untuk masyarakat Indonesia yang menetap atau tinggal di luar negeri (diaspora), termasuk pekerja migran. Terobosan layanan digital di luar negeri diharapkan juga membantu masyarakat Indonesia dalam akses pembiayaan jangka panjang, seperti kredit pemilikan rumah (KPR).
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi menambahkan, inovasi layanan keuangan bagi masyarakat Indonesia terus dikembangkan melalui produk dan fitur berbasis digital. Bank Mandiri mendorong solusi pengelolaan keuangan bagi komunitas diaspora melalui Super App Livin’. Seluruh diaspora dapat membuka rekening Bank Mandiri melalui aplikasi ini. Syarat pembukaan rekening cukup dengan KTP elektronik atau paspor serta nomor ponsel di negara tempat bekerja. Dengan inovasi itu, nasabah lebih nyaman transfer ke luar negeri secara cepat, murah, dan mudah.
”Kami tidak ada kantor cabang (di luar negeri yang melayani ritel), tetapi kami mendukung (layanan keuangan) secara digital,” ujarnya dalam Pesta Rakyat memperingati HUT Ke-78 Republik Indonesia di Taiwan, Minggu (20/8/2023). Bank Mandiri memperkenalkan fitur Livin’ Around the World secara serentak di tiga negara, yaitu Taiwan, Singapura, dan Malaysia.
Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto mengatakan, platform mobile banking telah menjangkau diaspora dan pekerja migran di 120 negara serta menunjang transaksi keuangan untuk gaya hidup tanpa harus pergi ke kantor cabang di luar negeri. ”Kepastian keuangan dikendalikan sendiri secara digital,” katanya.
Hingga 31 Juli 2023, pengguna fitur Livin’ tercatat hampir 20.000 orang diaspora dengan jumlah transaksi 796.000 dan nilai transaksi sebesar Rp 1,5 triliun. Fitur Livin’ yang paling banyak dimanfaatkan diaspora antara lain transfer, bayar, Mandiri Tabungan Rencana, investasi, transfer valas, dan deposito.
Total pengguna Livin’ by Mandiri mencapai 19,8 juta orang dan aplikasi itu telah diunduh sebanyak 29,7 juta kali. Per semester I-2023, jumlah transaksi di Livin’ menembus 1,3 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 1.700 triliun atau tumbuh 36 persen secara tahunan. Pada tahun ini, Bank Mandiri menargetkan total pengguna Livin’ mencapai 25 juta pengguna dengan nilai transaksi Rp 3.500 triliun dan jumlah transaksi Livin’ mencapai 3 miliar.
Kian efisien
Di Indonesia, layanan perbankan digital telah mendominasi sistem pembayaran. Mengutip data Bank Indonesia, nilai transaksi uang elektronik pada April 2023 mencapai Rp 37,4 triliun atau tumbuh 9 persen secara tahunan. Sementara itu, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit mencapai Rp 738,3 triliun, sedangkan nilai transaksi perbankan digital tercatat Rp 4.265 triliun.
Kepala Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei Iqbal Shoffan Shofwan mengemukakan, layanan perbankan digital sudah semakin efisien sehingga tidak perlu lagi kehadiran fisik bank. KDEI mengharapkan bank-bank Indonesia semakin banyak melakukan terobosan layanan bagi warga negara Indonesia di Taiwan. Hingga kini tercatat 259.000 pekerja migran Indonesia di Taiwan, 19.000 pelajar dan mahasiswa, serta kalangan profesional yang ditaksir berjumlah ribuan orang.
Ia mencontohkan, transaksi keuangan di salah satu perusahaan jasa remitansi mencapai Rp 1,2 triliun per tahun, sedangkan perusahaan remitansi lainnya Rp 1,5 triliun. Transaksi itu belum termasuk ritel, dan investasi.
”Masak pekerjanya (asal) Indonesia, tetapi duitnya tidak lewat bank yang dari Indonesia dan justru menggunakan bank di Taiwan? Sayang jika peluang besar ini tidak digarap secepat mungkin, sedangkan kami (KDEI) sudah terbangun disini selama 30 tahun. Sayang karena tidak menciptakan Indonesia Incorporated,” kata Iqbal.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menambahkan, upaya untuk menjadi negara maju pada 2045 adalah menggenjot perdagangan. Di Taiwan, pengusaha Indonesia dan diaspora gigih menggempur perdagangan. ”Diaspora kita adalah ujung tombak kita sehingga harus kita urusi, dilayani sebaik-baiknya, termasuk seluruh WNI di Taiwan,” ujarnya.