“Right Issue” Masih Jadi Andalan Emiten Tambah Modal
Aksi korporasi untuk menambah modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue masih akan ramai pada paruh kedua tahun 2023 ini.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Aksi korporasi untuk menambah modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issuemasih akan ramai pada paruh kedua tahun 2023 ini.
Ada delapan emiten dari sektor konsumer siklikal yang berencana melakukan right issue hingga akhir tahun nanti. Selain itu ada lima dari sektor perbankan. Lalu empat emiten masing-masing dari sektor konsumer non siklikal dan energi. Ditambah satu emiten dari sektor material dasar, infrastruktur dan transportasi.
“Per tanggal 11 Agustus terdapat 26 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan right issue dengan total nilai Rp 36,1 triliun. Masih ada lagi 24 perusahaan tercatat dalam pipe line right issueBursa Efek Indonesia,” jelas Direktur Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna, Sabtu (12/8/2023).
Salah satu emiten yang akan melakukan right issue adalah Bank JTrust Indonesia Tbk. Bank ini akan menerbitkan sebanyaknya 4,67 miliar saham seri C dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah itu setara dengan 25,80 persen dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga pelaksanaan Rp 300, JTrust berpotensi mendapatkan dana sebesar Rp 1,4 triliun dari right issue ini.
Menurut keterbukaan informasi manajemen JTrust di Bursa Efek Indonesia, dana hasil right issue tersebut akan digunakan untuk memenuhi modal inti minimum bank.
Selain JTrust, Bank Neo Commerce Tbk juga sudah mendapatkan restu dari para pemegang saham untuk menambah modal melalui right issue. Bank Neo akan mengeluarkan 5 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. “Aksi korporasi ini merupakan salah satu upaya BNC untuk terus adaptif terhadap perkembangan usaha dan untuk mendukung ekspansi bisnis yang berkelanjutan dalam menjaga daya saing,” kata Pejabat Sementara Direktur Utama BNC Aditya Windarwo.
Dana hasil right issue itu akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan, ekspansi kredit baik secara digital maupun konvensional, kegiatan operasional perbankan dan mendukung pengembangan teknologi informasi.
“Private placement“
Sementara itu emiten ritel MAP Boga Adiperkasa Tbk merencanakan menambah modal melalui private placement, atau penerbitan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.
Operator jaringan gerai Starbuck ini akan menerbitkan 217 juta saham dengan harga pelaksanaan Rp 2.000 per saham. MAP Boga akan mendapatkan dana sebesar Rp 434 miliar dari aksi korporasi ini. Dalam prospektus, manajemen menjelaskan penerbitan saham ini dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan.
Selain itu diharapkan pula, penerbitan saham ini akan membuat jumlah saham beredar semakin banyak dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, harga saham MAP Boga berada pada Rp 2.140, turun Rp 10 atau 0,47 persen.