Emiten yang bergerak pada bidang otomotif dan pembiayaan, PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk, menunda pelaksanaan ”right issue” hingga tahun 2023. Harapannya, perseroan ataupun investor lebih siap.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tak semua rencana aksi korporasi terlaksana sesuai dengan jadwal yang ditetapkan sebelumnya. PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk, misalnya, memilih menunda pelaksanaan penambahan modal berskema penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue hingga tahun 2023.
Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi pada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Bintraco Dharma akan melaksanakan right issue tersebut tahun ini. Emiten yang bergerak pada bidang otomotif dan pembiayaan itu akan menerbitkan sebanyaknya 30 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 10 per saham.
”Right issue akan ditunda, bukan dibatalkan. Penundaan dilakukan agar kedua belah pihak, baik perseroan maupun investor, siap. Supaya persiapan lebih matang dan kedua belah pihak merasa nyaman dan adil,” kata Presiden Direktur Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Benny Redjo Setyono dalam paparan publik virtual, Selasa (15/11/2022).
Hasil dari right issue tersebut akan digunakan untuk modal kerja, pengembangan usaha, dan memperkuat struktur permodalan melalui anak-anak usaha.
Bintraco Dharma akan menunggu hasil audit laporan keuangan setahun penuh atau sepanjang 2022. Menurut Benny, manajemen ingin mengukuhkan hasil kinerja keuangan yang positif. Laporan keuangan yang sudah diaudit akan memberikan justifikasi bahwa manajemen telah bekerja dengan baik.
Sejak 2019 hingga 2021, Bintraco Dharma membukukan kerugian bersih. Pada 2019, kerugian bersihnya mencapai Rp 83,52 miliar, sementara pada 2020 bertambah menjadi Rp 991,79 miliar dan pada 2021 sebesar Rp 428,6 miliar. Benny menjelaskan, pada 2019 manajemen mendeteksi ada masalah operasi pada segmen pembiayaan oleh Andalan Finance Indonesia sehingga dilakukan pembenahan pada 2020.
Hingga triwulan III-2022, Bintraco Dharma membukukan laba bersih Rp 112 miliar atau tumbuh 129 persen dari periode yang sama tahun lalu yang merugi Rp 384 miliar. Laba ini merupakan hasil dari pertumbuhan pendapatan sebesar 11 persen dari Rp 3,38 triliun pada periode sama tahun 2021 menjadi Rp 3,98 triliun pada triwulan III-2022.
Kinerja baik itu diklaim karena ditopang oleh kontribusi segmen otomotif, yaitu dealer Toyota Nasmoco. Penjualan mobil naik 1 persen menjadi 12.681 unit. Sebaliknya, bisnis pembiayaan menurun dari 30.572 unit menjadi 18.768 unit. Sementara segmen purnajual naik 17,9 persen menjadi 72.453 unit mobil.
Kinerja
Sementara itu, pengelola supermarket premium PT Supra Boga Lestari Tbk membukukan pendapatan bersih Rp 2,19 triliun untuk periode hingga akhir September 2022. Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia diketahui, posisi tersebut naik 0,77 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 2,18 triliun.
Sementara laba brutonya tercatat Rp 493,5 miliar atau turun 4,22 persen dari Rp 515 miliar pada periode sebelumnya. Setelah dikurangi dengan beban pajak, anak usaha dari PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli ini membukukan kerugian periode berjalan sebesar Rp 60 miliar.
Pada periode yang sama tahun lalu, laba periode berjalan sebesar Rp 27,43 miliar. Rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 59,93 miliar dari laba pada periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 26,32 miliar. Sedangkan kerugian periode berjalan yang dapat diatribusikan pada kepentingan non-pengendali sebesar Rp 152,6 juta dari laba tahun lalu sebesar Rp 1,1 miliar.