Sampai 23 Juni 2023, sebanyak 18 emiten menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dulu (right issue), sementara 24 perusahaan lainnya berencana menempuh langkah serupa tahun ini.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Beberapa emiten memerlukan tambahan modal untuk membesarkan bisnisnya. Tak hanya berutang ke bank atau menerbitkan obligasi, sejumlah perusahaan menambah modal dengan menerbitkan saham baru. Per 23 Juni 2023, sebanyak 18 emiten yang menerbitkan right issue, sementara 24 perusahaan lainnya sedang merencanakan langkah serupa.
Bank digital PT Bank Neo Commerce Tbk, misalnya, berencana menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue sebanyaknya 5 miliar saham. Rencana ini akan ditempuh setelah manajemen mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 8 Agustus 2023.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (5/7/2023), manajemen Bank Neo menjelaskan, nilai nominal saham baru tersebut Rp 100 per saham. Dana yang diperoleh dari hasil penerbitan saham baru ini akan digunakan untuk meningkatkan modal inti perusahaan dan meningkatkan modal kerja untuk pengembangan usaha.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna beberapa waktu lalu mengatakan, per 23 Juni 2023 ada 18 emiten yang menerbitkan right issue. Adapun dana yang dikumpulkan dari aksi korporasi tersebut mencapai Rp 31,6 triliun. Selain itu, masih ada 24 perusahaan yang sedang merencanakan right issue tahun ini.
Emiten lain yang berencana menambah modal dengan cara right issue adalah PT Matahari Putra Prima Tbk. Matahari Putra Prima merupakan peritel yang mengelola gerai Hypermart. Matahari Putra Prima berencana menerbitkan right issue sebanyak 6,8 miliar saham baru. Jumlah itu setara dengan 44,78 persen dari modal disetor penuh. Nilai nominal saham baru tersebut Rp 50 per saham.
Dari prospektus aksi korporasi tersebut, harga pelaksanaan right issue sebesar Rp 80 per saham. Dengan demikian, potensi dana yang akan didapatkan perusahaan mencapai Rp 550 miliar. Pemegang saham pengendali, yaitu PT Multipolar Tbk yang merupakan bagian dari Lippo Group, akan menjadi pembeli siaga.
Dana yang disediakan oleh Multipolar maksimal senilai Rp 300 miliar untuk menyerap rights issue tersebut. Multipolar akan melaksanakan semua haknya sesuai dengan porsi kepemilikan dengan jumlah 2,69 milar saham atau sekitar Rp 215,7 miliar. Jika masih ada hak yang tidak dilaksakan oleh pemegang saham lain, Multipolar akan membeli right issue tersebut maksimal senilai Rp 84,22 miliar.
Seluruh dana hasil right issue akan digunakan untuk membayar sebagian pokok utang di Bank BNI dan Bank CIMB Niaga sebesar Rp 150 miliar. Sementara sisanya akan digunakan untuk modal kerja.
Emiten lain, PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk juga berencana menambah modal dengan menerbitkan saham baru. Jumlahnya 499 juta saham dengan nilai nominal dan harga pelaksanaan Rp 1.000.
“Dari right issue ini, jumlah dana yang akan diterima Perseroan sebesar Rp 499.999.477.000,” kata Sik Wei Tjien Direktur dan Sekretaris Perusahaan Sreeya Sewu Indonesia. Pemegang saham utama Sreeya Sewu Indonesia, yakni PT Great Giant Pineapple, akan melaksanakan seluruh haknya.