Waskita Karya Terbitkan Surat Utang Rp 3,9 Triliun
Sebanyak Rp 3,4 triliun digunakan untuk pembiayaan kembali obligasi yang jatuh tempo di 2023. Sementara Rp 500 miliar akan digunakan untuk modal kerja dan menyelesaikan proyek-proyek yang ditangani Waskita.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten konstruksi PT Waskita Karya Tbk merencanakan akan menerbitkan obligasi dan sukuk dengan nilai total Rp 3,9 triliun. Surat utang tersebut akan digunakan untuk pembiayaan kembali obligasi yang sudah jatuh tempo dan modal kerja proyek Waskita. Saat ini, penerbitan obligasi tersebut masih dalam proses pengajuan izin prinsip dan penjaminan pemerintah.
“Menunggu izin prinsip dari Kementerian Keuangan. Kami butuh penjaminan karena di tengah kondisi makro yang menantang, peringkat utang Waskita masih BBB Stable. Kalau tanpa penjaminan, bisa berdampak ke beban suku bunga yang tinggi,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Waskita Karya Wiwi Suprihatno pada paparan publik virtual, Senin (14/11/2022).
Penjaminan dari pemerintah tersebut diharapkan dapat memperbaiki peringkat utang Waskita. Selain itu, dengan penjaminan pemerintah diharapkan suku bunga obligasi yang harus ditawarkan kepada para calon investor juga rendah.
Dari total Rp 3,9 triliun, sebanyak Rp 3,4 triliun akan digunakan untuk pembiayaan kembali obligasi yang akan jatuh tempo pada tahun depan. Sementara Rp 500 miliar akan digunakan untuk modal kerja dan menyelesaikan proyek-proyek yang ditangani Waskita. Dilihat dari jenis surat utangnya, sebesar Rp 2,9 triliun merupakan obligasi konvensional dan Rp 1 triliun berupa sukuk.
Selain menerbitkan obligasi dan sukuk, Waskita juga akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue). Right issue tersebut dilakukan untuk menyerap penyertaan modal negara yang segera dikucurkan pemerintah untuk Waskita. Rencananya, pemerintah akan menyuntikkan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 3 triliun, sementara dana publik yang diharapkan menyerap hak tersebut sebesar Rp 980 miliar.
Penurunan utang
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono menjelaskan, Waskita menargetkan penurunan utang menjadi Rp 23 triliun pada tahun 2025 mendatang. Saat ini, utang Waskita mencapai Rp 82,4 triliun.
“Untuk penurunan utang, kami melakukan strategic partnership, yaitu di jalan tol. Kami lakukan untuk mengurangi porsi utang atau dikonsolidasi sehingga level utang akan menurun. Pada tahun 2025 perseroan menargetkan konsolidasi utang sebesar Rp 23 triliun,” kata Destiawan. Hingga tahun depan, ada lima ruas tol Waskita yang akan didivestasikan.
BUMN sektor farmasi Bio Farma (Persero), Kimia Farma Tbk, dan Kimia Farma Apotek (KFA) menandatangani kerja sama strategis dengan Silk Road Fund (SRF) dan Indonesia Investment Authority (INA). Kerja sama tersebut dituangkan dalam Conditional Share Subscription and Purchase Agreement. Transaksi yang dilakukan, di antaranya, adalah antara Kimia Farma dengan anak usahanya, KFA dengan SRF, dan INA. Kedua investor ini akan masuk ke Kimia Farma melalui right issue. Total dana investasi Rp 1,86 triliun, setara dengan 40 persen kepemilihan saham di KFA.
Menurut Direktur Utama Kimia Farma David Utama, masuknya investor ke dalam Kimia Farma akan membuka peluang pasar dan jaringan Kimia Farma menjadi lebih besar lagi, baik dari sisi ritel maupun layanan kesehatan hingga ke luar negeri. Investasi tersebut akan digunakan untuk mendanai ekspansi bisnis strategis Kimia Farma.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menambahkan, ”Sebagai holding group BUMN Farmasi, Bio Farma mendukung setiap wujud nyata investasi dalam pengembangan industri healthcare di Indonesia.”