Konversi ke Sepeda Motor Listrik Terbentur Mahalnya Biaya
Subsidi untuk konversi sepeda motor BBM ke sepeda motor listrik diharapkan mendapat kesempatan sama dengan pembelian kendaraan listrik baru. Saat ini, biaya konversi masih sekitar Rp 14 juta.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Sejumlah teknisi mengonversi sepeda motor mesin berbahan bakar minyak ke sepeda motor listrik pada Electric Vehicle Funday di Plaza Timur, Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/12/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Pelaksanaan konversi sepeda motor dengan bahan bakar minyak atau BBM ke sepeda motor listrik masih relatif sedikit karena biaya yang terlampau tinggi, sekitar Rp 14 juta. Kini, diperkirakan baru ada sekitar 500 sepeda motor listrik hasil konversi. Rencana subsidi konversi diharapkan mendapat dukungan sama seperti subsidi untuk kendaraan listrik baru.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, di sela-sela Electric Vehicle Funday di Plaza Timur, Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/12/2022), mengatakan, saat ini ada sekitar 120 juta sepeda motor BBM di Indonesia. Dengan konversi ke sepeda motor listik, emisi karbon bisa berkurang, pasokan listrik terserap, dan impor minyak ditekan.
Akan tetapi, imbuh Arifin, konversi ke sepeda motor listrik masih sedikit. ”Perlu sosialisasi agar masyarakat tahu betul manfaatnya. Juga perlu mendorong agar lebih banyak industri bisa menyediakan (kebutuhan komponennya), termasuk sarana infrastruktur untuk pengisian, pergantian baterai, dan sebagainya,” ujarnya.
Arifin menuturkan, ke depan diharapkan akan semakin banyak industri yang bergerak dalam pembuatan komponen-komponen untuk kebutuhan konversi sepeda motor listrik. Dengan demikian, harga bakal kompetitif. Saat ini, beberapa komponen sudah bisa dibuat di dalam negeri, kecuali baterai. Baterai pun diharapkan segera bisa diproduksi di dalam negeri.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Aktivitas teknisi yang sedang mengonversi sepeda motor mesin berbahan bakar minyak (BBM) ke sepeda motor listrik pada Electric Vehicle Funday, di Plaza Timur, Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (18/12/2022).
Menurut dia, yang penting saat ini adalah dorongan agar industri pembuatan komponen sepeda motor listrik di dalam negeri berkembang. ”Baru sedikit industri yang melakukan. Ke depan, bukan hanya kota-kota besar, tetapi di seluruh Indonesia, diharapkan industri berpartisipasi dalam mempersiapkan komponen yang dibutuhkan untuk konversi motor listrik ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dari Brussels, Belgia, menyampaikan rencana pemberian insentif kepada pembeli kendaraan listrik. Insentif untuk pembeli mobil listrik sekitar Rp 80 juta, mobil listrik hibrida sekitar Rp 40 juta, dan sepeda motor listrik sekitar Rp 8 juta. Adapun insentif konversi ke motor listrik Rp 5 juta (Kompas.id, 14/12/2022).
Arifin menuturkan, insentif untuk kendaraan listrik itu masih dipersiapkan dan dimatangkan. Hal itu karena pelaksanaan pemberian insentif tersebut juga berkaitan dengan ketersediaan anggaran.
Khusus mengenai subsidi biaya konversi dari sepeda motor BBM ke sepeda motor listrik, Arifin mengatakan, ”Sedang dalam proses evaluasi, tunggu saja hasilnya,” ujarnya. Sementara mengenai siapa saja yang bisa mendapat subsidi untuk konversi, menurut dia, semua pemilik dari sepeda motor yang hendak dikonversi.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menuturkan, jumlah sepeda motor BBM yang sudah dikonversi ke sepeda motor listrik diperkirakan baru sekitar 500 unit. Padahal, menurut data Kementerian ESDM, hingga akhir 2022 ditargetkan konversi ke sepeda motor listrik mencapai 1.000 unit.
”Percepatannya (akan terjadi) saat subsidi itu. Sebab, harapan kami, mudah-mudahan (subsidi/insentif) untuk yang konversi itu mendapat kesempatan sama dengan yang (pembelian) baru,” kata Dadan.
Saat ini, dengan biaya konversi berkisar Rp 14 juta-R[ 15 juta per unit, warga cenderung memilih motor baru. Oleh karena itu, seiring industri penyedia komponennya yang diharapkan berkembang, biayanya dapat ditekan. Saat ini, pemerintah terus mendorong dua hal sekaligus, yakni mengembangkan industri sekaligus menumbuhkan pasarnya.
