Selain ekspansi pasar dan bisnis, keberadaan jenama Indonesia di pasar global menjadi peluang meningkatkan kunjungan wisatawan ke Tanah Air. Dua jenama lokal sektor kuliner memulai langkah itu pekan ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Awal pekan ini dua jenama sektor makanan dan minuman dari Tanah Air, yakni Kopi Kenangan dan resto padang Sari Ratu, melebarkan sayap bisnisnya dengan membuka gerai di luar negeri. Pembukaan gerai pertama di Malaysia menjadi bagian dari upaya mengenalkan jenama, memanfaatkan potensi pasar, memperkuat etalase kuliner Indonesia, sekaligus menarik wisatawan mancanegara.
Kopi Kenangan terlebih dahulu membuka gerainya dengan nama Kenangan Coffee di Suria KLCC, Petronas Twin Tower, pada Senin (17/10/2022) sore. Manajemen mengenalkan dua varian produk beserta jenis kopi dari Sidikalang, Aceh, Flores, dan Dampit kepada pengunjung yang datang.
Sehari berselang, Selasa (18/10/2022), giliran restoran padang Sari Ratu membuka cabangnya di Petaling Jaya. Pembukaan cabang Sari Ratu ini untuk terus mengembangkan bisnis kuliner di luar negeri dan mempromosikan kelezatan dan makanan khas, yakni nasi padang otentik berstandar internasional.
Deputi Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Made Ayu Marthini menuturkan, pemerintah mendukung penuh jenama sektor makanan dan minuman dengan berbagai inovasi produk yang lebih baik, memanfaatkan potensi pasar yang masih sangat besar, dan memperkuat etalase kuliner di luar negeri. Semuanya sebagai bagian program Indonesia Spice Up the World yang diluncurkan oleh Presiden pada tanggal 4 November 2021 di Expo 2020 Dubai.
"Kami bekerja sama lintas pemangku kepentingan untuk promosi kuliner dengan target pada tahun 2024 nilai ekspor rempah-rempah dan bumbu sebesar 2 miliar dollar Amerika Serikat dan ada 4.000 restoran Indonesia di luar negeri," ujarnya seusai mengikuti pembukaan gerai Kopi Kenangan dan Sari Ratu.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong akses pembiayaan bagi jenama sektor makanan dan minuman untuk ekspansi bisnis. Selain itu, dukungan juga diberikan untuk promosi bumbu dan rempah Indonesia melalui kerja sama yang lebih optimal dengan kementerian atau lembaga lain.
Direktur Sari Ratu Sendirian Berhad, Maryadi Aryo Laksmono menuturkan, masih terbatasnya akses pembiayaan merupakan hambatan bagi para pelaku usaha restoran Indonesia untuk mendirikan atau membuka cabang di luar negeri. Apalagi situasi masih dalam pemulihan dari hantaman pandemi Covid-19.
"Model bisnis harus tepat di tengah berbagai kendala. Kementerian dan restoran dari Indonesia tengah membahas model bisnis yang tepat ini," ujarnya.
Sementara itu, Kopi Kenangan melakukan ekspansi ke luar negeri menyusul pengumuman telah menerima pendanaan seri C tahap pertama senilai 96 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun pada akhir 2021. Putaran pendanaan itu dipimpin oleh Tybourne Capital Management dan diikuti sejumlah investor dari seri sebelumnya, seperti Horizons Ventures, Kunlun dan B Capital, serta investor baru, yaitu Falcon Edge Capital.
Edward Tirtanata, CEO & Co-Founder Kopi Kenangan, mengatakan, perencanaan hingga pembukaan gerai berlangsung sejak awal 2022. Dalam prosesnya berlangsung diskusi kelompok terpumpun untuk penyesuaian bisnis. "Malaysia punya potensi pasar kopi yang cukup besar. Ini ditunjang regulasi dan adopsi teknologi digital yang sudah lebih baik. Cocok dengan visi bisnis Kopi Kenangan," katanya.
Pikat wisman Keberadaan jenama sektor makanan dan minuman di luar negeri bisa menarik wisatawan mancanegara ke Indonesia. Caranya dengan mengenalkan lokalitas atau asal bahan makanan dan minuman.
Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Raden Wisnu Sindhutrisno menyebutkan, target kunjungan wisatawan ke Tanah Air mencapai 1,8 juta hingga 3,6 juta kunjungan. Jumlahnya naik 2.000 persen ketimbang tahun 2021.
"Sampai Agustus ini sudah 1,7 juta kunjungan. Ini bagus karena ada banyak acara. Malaysia adalah ketiga yang terbesar setelah Australia dan Singapura. Kami upayakan terus bertambah melalui promosi jenama-jenama tersebut," ujarnya.
Wisatawan dari Malaysia, misalnya, menyukai kuliner dan mode yang ada di Bandung, Jawa Barat. Mereka juga tertarik dengan wisata sejarah dan alam, seperti di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Deputi Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Made Ayu Marthini menambahkan, promosi tak boleh berhenti melainkan harus terus berlanjut. Contohnya menawarkan wisata di tempat asal bahan makanan dan minuman, penerbangan langsung ke destinasi wisata atau adanya penambahan frekuensi penerbangan.
"Paling mudah atau paling mengena barangkali adalah makanan minuman. Dari lidah merasakan cita rasa Indonesia. Kemudian berkembang ke wisata tanaman kopi karena tidak semua orang tahu atau melihat pohon kopi secara langsung," tuturnya.
Ekosistem yang ada tidak bisa berdiri sendiri. Produk, promosi, dan pemasaran mesti dibangun dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Hal ini menjadi tantangan untuk menghadirkan destinasi yang menarik dan berbeda dari negara lain termasuk kuliner. Apalagi mengemasnya menjadi wisata berkelanjutan sehingga memberikan manfaat kepada masyarakat. Baca juga: Bisnis Berkelanjutan Tak Lagi Hanya Jargon