Baru Naik 0,4 Persen, Wapres Dorong Percepatan Perkembangan Keuangan Syariah
Peningkatan pangsa pasar keuangan syariah baru meningkat tipis. Namun, optimisme terus dipupuk mengingat Indonesia memiliki potensi besar untuk keuangan syariah.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
TANGKAPAN LAYAR
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) menjalin kerja sama dengan beberapa mitra. Penandatanganan kesepakatan dilakukan dalam pembukaan Silaturahim Kerja Nasional MES di Jakarta, Sabtu (8/10/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Pangsa pasar keuangan syariah Indonesia baru meningkat 0,4 persen dari tahun 2021. Karena perkembangan tipis ini, Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap ada percepatan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah.
”Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah kini telah mengalami peningkatan walaupun belum signifikan dan sangat perlu percepatan,” kata Wapres dalam rekaman sambutan pada pembukaan Silaturahim Kerja Nasional (silaknas) Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) 2022, Sabtu (8/10/2022).
Acara ini dilangsungkan secara luring di Jakarta. Hadir, antara lain, Gubernur Bank Indonesia yang juga Ketua Dewan Pakar MES Perry Warjiyo, Wakil Ketua Dewan Pembina MES Agung Firman Sampurna, dan Ketua Umum MES Erick Thohir.
Dalam sambutannya, Wapres menyampaikan bahwa menurut OJK, pangsa pasar keuangan syariah Indonesia per Juni 2022 berada pada angka 10,41 persen. Angka ini meningkat 0,4 persen dari angka 10 persen pada tahun sebelumnya. Literasi masyarakat Indonesia terhadap ekonomi syariah juga baru mencapai sekitar 20 persen. Tiga tahun lalu, pada 2019, literasi ekonomi syariah 16,28 persen.
Wapres menilai, kondisi ini sebagai peluang yang cukup besar untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah. Untuk itu, diperlukan program-program kerja sebagai daya ungkit untuk menggerakkan ekonomi syariah lebih cepat, tumbuh lebih baik, dan berkontribusi lebih besar terhadap sektor riil perekonomian nasional.
MES pun diharapkan menjadi salah-satu lokomotif pendorong perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. ”Diperlukan gerak yang lebih cepat dan lebih kompak dari seluruh pemangku kepentingan ekonomi dan keuangan syariah, tidak hanya di pusat, tetapi juga di daerah,” tambah Wapres.
Wakil Presiden Maruf Amin menilai, peningkatan pangsa pasar keuangan syariah meningkat kurang signifikan. Karena itu, perlu ada akselerasi.
MES daerah pun perlu berperan aktif bermitra dengan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di setiap wilayah bisa diakselerasi.
Wapres pun berpesan supaya MES mampu menjadi rumah yang menaungi berbagai pemangku kepentingan ekonomi dan keuangan syariah. MES juga perlu secara piawai menyinergikan industri keuangan syariah dan industri produk halal. Dengan demikian, keuangan syariah bisa saling mendukung pelaku usaha di bidang makanan dan minuman, mode, pariwisata ramah Muslim, dan sektor halal lainnya.
Wapres juga berharap MES meningkatkan literasi ekonomi dan keuangan syariah kepada masyarakat. Kampanye secara masif dan efektif harus menyasar setiap segmen generasi.
Dalam Silaknas ini, MES juga mengikat kesepakatan dengan beberapa mitra. Nota kesepahaman yang ditandatangani, antara lain, bersama Kementerian Investasi, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), PT Permodalan Nasional Madani, PT Sarinah dan Yayasan Sinergi Global Indonesia (Global Halal Hub), serta Perusahaan Umum Produksi Film Negara.
Selain itu, MES sebagai organisasi syariah juga mendapat sertifikat ISO 9001:2015 untuk sistem manajemen mutunya. Sertifikat diserahkan dari Country Manager Worldwide Quality Assurance (WQA) Aristian kepada Ketua Umum MES yang juga Menteri BUMN Erick Thohir.
Dalam sambutannya, Erick menyampaikan sikap optimisme bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk keuangan syariah. Kendati kondisi dunia dalam ketidakpastian, Indonesia diprediksi bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5 persen setiap tahun sampai 2045.
”Ini angka yang wajar, tetapi tidak mudah karena kita akan menghadapi disrupsi luar biasa dari berbagai kebijakan bangsa-bangsa lain yang berdiri sendiri-sendiri dan tidak konsolidasi seperti yang diwacanakan setelah Perang Dunia II,” ujarnya.
Indonesia, menurut Erick, akan bisa mencapai itu jika fokus pada empat pertumbuhan yang akan menjadi fondasi. Pertama, hilirisasi industri. Kedua, menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia. Ketiga, digitalisasi ekonomi. Keempat, pembangunan ekonomi syariah dan industri halal.
Di fokus keempat ini, menurut Erick, Indonesia masih tertinggal. Karena itu, Indonesia masih menjadi bangsa yang konsumtif dan pasar bagi negara-negara lain. Karena memiliki banyak potensi, hubungan dagang selatan-selatan, seperti Indonesia-India, Indonesia-China, Indonesia dan negara-negara timur tengah, serta Indonesia dan negara-negara Afrika, perlu dikembangkan.
MES sebagai organisasi syariah juga mendapat sertifikat ISO 9001:2015 untuk sistem manajemen mutunya. Sertifikat diserahkan dari dari Country Manager Worldwide Quality Assurance (WQA) Aristian (kiri) kepada Ketum MES Erick Thohir (kanan).
”Bagaimana mendorong ekonomi syariah dan industri halal Indonesia menjadi core-nya, bukan penontonnya. Kita harus bisa menjadi pemain utama,” ujarnya.
Ketua Dewan Pakar MES Perry Warjiyo juga merekomendasikan beberapa hal untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah dan industri halal. Pertama, akselerasi sertifikasi halal. Kedua, mengembangkan berbagai instrumen dan alternatif skema pembiayaan dan pendanaan syariah. Ketiga, penguatan promosi perdagangan dengan membentuk global halal hub. Keempat, pendidikan dan riset.
Wakil Ketua Dewan Pembina MES Agung Firman Sampurna juga membahas mengenai potensi ekonomi umat ini. Jumlah Muslim di Indonesia mencapai 37,2 persen dari total populasi dunia. Pada 2020, Indonesia memiliki 28.184 pesantren dengan 44,2 persen di antaranya memiliki potensi ekonomi yang dapat dikembangkan.
Aset keuangan syariah Indonesia pada 2021, kata Agung, sudah menembus angka 99 juta dollar AS. Karena itu, potensi ekonominya tidak diragukan.
Namun, untuk menggalang potensi ini melalui gerakan keumatan yang solid perlu didukung strategi tepat. Keuangan syariah pun diharap secara dinamis dan responsif bisa mendukung investasi umat. Namun, tentu, prinsip kehati-hatian dan pengelolaan yang baik tetap harus diutamakan.
”Perlu juga diskursus yang tidak hanya melibatkan ahli, tetapi juga praktisi, pengusaha, ekonom, akuntan, dan bankir Muslim, terutama yang tergabung dalam MES,” tambahnya.