Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam Terguncang, Waspadai Inflasi Pangan Global
Tidak berlanjutnya partisipasi Rusia dalam Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam akan menimbulkan inflasi pangan dunia. Apalagi, pasokan pangan dunia tengah tergerus akibat ancaman gagal panen yang disebabkan El Nino.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan Rusia menarik partisipasinya dalam Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative mengguncang pasar komoditas pangan dunia karena memicu kenaikan harga. Indonesia dinilai perlu mewaspadai dampaknya pada inflasi komoditas utama yang didistribusikan lewat inisiatif tersebut, yakni jagung, gandum, dan bunga matahari.
Sejak pertengahan 2022, Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam meredam laju kenaikan harga komoditas pangan dunia yang memanas akibat perang Rusia-Ukraina. Kedua negara yang berkonflik itu merupakan pemain penting dalam pasar ekspor pangan dunia. Pada 17 Juli 2023, Rusia menarik keterlibatannya dalam inisiatif itu.
Padahal, harga pangan dunia saat ini tengah melandai. Rata-rata indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pada Juni 2023 senilai 122,3 poin atau menurun 1,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini lebih rendah 20,94 persen dibandingkan posisi pada Juni 2022 dan terjun 23,4 persen dari puncak rata-rata indeks harga pangan pada Maret 2022.
Oleh sebab itu, dosen Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Esther Sri Astuti, memperkirakan, tidak berlanjutnya partisipasi Rusia dalam Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam akan menimbulkan inflasi pangan dunia. Indeks pangan FAO kemungkinan akan naik. ”Apalagi, pasokan pangan dunia tengah tergerus akibat ancaman gagal panen yang disebabkan El Nino. Ketika permintaan tetap, sedangkan pasokan menurun, harga akan naik,” ujarnya saat dihubungi, Senin (24/7/2023).
Ada sejumlah komoditas pangan yang dapat berdampak pada Indonesia. Data Black Sea Grain Initiative Joint Coordination Centre, Senin, menunjukkan volume total ekspor komoditas biji-bijian yang difasilitasi inisiatif tersebut mencapai 32,9 juta ton. Sebanyak 16,89 juta ton di antaranya jagung. Gandum menempati posisi kedua dengan volume 8,91 juta ton. Volume ekspor sunflower meal dan minyak bunga matahari berada di posisi berikutnya yang masing-masing 1,85 juta ton dan 1,65 juta ton.
Mengutip data yang dihimpun Bloomberg, harga jagung di bursa pada 16 Juli 2023 senilai 506 dollar AS per gantang, sedangkan per Senin sebesar 550,5 dollar AS per gantang. Di Indonesia, panel harga Badan Pangan Nasional (NFA) menunjukkan, harga jagung per Senin senilai Rp 6.330 per kilogram dan naik 0,48 persen dibandingkan pekan lalu.
Agar tak perlu mengimpor di tengah ancaman kenaikan harga jagung dunia, Esther berpendapat, Indonesia mesti meningkatkan produksi dalam negeri demi mengendalikan harga. Petani jagung di daerah-daerah sentra produksi, seperti Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, perlu diberikan insentif serta akses pada bibit unggul.
Selain jagung, Bloomberg juga mencatat kenaikan harga pada bursa gandum dari 653,75 dollar AS per gantang pada 16 Juli 2023 menjadi 738,75 dollar AS per gantang. Gandum merupakan bahan baku bagi industri tepung dalam negeri. Adapun di tingkat pedagang eceran di Tanah Air, NFA mencatat, harga tepung terigu curah sebesar Rp 11.100 per kg atau naik 0,36 persen dibandingkan pekan sebelumnya.
Karena merupakan negara importir gandum, Esther berpendapat, Indonesia perlu mencari beragam sumber alternatif agar harga bahan baku industri penggunanya tidak naik secara signifikan. Kenaikan harga gandum dunia dapat merambat pada produk-produk turunan, seperti kue dan roti, yang dibeli oleh masyarakat.
FAO mencatat, indeks harga gandum pada Juni 2023 turun 1,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks harga biji-bijian kasar (coarse grain) juga turun 3,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kedua jenis komoditas tersebut berada dalam kelompok serealia yang indeksnya turun 2,1 persen dibandingkan Mei 2023 dan merosot 23,9 persen dibandingkan Juni 2022.
Selain itu, Esther menilai, Indonesia perlu mengantisipasi potensi kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang terimbas dari turunnya pasokan minyak bunga matahari di pasar dunia. ”Indonesia harus memastikan ketersediaan stok CPO untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu, baik untuk minyak goreng maupun biodiesel, sebelum mengekspornya,” katanya.
Secara umum, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia Juan Permata Adoe menyatakan, negara-negara di dunia saat ini dalam posisi berjaga-jaga di tengah ketegangan Rusia-Ukraina serta ancaman El Nino yang dapat menyebabkan gagal panen sehingga mempertahankan pasokan pangannya.
”Indonesia mengambil sikap dengan menjajaki negara-negara nontradisional yang berpotensi menjadi sumber impor pangan alternatif, misalnya di kawasan Afrika atau Amerika Selatan,” katanya.