Tambah Modal, Bank Ramai-ramai Lakukan ”Right Issue”
Aksi korporasi berupa penambahan modal melalui ”right issue” marak dilakukan perbankan.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank-bank yang belum memenuhi ketentuan memiliki modal inti minimal Rp 3 triliun pada akhir tahun ini memiliki waktu kurang dari dua bulan untuk memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di pasar modal, aksi korporasi berupa penambahan modal melalui penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue marak dilakukan perbankan.
Direktur Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, ada 42 perusahaan yang berada pada pipe line right issue. Perkiraan dana yang akan diperoleh melalui right issue ini sebesar Rp 38,6 triliun. Ada 15 perusahaan dari sektor finansial, terutama perbankan, untuk memenuhi aturan pemenuhan modal inti tersebut.
Perkembangan paling baru, PT Bank of India Indonesia Tbk meralat penawaran right issue menjadi dua kali lipat dari rencana semula pada keterbukaan informasi yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (4/11/2022).
Sebelumnya, Bank of India Indonesia merencanakan akan menerbitkan saham baru sejumlah 1,2 miliar dan kemudian diubah menjadi 2,4 miliar saham. ”Estimasi jumlah maksimal rencana pengeluaran saham dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu adalah sekitar 2,4 miliar saham,” demikian disampaikan oleh Direktur Bank of India Indonesia Raharjo Satrio Unggul kepada BEI.
Sementara hal-hal lainnya yang terkait dengan right issue tidak berubah, tetap mengacu pada informasi yang sudah disampaikan sebelumnya. Dalam keterbukaan informasi sebelumnya, total modal inti Bank of India Indonesia diperkirakan akan mencapai sebanyaknya Rp 3,63 triliun.
Bank Amar Indonesia Tbk juga akan melaksanakan right issue sebanyak 4,56 miliar saham biasa dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, harga pelaksanaan right issue tersebut sebesar Rp 280 per saham. Dengan demikian, potensi dana yang akan diterima dari aksi korporasi ini sebesar Rp 1,27 triliun.
”Tolaram menyatakan akan melaksanakan seluruh HMETD sesuai dengan porsi kepemilikan sahamnya,” demikian penjelasan dari Bank Amar. Hak Tolaram sebagai pemegang saham mayoritas adalah sebanyak 2,71 miliar saham sehingga dana segar yang dipersiapkan Tolaram senilai Rp 759,65 miliar.
Sementara itu, Direktur PT Bank Oke Indonesia Efdinal Alamsyah menyatakan, per 2 November pemegang saham utama PT Bank Oke Indonesia Tbk APRO Financial Co Ltd menambah lagi kepemilikan sahamnya dari 92,09 persen menjadi 93,4 persen. Sebelumnya, APRO yang menjadi pembeli siaga right issue PT Bank Oke menyerap 249,2 juta saham yang tidak terserap di pasar. Setelah penyerapan tersebut, kepemilikan APRO bertambah dari 91,99 persen menjadi 92,09 persen.
Tambah terus
Walaupun sudah memiliki modal inti di atas Rp 3 triliun, ada juga bank yang terus menambah modalnya. Bank Mayapada Internasional Tbk juga akan menambah modal dengan skema right issue. Saham yang diterbitkan sebanyaknya 20 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 100 per saham. Per Juni 2022, modal inti Bank Mayapada tercatat sebesar Rp 12,14 triliun.
Penambahan modal juga terus dilakukan PT KB Bukopin Tbk dengan melakukan right issue. Bank KB Bukopin akan menerbitkan sebanyaknya 120 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham.