Setidaknya tiga bandara terpencil di Sumatera membutuhkan dukungan Kementerian Perhubungan dalam meningkatkan lalu lintas penerbangan. Kementerian itu perlu menggandeng sejumlah pihak lain dalam realisasinya.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
MENTAWAI, KOMPAS — Menteri PerhubunganBudi Karya Sumadi melakukan kunjungan kerja ke tiga bandara di kawasan tertinggal, terluar, dan terdepan. Sejumlah persoalan masih ditemukan pada tiap bandara sehingga butuh kerja sama beragam pihak agar tempat-tempat tersebut dapat berfungsi maksimal.
Kunjungan kerja itu dilakukan di sejumlah bandara yang sedang dalam proses pembangunan. Bandara-bandara yang dimaksud adalah Bandara Rokot, Kabupaten Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat); Bandara Raja Haji Abdullah, Kabupaten Karimun (Kepulauan Riau); serta, Bandara Muara Bungo, Kabupaten Bungo (Jambi).
Menurut Budi, Pembangunan Bandara Rokot baru saja dituntaskan sehingga perlu ditinjau langsung sebelum Presiden Joko Widodo berkunjung pada bulan depan. Sebagai daerah terluar, Mentawai juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata, khususnya untuk berselancar.
”Luar biasa, jadi tuntutan atau permintaan untuk itu (berwisata) tinggi. Jadi, kami memang mengawal ini dengan maksimal,” ujarnya di Bandara Rokot, Mentawai, Minggu (13/8/2023).
Dalam kunjungan itu, ia didampingi oleh sejumlah pejabat Kementerian Perhubungan lainnya. Mereka adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara Maria Kristi, Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati, dan Direktur Bandar Udara Syamsu Rizal.
Demi memastikan Bandara Rokot memiliki jadwal penerbangan, Kemenhub akan melakukan skema block seat atau pemesanan kursi pesawat oleh pemerintah daerah. Alhasil, setidaknya terisi minimal 56 orang pada tiap keberangkatan.
”Jadi kami enggak cuma membangun, tetapi memang ini bisa digunakan,” kata Budi.
Hingga saat ini, Penjabat Bupati Mentawai Fernando J Simanjuntak mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke daerahnya sekitar 17.000 orang per tahun. Mayoritas adalah para peselancar yang datang dari berbagai tempat.
Ia optimistis, ketika Bandara Rokot mulai beroperasi, maka jumlah wisatawan akan bertambah. Jenisnya pun beragam. Tak lagi hanya para peselancar, tetapi juga wisatawan umum lainnya. Meski demikian, Fernando mengakui, tanpa bandara tersebut, akses ke Mentawai yang sulit turut menurunkan minat wisatawan domestik ke sana.
Para peselancar juga dapat memanfaatkan jet pribadi untuk ke Mentawai. Hal ini berlaku bagi wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Sementara itu, Kristi mengatakan bahwa maskapai yang berpotensi mengisi jadwal penerbangan di Mentawai dapat mengantar penumpang selama dua kali dalam sepekan. Pesawat itu akan mengikuti rute Bandara Internasional Minangkabau, Padang, ke Bandara Rokot, Mentawai, dan sebaliknya.
Bandara Mentawai masih tampak lengang, tetapi landasan pacu yang dibangun telah berfungsi. Marka putih sebagai penanda telah tertandas di atas aspal hitam legam.
Masalah di lapangan
Masalah juga ditemukan di Bandara Raja Haji Abdullah, Kabupaten Karimun, yang telah beroperasi sejak beberapa tahun terakhir. Saat ini, pemerintah daerah tengah menggenjot kelanjutan pembangunan landasan pacu di bandara tersebut.
Bupati Karimun Aunur Rafiq mengatakan, bandara itu telah memiliki landasan pacu sepanjang 1.540 meter. Alhasil, pesawat Fokker dan ATR yang melayani penerbangan jarak pendek sudah dapat menggunakan Bandara Raja Haji Abdullah. Begitu pula dengan Maskapai Susi Air yang dua kali dalam sepekan sudah memiliki jadwal tetap operasional di sana.
”Namun, penumpangnya (Susi Air) sangat terbatas. Yang kami harapkan adalah penerbangan domestik, yaitu dengan pesawat lebar hingga Boeing 737,” katanya.
Selain itu, pemerintah daerah telah mengajukan perpanjangan landasan pacu, tetapi terhalang kawasan hutan. Pengurusan izin telah diajukan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ketika dipantau langsung, kawasan tersebut termasuk daerah penting cakupan luas bernilai strategis (DPCLS) yang terbentur Undang-Undang Cipta Kerja sehingga proyek belum dapat berlanjut.
”Sampai hari ini, dari KLHK belum bisa memberikan persetujuan hutan seluas 14,3 hektar ini untuk diputihkan ataupun (keluar) kebijakan. Sambil menunggu persetujuan, proses perpanjangan (landasan pacu) bandara dapat dilakukan,” tutur Aunur.
Permasalahan lain ditemui pula di Bandara Muara Bungo, Kabupaten Bungo, Jambi. Meski bandara itu telah diserahkan pemerintah daerah dan menjadi aset pemerintah pusat, tetapi sejumlah masalah butuh jalan keluar.
Budi menilai, area gundukan yang menjadi hambatan dalam rancangan landasan pacu yang akan diperpanjang perlu diperbaiki. Sebab, selama ini pesawat hanya mendarat dari arah utara, padahal berpotensi memanfaatkan arah lain.
Perpanjangan landasan pacu dari 1.800 meter menjadi 2.100 meter akan dilakukan. Selama ini, Bandara Muara Bungo hanya dapat melayani pesawat terbesar berjenis Boeing 737-500.
Bupati Kabupaten Bungo Mashuri berharap agar Kemenhub membantu kedatangan maskapai lain. Alasannya, saat ini hanya Nam Air rute Jakarta-Muara Bungo yang beroperasi selama tiga kali dalam sepekan.
Tingkat keterisian pesawat di Muara Bungo mencapai 80 persen yang menyangga tujuh kabupaten di sekitarnya. Mashuri beranggapan, penambahan maskapai amat dibutuhkan guna mengakomodasi mobilitas perjalanan masyarakat.
Tambahan maskapai
Kunjungan Menhub pada tiga bandara di Sumatera menggambarkan sejumlah masalah yang dihadapi. Tiap daerah memiliki kebutuhan tersendiri, tetapi berharap sama akan tambahan kedatangan maskapai guna mendongkrak lalu lintas penerbangan. Harapannya, jumlah wisatawan yang datang dan pergi bisa meningkat untuk mendorong perekonomian setempat.
Budi mengatakan, pembangunan Bandara Rokot sudah tuntas. Pihaknya akan mempersiapkan pergerakan wisatawan yang datang dan pergi dari sana karena jumlah pesawat terbatas. ”Jadi kami rencanakan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyelesaikan masalah itu,” ujarnya.
Sementara, Kemenhub berencana memperpanjang landasan pacu di Bandara Raja Haji Abdullah dan Bandara Muara Bungo. Sesuai harapan bupati, kementerian juga akan berupaya menambah lalu lintas penerbangan di sana.