Penyerapan tenaga kerja dinilai kian mengkhawatirkan. Bonus demografi yang kini dirasakan RI dapat terancam apabila mahasiswa, sebagai sumber daya unggul, tak terlibat membangun UMKM.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani bersama jajaran pengurus Apindo lainnya melihat-lihat produk yang ditawarkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam Festival Apindo UMKM Merdeka di Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (28/7/2023). Festival itu berlangsung pada 28 Juli-1 Agustus 2023 dan melibatkan 259 UMKM dari beragam kategori.
JAKARTA, KOMPAS — Mahasiswa dianggap perlu terlibat dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Sebab, pemanfaatan maksimal dari bonus demografi tak bisa hanya bergantung pada penciptaan lapangan kerja oleh industri atau perusahaan.
Berdasarkan proyeksi penduduk Indonesia 2020-2050 berbasis data Sensus Penduduk 2020 (skenario tren), periode bonus demografi di Indonesia berlangsung pada 2012 hingga 2041. Negara yang berada dalam periode bonus demografi biasanya memiliki penduduk usia produktif berlimpah.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengatakan, visi utama dalam pemanfaatan bonus demografi adalah penciptaan lapangan pekerjaan sebesar-besarnya. Namun, kondisi ini harus didukung oleh penyerapan tenaga kerja sebagai pelaku UMKM.
”Bonus demografi bisa menjadi bencana apabila penciptaan lapangan pekerjaan tidak terjadi melalui UMKM. Indonesia harus lebih banyak menciptakan UMKM berdaya dan berkelanjutan,” ujarnya dalam peluncuran Festival Apindo UMKM Merdeka (AUM) di Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (28/7/2023).
Festival AUM akan berlangsung dari 28 Juli hingga 1 Agustus 2023 dan melibatkan 259 UMKM dari beragam kategori. Saat peluncuran, Shinta didampingi Ketua UMKM-Industri Kecil Menengah Apindo Ronald Walla beserta jajaran petinggi Apindo lainnya.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, peran UMKM di Indonesia sangat besar terhadap pembangunan ekonomi, yakni sekitar 60,51 persen dari produk domestik bruto (PDB). Sementara serapan tenaga kerja UMKM mencapai 96,92 persen atau 120 juta orang.
Tak cukup kalau penciptaan pekerjaan hanya dari industri atau perusahaan besar. UMKM juga harus melakukannya.
Menurut Shinta, bonus demografi Indonesia, khususnya kalangan mahasiswa, perlu diarahkan untuk terlibat dalam pembangunan UMKM. Apalagi, kurikulum pendidikan tinggi telah mengakomodasi mahasiswa untuk magang atau bekerja paruh waktu.
Selain itu, penyerapan tenaga kerja yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun dan otomatisasi membuat alih sumber daya manusia kian krusial. ”Tak cukup kalau penciptaan pekerjaan hanya dari industri atau perusahaan besar. UMKM juga harus melakukannya,” ucapnya.
Di sisi lain, industri dan perusahaan juga akan didorong untuk menyediakan pasar, pembiayaan, hingga pelatihan bagi mahasiswa yang terlibat dalam UMKM. Jadi, para mahasiswa bisa mulai magang dan mengumpulkan ilmu sebelum merintis usaha sendiri.
Ketika ditanya soal persaingan usaha dan ancaman produk impor, Shinta menyebut pasar Indonesia masih cukup besar untuk menampung banyak UMKM. Alih-alih melarang impor, UMKM nasional harus berkompetisi secara sehat dan meningkatkan daya saing. Kondisi ini dapat dicapai dengan dukungan pemerintah, khususnya dalam tahap digitalisasi.
KOMPAS/WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berbelanja produk usaha mikro, kecil, dan menengah yang dipamerkan dalam Karya Kreatif Indonesia 2023, di Jakarta, Kamis (27/7/2023). Saat itu, Sandiaga ditemani Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Ronald Walla menambahkan, pelaku UMKM perlu terus didorong dan dibangun semangatnya untuk berkembang. Hal ini bisa dilakukan melalui bantuan pendanaan. Dengan demikian, mereka bisa naik kelas, berorientasi ekspor, bahkan menjadi perusahaan besar.
Karena itu, Apindo juga berkomitmen untuk mendampingi pelaku UMKM dan mahasiswa sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing. Saat ini, pihaknya tengah menggandeng sejumlah universitas di tiga provinsi untuk memasukkan kurikulum magang di UMKM bagi para mahasiswa.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Asisten Deputi Koperasi dan UMKM Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Danang Sri Wibowo menuturkan, bonus demografi juga akan membawa Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap). Generasi muda sangat menentukan hal tersebut.
Pendidikan tinggi tidak hanya menyiapkan generasi muda untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi juga sebagai pengusaha. Mahasiswa nantinya akan turut berperan dalam menumbuhkan UMKM dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.
”Pemerintah terus berupaya mengembangkan UMKM dari berbagai sektor. Sejumlah strategi diterapkan, antara lain transformasi usaha informal ke formal, digitalisasi, dan modernisasi koperasi,” ungkapnya secara tertulis, Kamis.