Indonesia Terus Jajaki Kerja Sama Bilateral Pariwisata
Pada pameran pariwisata ITB Berlin 2023, Indonesia melakukan pertemuan bilateral dengan Tunisia. Keduanya akan menindaklanjuti dengan membuat dokumen kerja sama memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif di kedua negara.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (kanan) memakaikan songkok recca khas Bone, Sulawesi Selatan, kepada salah seorang delegasi Tunisia, di paviliun Indonesia pada hari kedua Internationale Tourismus Borse (ITB) Berlin 2023 di Messe, Berlin, Jerman, Rabu (8/3/2023).
BERLIN, KOMPAS — Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus menjajaki kerja sama dengan negara-negara lain dalam upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Upaya itu, antara lain, ditempuh melalui pertemuan dengan Tunisia pada ajang Bursa Pariwisata Internasional Berlin 2023.
Pada hari kedua Internationale Tourismus Borse (ITB) atau Bursa Pariwisata Internasional Berlin 2023 di Messe, Berlin, Jerman, Rabu (8/3/2023), digelar pertemuan bilateral antara Indonesia dan Tunisia. Pertemuan itu membicarakan potensi kerja sama kedua negara, baik dalam pariwisata maupun terkait kerajinan tangan.
Pihak Indonesia diwakili Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Ni Made Ayu Marthini, dan Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno. Sementara Tunisia diwakili Menteri Pariwisata dan Kerajinan Tangan Mohamed Moez Belhassine.
”Ini baru tahap awal. Tapi kedua belah pihak akan menindaklanjuti dengan membuat dokumen kerja sama dalam rangka memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif di kedua negara,” ujar Direktur Pemasaran Pariwisata Regional II Kemenparekraf Cecep Rukendi, Rabu.
Cecep menambahkan, selama ini Indonesia dan Tunisia memang belum menjalin kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman (MOU). Oleh karena itu, pertemuan bilateral pada ITB Berlin 2023 menjadi langkah awal untuk memulainya. Adapun potensi kemungkinan kerja sama terkait penerbangan langsung belum dibicarakan.
Pada ITB Berlin 2023, Indonesia menargetkan 300.000 pax terjual dengan potensi devisa mencapai Rp 5,2 triliun. Hal itu diharapkan akan meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara pada 2023 yang ditarget 7,4 juta kunjungan. Pertemuan bilateral dengan mitra, maupun negara lain pun termasuk agenda dalam ITB Berlin 2023.
Ni Made Ayu Marthini mengatakan, sebagai ketua dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN 2023, pihaknya berharap ASEAN (perhimpunan negara-negara Asia Tenggara) menjadi satu kesatuan dalam tujuan wisata para wisatawan, termasuk asal Eropa. Hal itu dapat diwujudkan dengan kolaborasi, seperti konektivitas regional.
”Misalnya, wisatawan ke Singapura, tetapi juga ke Indonesia, Thailand, dan lainnya. Namun, tentu mereka menginginkan destinasi dan pelayanan terbaik. Kolaborasi dalam konektivitas penting. Misalnya, dengan Thai Airways yang memiliki konektivitas baik sehingga (wisatawan) dari Thailand bisa ke Indonesia,” katanya.
Skema B2B
Adapun pada ITB Berlin 2023, penyelenggara hanya menyediakan skema business to business (B2B), berbeda dengan pergelaran sebelum-sebelumnya yang juga terdapat business to consumer (B2C). Kemenparekraf pun menyiapkan sejumlah strategi dalam rangka mengoptimalkan hal itu.
”Kami mendorong industri dari jauh-jauh hari datang. Mereka menyiapkan paket baru, destinasi baru, dan lainnya. Promosi harus tetap ada, terutama destinasi, ajang-ajang, dan MICE (pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran). Juga melalui daring,” kata Made.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Azistabah (53) membuat songkok recca khas Bone, Sulawesi Selatan, di paviliun Indonesia pada hari kedua Internationale Tourismus Borse (ITB) Berlin 2023 di Messe, Berlin, Jerman, Rabu (8/3/2023).
Made menambahkan, yang dicari wisatawan mancanegara asal Eropa saat ini adalah experience (pengalaman) dalam berwisata. Artinya, mereka mencari sesuatu yang spesial. Kendati tetap melalui agen, wisatawan juga meminta kunjungan ke lokasi-lokasi pariwisata yang tidak mainstream (arus utama). Misalnya, tak sekadar Bali selatan, tetapi juga ke Bali utara, barat, atau timur.
”Itu yang terjadi. Mereka (wisatawan Eropa) mau tempat yang bersih, aman, dan juga mencari tahu, apakah berdampak pada komunitas setempat tidak? Wisatawan Eropa sangat sadar bahwa pariwisata harus memberi manfaat kepada masyarakat,” kata Made.
Manajer Resort pada Bali Tropic Resort & Spa Gusti Made Sudiarsa mengatakan, pada hari pertama penyelenggaraan ITB Berlin 2023, Selasa (7/3/2023), antusiasme para pelaku bisnis amat tinggi. Pasalnya, ada potensi pasar, yakni wisatawan yang selama 2-3 tahun tidak berwisata dan akan melakukannya tahun ini.
”Tampaknya 2023 akan permintaan akan tinggi dan pariwisata akan bangkit. Sebab, sejak 2020, kan, ada yang mau berwisata, tetapi ada kebijakan-kebijakan ketat karena pandemi Covid-19. Tapi sekarang umumnya sudah declare (dibolehkan). Namun, mungkin memang belum seperti 2019 atau sebelum pandemi,” ujarnya.
Pada ITB Berlin 2023, paviliun Indonesia juga diramaikan dengan proses pembuatan Songkok To Bone atau Songkok Recca, yang merupakan kerajinan tangan asli Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Songkok tersebut berbahan utama serat pohon lontar. Tambahannya bisa berupa tembaga, perunggu, perak, hingga emas.
Bupati Bone Andi Fahsar Padjalangi mengatakan, songkok, yang telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus dipromosikan. ”Ini kerajinan asli Bone dan sudah turun temurun. Kami mendorong pariwisata dan songkok sebagai cendera mata bagi para wisatawan,” katanya.