Pabrik Gliserin LDC di Lampung Ditargetkan Rampung Dua Tahun
Perluasan kawasan penyulingan kelapa sawit terintegrasi di Lampung akan mendukung diversifikasi pendapatan Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Perusahaan perdagangan dan pemroses produk pertanian multinasional, Louis Dreyfus Company (LDC), menargetkan pembangunan pabrik pemurnian gliserin di Lampung, Indonesia, selesai dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Aksi korporasi ini merupakan bagian upaya LDC untuk memperluas bisnis hilirisasi kelapa sawit.
Country Head LDC Indonesia Rajat Dutt mengatakan, di Indonesia, bisnis komoditas minyak kelapa sawit termasuk penyumbang terbesar dalam pendapatan perusahaan. Bisnis minyak kelapa sawit yang dia maksud juga telah mencakup biodiesel.
”Proses konstruksi pabrik pemurnian gliserin di Lampung baru mulai. Kami masih tahap memilih mesin sampai kontraktornya. (Untuk lisensi gliserin) sedang proses ke pemerintah,” katanya saat temu media di gudang kopi LDC di Bandar Lampung, Kamis (3/8/2023) sore.
Menurut Rajat, pembangunan pabrik pemurnian gliserin di Lampung diusahakan bisa secepatnya selesai. Target perusahaan adalah 18–24 bulan terhitung sejak akhir tahun 2023. Dia enggan menyebut detail anggaran investasinya.
Di Indonesia, LDC hadir sejak tahun 1999. Sebanyak empat jenis komoditas menjadi bisnis LDC di Indonesia. Keempatnya yaitu jus, kapas, kopi, serta biji-bijian dan minyak nabati.
”Indonesia merupakan pasar yang penting bagi kami. Ketika kami memutuskan masuk ke bisnis hilirisasi (minyak kelapa sawit), berarti kami serius untuk meraup nilai tambah bisnis,” katanya.
Terkait minyak kelapa sawit, di Indonesia, LDC telah memiliki aset berupa kilang penyulingan di Lampung. Kilang ini memiliki kapasitas pemrosesan sekitar 2.000 ton minyak kelapa sawit per hari untuk penyulingan dan fraksinasi. Masih di Lampung pula, LDC mempunyai pabrik biodieselyang terletak di samping Kilang Penyulingan Lampung dengan kapasitas produksi tahunan hingga 420.000 ton palm methyl ester (PME) dan 50.000 ton gliserin mentah.
Kemudian, di Balikpapan, LDC mempunyai kompleks kilang penyulingan minyak sawit terintegrasi. Kompleks ini terdiri dari kilang penyulingan minyak sawit, bulking terminal, dan pelabuhan laut dalam.
Sejalan dengan meningkatnya permintaan global untuk gliserin olahan, aset bisnis LDC di Indonesia yang terkait dengan minyak kelapa sawit diharapkan dapat menjadi pusat produksi untuk menunjang permintaan global. Jika pengembangan fasilitas pemurnian gliserin di Lampung selesai, fasilitas itu akan melengkapi fasilitas sama LDC di Amerika Serikat (Claypool, Indiana) dan Jerman (Wittenberg).
Pabrik pemurnian gliserin di Lampung rencananya akan dilengkapi mekanisme produksi gliserin kelas USP (United States Pharmacopeia — panduan standar obat yang dikeluarkan oleh Pemerintah AS) dan menawarkan berbagai pilihan kemasan makanan yang berkualitas.
Rajat menambahkan, LDC berkomitmen untuk produksi pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu, LDC akan terus melibatkan pemasok dan petani dalam praktik sumber dan pertanian yang bertanggung jawab, untuk membantu mencapai industri minyak sawit yang lebih berkelanjutan di Indonesia secara keseluruhan.
LDC’s Head of South and Southeast Asia, Rubens Marques, menyampaikan, pembangunan pabrik pemurnian gliserin di Lampung bukan hanya akan memperkuat posisi LDC di pasar Indonesia, melainkan juga akan memperkuat kapasitas LDC untuk memproses, mengemas, dan mendistribusikan produk yang sejalan dengan tren di masyarakat. Saat ini sedang terjadi tren peningkatan permintaan makanan dan bahan nabati yang sehat dengan memanfaatkan rantai pasok yang bertanggung jawab.
Sementara itu, Chief Commercial Officer dan Head of Food and Feed Solutions LDC James Zhou mengatakan, perluasan kawasan penyulingan kelapa sawit terintegrasi LDC di Lampung dengan penyulingan gliserin dan lini pengemasan minyak nabati merupakan tonggak penting dalam rencana strategis perusahaan. Dia berharap, aksi korporasi seperti itu mampu mendukung diversifikasi pendapatan.