Upaya meningkatkan investasi pada eksplorasi bisa dilakukan dengan meminimalkan risiko, seperti perbaikan data dan permudahan perizinan oleh pemerintah. Selain itu, revisi UU Migas juga mendesak diselesaikan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
ABDULLAH FIKRI ASHRI
Proses pengeboran sumur minyak RDG-059 PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang Field di Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, Selasa (5/11/2019). Alat pengeboran itu memiliki kekuatan 1.000 horse power atau tenaga kuda.
JAKARTA, KOMPAS — Capaian produksi hulu minyak dan gas bumi pada 2022 yang belum sesuai harapan perlu direspons dengan sejumlah perbaikan, seperti terkait data dan perizinan. Hal-hal tersebut akan membuat risiko dapat lebih ditekan dan terpetakan. Dengan demikian, investor diharapkan lebih yakin dalam menanamkan investasi dalam kegiatan hulu migas di Indonesia.
Berdasarkan laporan kinerja Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), realisasi produksi siap jual (lifting) pada 2022 sebanyak 612.300 barel per hari atau 87,1 persen dari target APBN 2022. Itu lebih rendah dari realisasi 2021 yang sebesar 660.300 barel per hari.
Adapun realisasi salur gas bumi 2022 sebanyak 5.347 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92,2 persen dari target, serta di bawah capaian 2021 yang sebesar 5.505 MMSCFD. Sementara itu, rasio pemulihan cadangan (reserve replacement ratio) pada 2022 mencapai 156 persen, biaya produksi yang dipulihkan (cost recovery) sebesar 7,8 miliar dollar AS, penerimaan negara 18,19 miliar dollar AS, dan investasi 12,3 miliar dollar AS.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, Kamis (19/1/2023), mengatakan, secara alamiah, penurunan produksi adalah wajar jika belum ditemukan sumur-sumur baru. Adapun investasi sebesar 12,3 miliar dollar AS pada 2022 masih didominasi kategori produksi sebanyak 8 miliar dollar AS. Sementara eksplorasi 0,8 miliar dollar AS, pengembangan 2,7 miliar dollar AS, dan administrasi 0,87 miliar dollar AS.
”Kuncinya pada eksplorasi. (Di hulu migas), menanam itu pada eksplorasi. Kalau tidak pernah menanam, maka tak pernah memanen. Sementara porsi yang digunakan untuk menanam kecil. Memang sudah ada peningkatan (naik dari 0,6 miliar dollar AS pada 2021), tetapi dengan logika tadi, seharusnya ditingkatkan lagi,” kata Komaidi.
Upaya peningkatan investasi pada eksplorasi, menurut Komaidi, bisa dilakukan dengan meminimalkan risiko, seperti perbaikan data dan permudahan perizinan oleh pemerintah. ”Perlu diusahakan agar risikonya lebih terpetakan sehingga (investor) yang menanam investasi lebih percaya diri,” lanjutnya.
Pengajar dan Ketua Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Topan Herianto, berpendapat, diperlukan sinkronisasi antara perencanaan dan operasi. Evaluasi komprehensif juga diperlukan. Ia pun menilai, kurangnya eksplorasi pada cekungan yang prospektif juga memberi pengaruh langsung.
”Pengendalian biaya, evaluasi keberhasilan, dan evaluasi kegagalan perlu terus dilakukan. Kegiatan eksplorasi juga harus masif agar cadangan tidak habis. Fleksibilitas bagi hasil antara gross split atau cost recovery mungkin menjadi peluang, tetapi penetapan revisi UU Migas saat ini masih berlarut,” ujar Topan.
Ia menambahkan, dalam mengejar target 1 juta barel minyak per hari pada 2030, perlu dilakukan antara lain perencanaan yang baik, reaktivasi sumur suspend di struktur aktif, serta mengeksploitasi shallow gas dengan teknologi yang aman dan murah. Selain itu, mencari struktur baru dan terus melakukan eksplorasi.
”Juga dengan memberi kemudahan perizinan hingga bagi hasil yang lebih menjanjikan bagi kontraktor. Dan yang pasti, (revisi) UU Migas,” ucapnya.
ADITYA PUTRA PERDANA
Pekerja berinteraksi di rig Pertamina di Duri, Kabupaten Bengkalis, Riau, yang merupakan bagian dari Wilayah Kerja Rokan (Blok Rokan), Senin (8/8/2022). Pengeboran itu menjadi salah satu rig Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang mengelola Blok Rokan sejak Agustus 2021 setelah dialih kelola dari Chevron.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo menyampaikan, agar produksi minyak tidak kian merosot, kegiatan pengeboran sumur pengembangan, workover, dan well service ditingkatkan pada 2022. Pengeboran sumur pengembangan terealisasi 760 sumur, lebih tinggi dibandingkan 2021 yang sebanyak 480 sumur. Pengeboran sumur pengembangan tahun 2022 adalah terbanyak sejak 2015.
”Capaian lifting minyak dan gas belum memenuhi target yang disebabkan berbagai faktor, salah satunya tingginya penghentian produksi secara tak terduga (unplanned shutdown),” ujarnya.