Akselerasi ekonomi digital diyakini masih berlanjut pascapandemi Covid-19 karena perilaku masyarakat sudah berubah dan semakin melek digital.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akselerasi ekonomi digital diyakini masih berlanjut pascapandemi Covid-19 karena perilaku masyarakat sudah berubah dan semakin melek digital. Ekosistem digital perlu terus diperluas agar memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional.
Perekonomian nasional pada 2022 yang tumbuh 5,31 persen diyakini juga turut didukung penguatan ekonomi digital. Optimisme terkait prospek perkembangan ekonomi digital pascapandemi Covid-19 ini mengemuka dalam diskusi Gojek Outlook 2023 di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Pada kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, kinerja ekonomi yang baik turut disumbang pola konsumsi dan melalui perilaku masyarakat yang semakin terbiasa dengan teknologi digital, antara lain pengembangan transaksi nirsentuh (contactless). Tren ini juga ditopang layanan e-dagang; layanan sesuai permintaan (on-demand services), seperti ride-hailing, pemesanan makanan daring (online food delivery), dan kegiatan lain yang berbasis daring.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Mohammad Rudy Salahuddin menambahkan, pada 2023, perekonomian diharapkan tetap terjaga bertumbuh 5,3 persen. ”Momentum pandemi yang membuat orang jadi melek digital jangan kendur. Justru ini harus terus ditingkatkan,” katanya.
Rudy menjelaskan, untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, pemerintah juga tetap mendorong peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Terlebih saat ini, diperhitungkan sampai 2030, Indonesia masih kekurangan 9 juta talenta digital. Hal ini harus bisa dipenuhi setidaknya dengan penambahan 600.000 talenta digital setiap tahun.
”Pemenuhan talenta digital itu tidak bisa instan. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah bagaimana berkolaborasi dengan dunia usaha dan lain-lain untuk memenuhi itu, menciptakan peluang pekerjaan untuk talenta digital, serta mendorong kualitas talenta-talenta digital,” kata Rudy.
Ekonom Universitas Indonesia dan Executive Director Next Policy, Fithra Faisal Hastiadi, mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5 persen pada 2022 tergolong cukup baik. Pertumbuhan ini tercapai karena beberapa sektor tumbuh cukup signifikan. Dua di antaranya inti dari on-demand services, yaitu sektor transportasi dan pergudangan serta sektor akomodasi dan makanan.
Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 25,81 persen, kemudian sektor akomodasi dan makanan tumbuh 17,5 persen. Namun, persoalannya adalah kontribusi kedua sektor tersebut masih cukup rendah. Kontribusi sektor transportasi dan pergudangan cuma 5 persen, kemudian sektor akomodasi dan makanan cuma 2,32 persen.
”Untuk ke depan, potensinya masih besar. Ekonomi digital tentu masih sangat relevan karena masyarakat sudah mengalami perubahan perilaku, baik dari sisi konsumen maupun produsen. Masyarakat atau konsumen secara umum cenderung lebih wajar dan sadar digital. Itulah peluangnya,” kata Fithra.
Menurut Airlangga, melalui kolaborasi perusahaan teknologi dengan pemerintah dan pelaku usaha di subsektor makanan-minuman serta transportasi, subsektor tersebut diyakini dapat tumbuh 39 miliar dollar AS pada 2025 dengan pertumbuhan di atas 20 persen. Terkait hal itu, pemerintah juga mengapresiasi Gojek sebagai penyedia layanan on-demand yang cukup terdepan di Asia Tenggara.
Airlangga berharap Gojek dapat terus menghadirkan ragam inovasi yang inklusif, memberikan solusi digital, serta juga memperkuat kemitraan dengan pengemudi dan UMKM untuk menjawab kebutuhan konsumen pascapandemi.
Terus berinovasi
Presiden Unit Bisnis On-Demand Service GoTo Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, perubahan perilaku konsumen memasuki masa pascapandemi pada 2022 menjadi tantangan tersendiri bagi layanan on-demand yang meliputi transportasi, pesan-antar makanan, dan pengiriman logistik. Namun, di sisi lain, juga menjadi kesempatan bagi Gojek untuk terus berinovasi menjawab kebutuhan pelanggan.
”Inovasi yang tepat sasaran dan tetap relevan menjawab kebutuhan pengguna ekosistem membawa bisnis on-demand services (Gojek) mencetak kontribusi margin positif per September 2022, dengan pendapatan bruto di kuartal ketiga tahun 2022 tumbuh 31 persen secara tahunan (year-on-year),” ungkapnya.
Tahun 2023 ini, menurut Catherine, pihaknya telah menyiapkan tiga strategi utama untuk terus menjadi layanan on-demand andalan sekaligus mendukung akselerasi profitabilitas Grup GoTo. Tiga strategi utama Gojek tersebut adalah inovasi teknologi untuk kepuasan pelanggan, variasi produk yang terus dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan berbagai segmen pelanggan, serta dukungan bagi mitra untuk dampak jangka panjang.