”Kami sudah tanya (survei), masyarakat sanggupnya sekitar Rp 7 juta. Jadi, ke depan, misalnya harga Rp 14 juta, mungkin bisa diturunkan Rp 2 juta-Rp 3 juta. Maka, Rp 7 jutanya dari masyarakat dan sisanya disubsidi. Namun, yang jelas sekarang harganya masih Rp 14 juta,” ujar Dadan.
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA
Sejumlah pejabat negara dan parlemen, antara lain Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati, dan Ketua DPR Puan Maharani, serta pemengaruh (influencer) hadir pada Electric Vehicle Funday di Plaza Timur, Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (18/12/2022).
Teknisi PT Cogindo Daya Bersama, anak perusahaan PT Indonesia Power yang kini terjun untuk mengonversi sepeda motor listrik, Herinaldi, mengatakan, konversi ke sepeda motor listrik sebenarnya sudah cukup diminati. Namun, harganya yang relatif mahal, lantaran industri penyedia komponennya masih belum banyak, membuat masyarakat berpikir dua kali.
”Daya tarik masyarakat sudah ada. Namun, begitu menanyakan habis (biaya) berapa? Mereka sedikit kaget, terutama untuk kalangan menengah ke bawah, sehingga memilih membeli motor baru,” kata Herinaldi. Ia pun meyakini, jika subsidi untuk konversi dapat diberikan, minat pada konversi bakal tinggi.
Herinaldi menuturkan, saat ini porsi baterai sekitar 50 persen dari total biaya kit atau paket konversi. Tak dimungkiri, lantaran belum banyaknya industri penyedia, komponen pada kit untuk konversi ke sepeda motor listrik masih impor. Adapun yang relatif telah dipenuhi dalam negeri adalah perkabelan.
Menurut dia, apabila untuk bongkar pasang saja, dengan catatan kelistrikan sudah siap dan bagian-bagian lain sudah terpasang, hanya butuh waktu satu jam untuk melakukan konversi dari sepeda motor BBM ke sepeda motor listrik. Namun, jika dimulai dari nol, artinya custom, konversi dan modifikasi akan membutuhkan waktu selama tiga hari.
SAIFUL RIJAL YUNUS
Atraksi menggunakan motor listrik dalam peresmian motor listrik Gesits pertama kali di Indonesia Timur, di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (27/2/2021). Pemerintah Provinsi Sultra mendorong adanya industri perakitan kendaraan listrik di daerah kaya nikel ini.
Adapun syarat konversi ialah bengkelnya mesti bersertifikat. ”Kemudian, kendaraannya layak. Artinya, konstruksinya masih bagus. Lampu dan komponen peralatannya juga masih bagus. Itu akan menjadi dasar untuk melegalkan ke samsat. Jadi, nanti balai uji (Kementerian Perhubungan) mengeluarkan SRUT (sertifikat registrasi uji tipe) untuk lampiran pada STNK,” katanya.
Sementara itu, dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Lukman Hakim, dihubungi dari Jakarta, Minggu, mengatakan, terkait rencana pemberian subsidi konversi untuk sepeda motor listrik, yang mesti disasar ialah kelompok masyarakat menengah ke bawah yang sehari-hari bergantung pada sepeda motor. Salah satunya adalah pengojek.
Kemudian, keuntungan beralih ke sepeda motor listrik perlu dijelaskan secara rasional kepada masyarakat. ”Misalnya, ada penghematan berapa persen dibandingkan BBM. Lalu, jangka panjangnya seperti apa, termasuk listrik yang dihasilkannya ke depan mesti dari energi terbarukan atau energi bersih. Serta, tetap terjangkau,” ujar Lukman.
Mengenai rencana subsidi kendaraan listrik baru, termasuk mobil dan motor listrik baru, ia menilai, harus ada kebijakan holistik. Sebab, dengan menyubsidi kendaraan pribadi, hal itu berarti tak konsisten dalam mendorong penggunaan transportasi publik. Harus dipastikan, ini bukan hanya untuk kepentingan perusahaan, tetapi utamanya untuk kepentingan masyarakat.
”Dengan terlalu banyak mobil pribadi, angkutan umum bisa dianggap tidak terlalu penting. Jadi, jangan sampai kontraproduktif dengan kebijakan lain yang mengedukasi masyarakat. Batik Solo Trans (bus rapid transit/BRT di Surakarta), misalnya, yang seharusnya juga didorong berbasis listrik. Itu jelas subsidinya untuk masyarakat,” kata Lukman.