Presiden Jokowi: Batik adalah Wajah dan Kehormatan Kita
Pada pembukaan Gelar Batik Nusantara, Presiden Jokowi menyatakan batik adalah kehormatan kita. Melalui batik tercipta lapangan kerja. Jutaan orang bekerja di industri batik, yang memberikan penghasilan dan kehidupan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengajak para perajin, desainer, pengusaha, pencinta, dan pemakai batik memanfaatkan momentum untuk mengembangkan batik. Momentum dimaksud didukung pertumbuhan ekonomi yang baik serta penyelenggaraan berbagai kegiatan baik nasional maupun internasional.
”Pertama-tama, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada perajin batik, desainer batik, pengusaha batik, pencinta batik, dan para pemakai batik yang selama ini terus dan telah berkreasi menciptakan dan memproduksi dan menggunakan batik sebagai karya adiluhung bangsa kita, Indonesia,” kata Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada Peresmian Pembukaan Gelar Batik Nusantara di Senayan Park, Jakarta, Rabu (2/8/2023).
Menurut Kepala Negara, batik sangat istimewa, tidak saja karena keindahannya, tetapi juga karena makna-makna filosofinya. ”Batik adalah wajah kita. Batik adalah kehormatan kita. Dan, melalui batik telah tercipta lapangan kerja yang sangat banyak. Jutaan orang bekerja di industri batik kita dan memberikan penghasilan dan kehidupan bagi jutaan rakyat kita yang bekerja di sektor ini,” kata Presiden Jokowi.
Perputaran ekonomi dari industri batik setelah pandemi diharapkan lebih baik. ”Dan, saat ini kita memiliki momentum yang sangat baik untuk kembali (menjadikan) batik bangkit karena juga perekonomian kita tumbuh baik. Baik tahun lalu, kuartal pertama, kuartal kedua, dan kita harapkan tahun depan juga akan semakin lebih baik pertumbuhan ekonomi kita. Juga berbagai pergelaran nasional dan internasional banyak diselenggarakan, seperti hari ini, yaitu Gelar Batik Nusantara,” katanya.
Presiden Jokowi pun mengajak perajin, pengusaha, desainer, pencinta batik, dan seluruh masyarakat memanfaatkan momentum kebangkitan ekonomi kita sebaik-baiknya untuk terus mengembangkan batik. Hal ini dapat ditempuh dengan mengeksplorasi desain, motif, dan warna yang selalu ada yang baru setiap tahunnya agar batik semakin beragam dan menarik.
Batik adalah wajah kita. Batik adalah kehormatan kita. Dan, melalui batik telah tercipta lapangan kerja yang sangat banyak.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam laporannya menuturkan, industri batik merupakan bagian dari subsektor industri tekstil dan pakaian jadi yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Kementerian Perindustrian (Kemenperin), nilai ekspor batik dan produk batik pada 2022 masih kecil, yakni 64,56 juta dollar AS.
”Tetapi, kalau dibandingkan 2021 meningkat 35 persen. Dan, nilai ekspor batik dan produk batik tahun ini, dari Januari-April, sudah mencapai 26,7 juta (dollar AS). Kami targetkan pada tahun ini bisa menembus 100 juta dollar AS dan terus-menerus kami tingkatkan (secara) perlahan tapi pasti,” kata Agus Gumiwang.
Menurut Agus, membangun tradisi memakai batik harus terus digalakkan sebagai wujud penghormatan terhadap kearifan lokal serta kecintaan terhadap produk dalam negeri. ”Batik juga memiliki nilai seni yang sangat tinggi sehingga dapat menjadi fashionable, keren, untuk digunakan dalam berbagai kesempatan baik acara resmi maupun kasual,” ujarnya.
Ada makna dan manfaat besar dalam tradisi menggunakan batik, baik dari aspek fashion, sosial, budaya, maupun ekonomi. Saat ini sudah terdapat empat indikasi geografis batik, yakni batik tulis Nitik Yogyakarta, batik Besurek Bengkulu, sarung batik Pekalongan, dan batik tulis Complongan Indramayu.
Indikasi geografis batik, Agus melanjutkan, sesungguhnya adalah perlindungan terhadap kekayaan intelektual atau motif batik yang menjadi ciri khas daerah. Kemenperin dan Yayasan Batik Indonesia pun terus-menerus menggalang komunitas batik agar dapat mendaftarkan produknya atau kearifan lokalnya pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhukham).
”Insya Allah, pada tahun ini ada tambahan dua batik lagi yang diajukan (ke Kemenhukham), yaitu batik Sogan Solo dan batik Tuban,” ujarnya.
Kemenperin pun mendukung pelaku industri batik agar dapat bertransformasi ke industri yang ramah lingkungan. ”Oleh karena itu, tahun lalu, kami, Kemenperin, telah menyusun buku berjudul Mengenal Industri Batik Ramah Lingkungan yang dapat menjadi pedoman para pelaku industri batik dalam bertransformasi,” kata Agus Gumiwang.