Sebanyak 40 Emiten Kumpulkan Rp 96,9 Triliun melalui “Right Issue”
Sedikitnya 40 emiten di Bursa Efek Indonesia mengumpulkan modal melalui "right issue" hingga 20 Desember 2022. Sementar itu, ada 27 perusahaan lainnya yang berada di "pipeline" untuk menempuh cara serupa.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Ilustrasi _ Informasi pergerakan nilai saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS -- Hingga 20 Desember 2022 sudah ada 40 emiten di Bursa Efek Indonesia yang mengumpulkan modal dengan menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue. Jumlah ini dipastikan masih akan bertambah hingga akhir tahun nanti.
“Total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 96,9 triliun. Perusahaan tercatat yang melakukan right issue didominasi sektor finansial, yakni sebanyak 21 perusahaan, lalu sektor material dasar lima perusahaan, dan (sektor) infrastuktur dengan 4 perusahaan,” kata Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), I Gede Nyoman Yetna, Kamis (22/12/2022).
Pada tahun 2021, ada 39 perusahaan tercatat yang melakukan right issue. Nyoman menambahkan, saat ini masih ada 27 perusahaan tercatat yang berada dalam pipelineright issue dengan perkiraan dana perolehan sebesar Rp 16,3 triliun.
Sementara itu, pada tahun 2023, pasar obligasi diperkirakan masih ramai. Sebab akan ada banyak penerbitan obligasi untuk membiayai berbagai kebutuhan perusahaan. Di pasar modal, penerbitan obligasi merupakan salah satu cara menghimpun dana selain aksi koroporasi berupa penambahan modal dengan cara right issue atau private placement (penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu).
Data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan, hingga September 2022, ada 100 perusahaan yang telah menerbitkan obligasi. Sementara itu, ada 15 perusahaan lagi yang ada di pipeline untuk menerbitkan obligasi.
“Dari angka tersebut, kita dapat simpulkan bahwa appetite perusahaan masih ada karena penerbitan obligasi korporasi menjadi salah satu sumber pendanaan dari perusahaan tercatat. Dilihat dari angkanya saat ini masih menarik,” kata Adhel dalam diskusi tentang Outlook Pasar Modal, Rabu (21/12/2022).
Pefindo memperkirakan nilai emisi obligasi korporasi tahun 2023 lebih rendah dibandingkan dengan 2022 karena tingkat suku bunga yang tinggi akan membuat korporasi mengerem emisi obligasinya.
Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan, nilai emisi obligasi korporasi tahun 2023 lebih rendah dibandingkan dengan 2022. Alasannya, tingkat suku bunga yang tinggi akan membuat korporasi mengerem emisi obligasinya.
“Kami prediksi tahun depan penerbitan obligasi korporasi tidak akan setinggi tahun 2022,” kata Direktur Utama Pefindo Hendro Utomo. Kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan berdampak pada nilai penerbitan obligasi korporasi tahun depan. Menurut catatan Pefindo, obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada 2023 mencapai Rp 126,3 triliun atau lebih rendah dari tahun 2022 yang sebesar Rp 157,04 triliun.
Dari sisi kinerja, pasar modal Indonesia lebih baik dibandingkan dengan bursa lainnya. Kapitalisasi pasar terus meningkat.
Tahun 2023 juga merupakan tahun politik. Namun, Verdi Ikhwan optimistis indeks di Bursa tetap akan menguat. Aktivitas belanja politik menjelang pemilu diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian.
“Dari beberapa pemilu yang sudah kita lalui, indeks selama masa pemilu tidak tumbuh kencang, tetapi tetap bertumbuh. Begitu pula dengan aktivitas transaksi. Kondisi ekonomi Indonesia yang terjaga juga menjadi katalis positif bagi perkembangan indeks,” kata Verdi.
Aktivitas belanja politik menjelang pemilu diharapkan dapat meningkatkan laju perekonomian.
Kepala Riset BEI Vedi Ikhwan juga yakin, kapitalisasi pasar di BEI akan melewati Rp 10.000 triliun. Harga saham terus bertumbuh. Demikian pula dengan jumlah emiten yang masuk bursa. “Tahun depan, kapitalisasi pasar dapat mencapai di atas Rp 10.000 triliun,” kata Verdi.
Hingga 16 Desember 2022, kapitalisasi pasar BEI mencapai Rp 9.331 triliun. Kapitalisasi pasar ini meningkat 13 persen dari tahun lalu. Saat ini, BEI merupakan bursa dengan kapitalisasi pasar terbesar di Kawasan Asia Tenggara, melampaui Thailand dan Singapura.