Kecukupan pasokan bahan pangan selama periode Lebaran 2023 menjadi strategi pengendalian inflasi di periode itu. Strategi ini patut terus dijaga hingga setelah Lebaran.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik atau BPS merilis, laju inflasi April 2023 atau pada periode Lebaran tercatat 0,33 persen. Angka tersebut lebih rendah dibanding periode Lebaran 2022 dan periode Lebaran sebelum pandemi Covid-19. Terjaganya pasokan bahan pangan yang cukup selama periode Lebaran kemarin harus dijaga di masa-masa berikutnya agar inflasi tetap terkendali.
Selain inflasi April terhadap Maret 2023 yang sebesar 0,33 persen, inflasi April 2023 secara tahunan tercatat 4,33 persen. Adapun inflasi kalender berjalan (Januari-April 2023) adalah 1,01 persen. Inflasi bulanan pada April lebih tinggi dibanding Maret yang merupakan awal Ramadhan 2023, yakni 0,18 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/5/2023), menyatakan, pertumbuhan konsumsi saat ini diperkirakan hampir menyamai kinerja sebelum pandemi Covid-19. Namun, dari sisi suplai, pasokan (selama Ramadhan-Lebaran) tergolong cukup sehingga inflasi pada April 2023 relatif terkendali.
”Faktor pendapatan masyarakat selama periode Ramadhan dan Lebaran 2023 perlu didalami lantaran hal tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat,” ujarnya.
Berdasarkan komoditasnya, tarif angkutan udara menempati posisi teratas yang menyumbang inflasi pada April 2023 dengan andil 0,06 persen. Jika dibandingkan dengan periode Lebaran tahun sebelumnya, tarif angkutan udara juga menjadi juara pertama sebagai komoditas penyumbang inflasi dengan andil 0,07 persen pada Mei 2022; 0,04 persen pada Mei 2021; dan 0,08 persen pada Mei 2020.
Oleh karena itu, sektor transportasi menyumbang inflasi bulanan tertinggi dibanding kelompok-kelompok pengeluaran lain, yakni 0,84 persen dengan andil 0,11 persen. Selain angkutan udara, andil inflasi tarif angkutan antarkota juga mencapai 0,03 persen. Pada bulan sebelumnya, inflasi bulanan kelompok pengeluaran transportasi 0,54 persen dengan andil 0,07 persen.
Pada April 2023, kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau berada di posisi kedua dengan inflasi bulanan 0,34 persen dan andil 0,09 persen. Komoditas yang menyumbang inflasi bulanan terdiri dari daging ayam ras dan beras dengan andil masing-masing 0,02 persen.
Menurut ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Faisal Rachman, inflasi sepanjang Lebaran 2023 terkelola karena harga pangan yang terkendali. Hal itu disebabkan musim panen yang bertepatan dengan Ramadhan-Lebaran sehingga pasokan pangan tercukupi.
Secara umum, Faisal menggarisbawahi tren penurunan inflasi tahunan hingga April 2023. Inflasi tahun berjalan sepanjang Januari-April 2023 lebih rendah dibanding periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,15 persen. Oleh karena itu, dia optimistis laju inflasi akan kembali pada rentang target pemerintah yang sebesar 2-4 persen.
Pasca-Lebaran
Meskipun inflasi pada April 2023 dinilai mencerminkan pengendalian harga dan pasokan pangan, ketersediaan bahan pangan pasca-Lebaran patut menjadi perhatian, khususnya di luar Jawa. Berdasarkan data BPS, inflasi bulanan tertinggi pada April 2023 ada di Jayapura yang sebesar 1,44 persen.
Dalam siaran pers, Selasa, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau pasokan dan harga pangan setelah Idul Fitri di Pasar Sentral Hamadi, Jayapura. Dia menyatakan, harga barang kebutuhan pokok di pasar tersebut relatif tinggi karena didatangkan dari Pulau Jawa. Namun, di tingkat nasional, harga dan pasokan pasca-Lebaran relatif terjaga.
Misalnya, harga beras medium di pasar tersebut per Selasa Rp 12.000 per kilogram (kg), sedangkan harga acuannya Rp 11.800 per kg. Harga telur dan daging ayam ras terpantau masing-masing Rp 36.800 per kg dan Rp 32.000 per kg, sedangkan harga acuannya masing-masing Rp 27.000 per kg dan Rp 36.750 per kg.
Sementara itu, Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance Esther Sri Astuti menilai, ada kecenderungan harga bahan pokok naik setelah Lebaran sehingga dapat memengaruhi laju inflasi. ”Biasanya, ada keseimbangan harga baru setelah Lebaran,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatannya, harga baru itu muncul lantaran kenaikan upah buruh informal yang cenderung naik sesudah Lebaran. Dia mencontohkan, harga pangan di pasar tradisional berpotensi naik karena upah buruh angkut meningkat. Oleh karena itu, pemerintah patut menjaga kestabilan pasokan agar kenaikan harga dari sisi suplai dapat terkendali.
Terkait inflasi yang terkendali, Bank Indonesia (BI) memutuskan kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada level 5,75 persen (Kompas, 19/4). Selain inflasi yang terkendali, nilai tukar rupiah menjadi alasan BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Posisi tingkat suku bunga acuan ini telah bertahan sejak Januari 2023.
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, tingkat suku bunga acuan saat ini dinilai sudah memadai untuk membawa inflasi kembali ke kisaran 2-4 persen.